visitaaponce.com

Situs Bersejarah Kirene Terancam Runtuh Akibat Banjir di Libia

Situs Bersejarah Kirene Terancam Runtuh Akibat Banjir di Libia
Situs bersejarah Kirene di Libia(UGC / AFP))

Banjir yang menewaskan ribuan orang di Kota Derna, Libia, pada 10-11 September lalu menggenangi Kirene, salah satu situs kuno utama di negara itu, sehingga mengancam runtuhnya monumen-monumen yang terdaftar di UNESCO tersebut.

Kirene, Kota Yunani kuno (yang terletak di wilayah Libya sekarang) adalah kota tertua dan terpenting di antara lima kota Yunani di wilayah ini. Zaman dahulu, kota ini dinamai dari sebuah mata air, Kire, yang disucikan oleh orang-orang Yunani bagi Dewa Apollo.

Kini, kota kuno itu menjadi bagian dari wilayah Libia dan mereka menyebutnya, 'Kirenaika’ (Cyrenaica). Kota ini terletak di sebuah lembah yang subur di dataran tinggi Jebel Akhda, di wilayah Derma, Libia.

Namun, banjir yang terjadi beberapa waktu lalu menyebabkan kerusakan langsung pada sejumlah monumen di wilayah ini, termasuk Kuil Zeus yang dibangun pada abad kedua masehi, yang ukurannya lebih besar dari bangunan Parthenon di Athena.

“Kerusakannya relatif kecil tetapi air yang mengalir dan menggenangi di sekitar fondasinya mengancam keruntuhan di masa depan,” kata kepala misi arkeologi Prancis di Libia, Vincent Michel, kepada AFP.

Dibangun sekitar tahun 600 SM, Kirene adalah salah satu pusat terkemuka dunia klasik selama hampir satu milenium sebelum ditinggalkan sebagian besar penduduknya setelah gempa bumi besar pada tahun 365 M. Namanya tetap hidup menjadi Cyrenaica, nama historis Libia bagian timur.

UNESCO menetapkan monumen-monumen yang masih ada sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1982. Ketika penggulingan diktator lama Moamer Kadhafi yang didukung NATO menyebabkan konflik dan pengabaian situs ini selama bertahun-tahun, UNESCO lantas menyatakan situs tersebut ke dalam daftar Warisan Dunia dalam Bahaya pada tahun 2016.

Menurut Claudia Gazzini, pakar Libia di lembaga think tank International Crisis Group, yang baru-baru ini mengunjungi lokasi tersebut, sebagian besar lokasi tersebut masih tergenang air beberapa hari setelah hujan lebat yang dipicu oleh Badai Daniel pada  10 hingga 11 September.

Di beberapa tempat, tembok kuno telah runtuh, menghalangi aliran air yang biasanya melewati situs luas tersebut, yang juga memiliki area pekuburan di luar temboknya.

“Ada jalan yang dilapisi tembok kuno yang menghubungkan tingkat atas dan bawah di mana air hujan biasanya bisa keluar, namun batu-batu besar berjatuhan, menghalangi aliran tersebut,” kata Gazzini kepada AFP melalui telepon dari kota utama di timur Libia, Benghazi.

“Di bagian bawah, ada juga air kotor yang terus-menerus keluar dari tanah di tengah reruntuhan. Jika air terus mengalir masuk dan tetap terperangkap di lokasi, tembok penahan bisa runtuh dan membawa serta sebagian besar reruntuhan,” katanya.

Arkeolog Prancis Michel, yang mengetahui dengan baik situs tersebut setelah bekerja selama 10 tahun di bagian lain kawasan tersebut, mengatakan bahwa ia mampu menganalisis gambar monumen tersebut yang diambil setelah banjir.

“Untuk saat ini, tidak ada kerusakan besar di Kirene – monumennya masih berdiri. Tetapi aliran air, tanah dan batu telah menciptakan selokan di jalan-jalan kuno, dan kerusakan besar masih akan terjadi karena air telah menyebar ke wilayah yang luas dan melemahkan fondasi monumen.” (AFP/M-3)

 

 

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat