visitaaponce.com

Kolaborasi Pengelolaan Wilayah Konservasi Perairan Capai Hasil Positif

Kolaborasi Pengelolaan Wilayah Konservasi Perairan Capai Hasil Positif
Ekossitem terumbu karang dalam konservasi perairan di Pulau Pieh, Padang, Sumatra Barat(Antara/Iggoy El Fitra)

KOLABORASI dilakukan oleh berbagai pihak untuk merehabilitasi dan megelola terumbu karang Indonesia. Hal itu dilakukan untuk bisa mencapai target ambisius Indonesia memperluas kawasan konservasi perairan hingga mencapai 30% dari total luas wilayah laut pada 2045 mendatang.

Salah satu program yang telah berjalan ialah Coral Reef Rehabilitation and Management Program- Coral Triangle Initiative Asian Development Bank/ Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang- Segitiga Terumbu Karang Inisiatif Bank Pembangunan Asia (COREMAP-CTI ADB). Program itu telah dimulai pada 2020 dan berakhir Agustus 2023.

Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Vivi Yulaswati mengungkapkan, program itu diharapkan dapat menjadi model bagi pengelolaan ekosistem pesisir prioritas di wilayah lainnya yang ada di Indonesia.

Baca juga : Revitalisasi Terumbu Karang di Banyuwangi Jadi Salah Satu Aksi TJSL PNM

"Contoh baik ini hanya bisa berlanjut jika diperkuat dengan dukungan kolaborasi multi-pihak seperti pemerintah pusat dan daerah, swasta, CSO, akademisi, dan juga masyarakat setempat untuk keberlanjutan ekosistem pesisir dan kesejahteraan masyarakat," kata Vivi di Jakarta Pusat, Selasa (15/8).

Melalui Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dan para mitranya, program COREMAP-CTI ADB telah diterapkan di tiga lokasi yang terpilih dan masuk dalam bagian penting Segitiga Terumbu Karang Dunia, yaitu di Nusa Penida, Gili Matra dan Gili Balu dengan hibah dari GEF melalui Asian Development Bank (ADB) sebesar US$5,2 juta.

"Meskipun periode yang cukup singkat yaitu 2020-2023, namun telah memberikan dampak bagi Masyarakat dan juga kawasan konservasi perairan yang menjadi lokasi kegiatan," ungkap dia.

Baca juga : Grand Arkenso Hotel Semarang dan Yonif Raider 400/BR Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Demak

Lebih penting dari itu, kata dia, program ini juga telah memperkuat kapasitas masyarakat, bukan saja memberikan alternatif ekonomi, tetapi juga kemampuan untuk turut serta menjaga keberlanjutan ekosistem di wilayah tempat mereka tinggal.

Program yang dirancang dengan memadukan science-based policy kebijakan berdasarkan ilmu pengetahuan dan community-based implementation pelaksanaan berbasis masyarakat itu diharapkan dapat berkontribusi terhadap peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi yang akhirnya berdampak pada perbaikan kondisi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

"Jangan dibiarkan masyarakat berjuang sendirian. Jika memang perlu, bisa juga untuk direplikasi, diperkuat dalam aturan dan anggaran, bahkan masyarakat juga terus di dukung upaya dan semangatnya dalam melestarikan dan menjaga keutuhan alam di wilayahnya,” jelas Vivi.

Baca juga : Gesits Targetkan Penjualan 20 ribu Unit Motor Listrik pada 2024

Meski tidak mudah, kata dia, tapi ketika semua dalam satu komitmen dan tujuan, semuanya bisa berjalan untuk mencapai tujuan utama meningkatkan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi.

Direktur Kelautan dan Perikanan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Sri Yanti menambahkan peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan ini diimplementasikan melalui tiga pendekatan yaitu penguatan kelembagaan dan pengelolaan terumbu karang, Pengembangan pengelolaan sumber daya berbasis ekosistem, dan peningkatan mata pencaharian berkelanjutan berbasis kelautan.

Ia menjelaskan hasil pembelajaran dan beberapa rekomendasi dari COREMAP-CTI ADB ini dapat menjadi masukan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2025-2045.

Baca juga : Bekali Karyawan, Indonesia Re Mantapkan Transformasi 2024

"Tentunya dengan menyadari bahwa pengelolaan ekosistem laut dan pesisir bukan hanya menjadi tanggung jawab beberapa pihak, namun menjadi tanggung jawab bersama, karena ekosistem laut dan pesisir saling terhubung, bahkan dengan perilaku dan aktivitas manusia di dalamnya diharapkan ekosistem laut akan Lestari," pungkas dia.

Pada kesempatan itu Direktur Eksekutif ICCTF Tonny Wagey mengungkapkan, beberapa capaian program COREMAP-CTI di antaranya membentuk pusat informasi ekowisata, membuat menara pengawasan, melakukan penanaman koran, mangrove, pembentukan fish dome, manajemen turis meningkatkan kapasitas masyarakat hingga meningkatkan pendapatan.

"Dari perotek ini dilihat bahwa ada peningkatan dari tiga wilayah tersebut Dan tiga wilayah ini harus bisa berkembang lebih besar lagi," ucap dia.

Baca juga : Kreasi Motif dalam Seni Batik Ayu Dyah Andari x BT Batik Trusmi

Salah satu penerima manfaat dari Kelompok Pelita Poto Tano Amirudin mengungkapkan, program yang dijalankan ICCTF di wilayahnya mampu mengubah pola pikirnya untuk melakukan kegiatan ekonomi tanpa mengesampingkan aspek lingkungan.

"Awalnya saya seorang nelayan yang suka melakukan penangkapan ikan dengan bom. Setelah sata mendapatkan pemahaman tentang penangkapan ikan ilegal dan dampaknya, saya jadi berpikir kalau saya lakukan hal itu terus-menerus bagaimana dengan anak cucu saya ke depannya?" ucap dia.

Ia berharap, ke depan akan ada lebih banyak informasi yang diberikan seperti yang COREMAP lakukan, agar nelayan di berbagai wilayah jadi lebih banyak wawasan. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat