visitaaponce.com

Imajinasi dan Semesta Alternatif Rendy Raka Pramudya

Imajinasi dan Semesta Alternatif Rendy Raka Pramudya
Lukisan berjudul "Kehendak Dalam Penciptaan: Dalam Noumena 2"(MI/Devi Harahap)

Ruang pameran CAN's Gallery yang terletak di kawasan Petojo, Jakarta Pusat terasa begitu riuh dan berwarna. Suasana itu bersumber dari citra 12 lukisan bergaya abstrak karya perupa muda Rendy Raka Pramudya yang saat ini dipajang dalam pameran tunggalnya bertajuk “Imagining Noumena”.

Pameran yang diselenggarakan CAN's Gallery bersama Artsociates ini merupakan pameran tunggal ke-2 dari Rendy  yang diselenggarakan mulai 28 Juni hingga 26 Juli 2023. Berbagai karya tersebut dibuat untuk merespons imajinasi dan daya cipta sang seniman terhadap semesta alternatif.

Pada salah satu dinding terlihat sebuah lukisan bertajuk “Kehendak dalam Penciptaan: Bentuk Pergerakan 3”. Lukisan berdimensi 150 X 250 cm ini menghadirkan objek-objek yang terlihat begitu padat dan acak, seolah menggambarkan suatu objek namun tak bisa juga dikategorikan secara gamblang.

Meskipun demikian, kepiawaian Rendy dalam mengolah media kanvas dan akrilik justru berhasil membangun harmoni bentuk yang estetik. Dalam karya tersebut, Rendy tak menilik tema yang berkaitan dengan fenomena umum dalam karya kontemporer, dia justru fokus terhadap entitas yang hadir di seberang, yakni noumena.

Secara umum, noumena merupakan bagian dari filsafat Kant tentang kenyataan yang tak dapat dicapai oleh indrawi manusia, tapi bisa ditangkap oleh imajinasi. Sesuatu yang ada namun tidak bisa dijelaskan melalui angka maupun kata, tapi dia ada di kehidupan manusia dan menjadi bagian dari alam.

“Saya ingin menggambarkan noumena sebagai sesuatu objek yang ada namun, kita tidak bisa membuktikan secara real. Ada satu ruang kosong yang bisa saya isi dengan ruang dan bentuk yang baru, sesuai dengan aktivitas kita sehari-hari,” jelas Raka saat acara pembukaan pameran pada Selasa (27/6).

Tak hanya itu, dalam lukisannya tersebut terlihat adanya permainan tekstur, warna yang beragam, tumpang-tindih transparansi, serta penjalinan bentuk dan ruang yang hadir secara intuitif. Melihat karya-karya Rendy, pengunjung seolah menikmati berbagai bentuk panorama semesta di luar persepsi dan kognisi manusia tentang objek.

“Untuk warna saya tak ada alasan khusus kenapa harus menggunakan warna hijau dan sebagainya, mengalir dan spontan saja sesuai dengan perasaan dan pemikiran saya saat sedang melukis,”  jelas Rendy.

Melalui Imaji Noumena, Rendy mengundang pengunjung untuk mengikuti penjelajahan tepian tak-hingga dari metafora penciptaan semesta yang dialaminya selama menjadi perupa, hal itu ditujukan untuk membuka akses dan mencapai Noumena.

Melalui tema pameran noumena, Rendy seolah-olah ingin bermain-main mengisi kekosongan dari sesuatu yang diyakini ada, tapi tak mampu dibuktikan oleh inderawi manusia. Dari sinilah dia menghadirkan objek-objek abstrak, yang akhirnya menjadi sebuah komposisi asing, rumit, tapi dalam satu sisi justru sangat filosofis.

Objek-objek tersebut juga dapat dilihat dalam karya berjudul “Kehendak dalam Penciptaan: Wujud Perkembangan”. Karya berdimensi 120 X 200 cm itu menggambarkan percampuran warna pastel yang didominasi hitam dan biru dengan jalinan gelombang, sulur, hingga garis seperti jaring-laba-laba yang mengindikasikan gerak kepasrahan.

“Upaya itu dicapai Rendy melalui komposisi bentuk murni, dengan memanipulasi ragam kualitas formal yang terbangun dari ragam lapisan warna, tindihan tekstur dan transparansi, serta bentuk organik, semua itu seperti digambarkan menjadi semesta yang menguji batas persepsi manusia dan ingin membawa beragam renungan mengenai eksistensi,” jelas Ganjar selaku Kurator Pemeran.

Selain menunjukkan bagaimana pendekatan seni bisa bertindak paralel pada pemaknaan filosofis, lukisan-lukisan Rendy juga menandakan adanya gejala seni pasca representasi, sekaligus memantik ulang dinamika perbincangan lukisan abstrak dalam konteks kemutakhiran seni.

“Karya-nya challenging karena kita melihat sesuatu yang sangat spekulatif. Dari pertengahan 2015 muncul sensibilitas abstrak muda. Umumnya, karya seni diharapkan bisa merespon sebuah fenomena spesifik yang bersifat kultural dan sosial politik yang mengangkat sebuah isu secara spesifik, tetapi karya Rendy justru mengambil bentuk yang berbeda dengan meniadakan fenomena dan menilik noumena,” ungkap Ganjar.

Rendy Raka Pramudya merupakan perupa jebolan dari jurusan Seni Rupa Lukis di Institut Teknologi Bandung (ITB). Sama seperti mahasiswa kebanyakan, dia memulai kuliah seni rupa dengan mendalami teknik lukis formalis, simbolik, dan ekspresionis.

Sepanjang kariernya, karya-karyanya telah ditampilkan di sejumlah ajang pameran dan galeri bergengsi seperti UOB Painting of the Year 2017, Shared Coordinates 2018, The Art House Singapore, Art Fair Philippines, Silverlens Galleries, Ayala Center, dan Makati City (2017). (M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat