visitaaponce.com

Karang di Laut Merah Terancam oleh Kematian Bulu Babi yang Misterius

Karang di Laut Merah Terancam oleh Kematian Bulu Babi yang Misterius
Terumbu Karang di Laut Merah(AFP/MENAHEM KAHANA )

Para ahli biologi kelautan memperingatkan kematian massal bulu babi (landak laut) yang mungkin disebabkan oleh penyakit misterius, membuat ekosistem terumbu karang di Laut Merah terancam.

Selama ini keberadaan makhluk berduri panjang ini berfungsi memakan alga yang dapat membuat karang mati lemas. “Kematian mereka (bulu babi) ini dapat menghancurkan seluruh ekosistem terumbu karang",” kata ilmuwan Lisa-Maria Schmidt memperingatkan.

Di resor Eilat di Laut Merah Israel, yang berbatasan dengan Yordania dan Mesir, Schmidt mengenang saat dia dan rekan-rekannya pertama kali menyaksikan penurunan populasi.

“Saat kami melompat ke dalam air, tiba-tiba semua spesimen yang biasa kami lihat sebelumnya hilang, dan yang kami lihat hanyalah kerangka dan tumpukan duri,” katanya kepada AFP.

Tim tersebut pertama kali mendengar laporan pada Januari bahwa spesies bulu babi di lepas pantai Eilat sedang sekarat dengan cepat, sehingga mereka pergi ke lokasi yang terkenal dengan kelimpahan spesies Diadema setosum.

Mereka awalnya berpikir bahwa polusi lokal adalah penyebabnya. Namun, dalam waktu dua minggu, invertebrata berduri ini juga mulai mati di pesisir pantai, termasuk di fasilitas yang diberi makan air laut di Inter-University Institute for Marine Sciences.

Para ilmuwan semakin khawatir ketika kematian massal menyebar ke selatan melalui Laut Merah. Tim menemukan bahwa penyakit misterius  ini menyerang dua jenis bulu babi, Diadema setosum dan Echinothrix calamaris, sementara spesies lain di lingkungan yang sama masih aman.

Kematian massal serupa juga pernah menimpa spesies bulu babi di Karibia, sehingga meningkatkan spekulasi bahwa suatu penyakit mungkin datang ke Laut Merah melalui kapal, yang memiliki pemberat. Sehingga air dapat membawa patogen dan spesies eksotik.

“Saya pikir hal ini sangat menakutkan bagi wilayah tersebut, terutama di Laut Merah,” kata Mya Breitbart, ahli biologi dari University of South Florida di Amerika Serikat.(AFP/M-3)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat