Karang di Laut Merah Terancam oleh Kematian Bulu Babi yang Misterius
![Karang di Laut Merah Terancam oleh Kematian Bulu Babi yang Misterius](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/09/ddd5e0165883aeeaf43721624be513da.jpg)
Para ahli biologi kelautan memperingatkan kematian massal bulu babi (landak laut) yang mungkin disebabkan oleh penyakit misterius, membuat ekosistem terumbu karang di Laut Merah terancam.
Selama ini keberadaan makhluk berduri panjang ini berfungsi memakan alga yang dapat membuat karang mati lemas. “Kematian mereka (bulu babi) ini dapat menghancurkan seluruh ekosistem terumbu karang",” kata ilmuwan Lisa-Maria Schmidt memperingatkan.
Di resor Eilat di Laut Merah Israel, yang berbatasan dengan Yordania dan Mesir, Schmidt mengenang saat dia dan rekan-rekannya pertama kali menyaksikan penurunan populasi.
“Saat kami melompat ke dalam air, tiba-tiba semua spesimen yang biasa kami lihat sebelumnya hilang, dan yang kami lihat hanyalah kerangka dan tumpukan duri,” katanya kepada AFP.
Tim tersebut pertama kali mendengar laporan pada Januari bahwa spesies bulu babi di lepas pantai Eilat sedang sekarat dengan cepat, sehingga mereka pergi ke lokasi yang terkenal dengan kelimpahan spesies Diadema setosum.
Mereka awalnya berpikir bahwa polusi lokal adalah penyebabnya. Namun, dalam waktu dua minggu, invertebrata berduri ini juga mulai mati di pesisir pantai, termasuk di fasilitas yang diberi makan air laut di Inter-University Institute for Marine Sciences.
Para ilmuwan semakin khawatir ketika kematian massal menyebar ke selatan melalui Laut Merah. Tim menemukan bahwa penyakit misterius ini menyerang dua jenis bulu babi, Diadema setosum dan Echinothrix calamaris, sementara spesies lain di lingkungan yang sama masih aman.
Kematian massal serupa juga pernah menimpa spesies bulu babi di Karibia, sehingga meningkatkan spekulasi bahwa suatu penyakit mungkin datang ke Laut Merah melalui kapal, yang memiliki pemberat. Sehingga air dapat membawa patogen dan spesies eksotik.
“Saya pikir hal ini sangat menakutkan bagi wilayah tersebut, terutama di Laut Merah,” kata Mya Breitbart, ahli biologi dari University of South Florida di Amerika Serikat.(AFP/M-3)
Terkini Lainnya
Restorasi Terumbu Karang, Harita Nickel Jaga Kelestarian Ekosistem Perairan Obi
Ratusan Media Terumbu Karang Dilepaskan demi Jaga Ekosistem Perairan
Penyelundupan Terumbu Karang ke Malaysia Melalui Bandara Juanda Digagalkan
Terumbu Karang Australia Dilanda Pemutihan Terparah dalam Sejarah
UIC Creative Showcase Asah Kreativitas Anak Muda Lestarikan Terumbu Karang
Kolaborasi Pengelolaan Wilayah Konservasi Perairan Capai Hasil Positif
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap