Seni di Era Penahanan Massal
Seorang pria kulit hitam berpose dengan punggung menghadap kamera. Gambar ini mengingatkan pada ruang tunggu penjara pada saat seorang tahanan sebelum bertemu dengan orang yang dicintai. Gambar itu karya Larry Cook, seniman Amerika Serikat.
“Karya ini mendapat banyak perhatian,” kata Nicole Fleetwood, kurator pameran Marking Time: Art in the Age of Mass Incarceration (Menandai Waktu: Seni di Era Penahanan Massal). Pameran ini digelar di Pusat Penelitian Budaya Kulit Hitam, Schomburg di Harlem, New York.
“Harlem adalah komunitas yang sangat terkurung dalam sebuah landmark budaya global,” kata Fleetwood. Menurut dia karya Cook terasa sangat familiar bagi penduduk setempat.
Pameran ini terdiri dari karya-karya seniman, yang pernah dipenjara atau pihak lain -- seperti Cook, yang pamannya dipenjara -- yang telah melihat dampaknya dari dekat. Tidak hanya lukisan yang dipamerkan, tapi juga beberapa seni instalasi.
Para pengkritik sering menyebut tingkat penahanan yang sangat tinggi di Amerika sebagai bukti bahwa sistem peradilan yang kejam perlu diubah. Pameran tersebut, yang telah digelar di beberapa wilayah di Amerika Serikat, menampilkan dampak psikologis dari apa yang disebut oleh para seniman sebagai penahanan massal.
“Seni adalah desakan kehadiran,” kata Fleetwood. “Ini adalah desakan untuk berhubungan dengan orang-orang yang mereka cintai dan komunitas estetika yang lebih besar serta gerakan politik yang lebih besar dari orang-orang yang ingin mengakhiri sistem yang kita miliki saat ini.”
Di antara karya yang paling mencolok adalah serangkaian potret pria yang dipenjara. Seniman Mark Loughney, yang dipenjara selama 10 tahun atas tuduhan penyerangan terkait pembakaran, mengatakan dia membuat gambar tersebut kapan pun dia punya waktu di ruang umum di penjara di Pennsylvania.
Meskipun sering terjadi keributan – penjara ini menampung sekitar 2.000 narapidana, beberapa di antaranya menjalani hukuman seumur hidup. “pengalaman ini sangat meditatif,” kenangnya.
“Bagi banyak orang, saya pikir ini sangat berarti,” katanya. "Hanya untuk menjadi bagian dari sesuatu yang bisa menegaskan individualisme, identitas, dan kemanusiaan mereka."
Loughney mengatakan dia memulai pembuatan sketsa itu sebagai cara untuk mendapatkan uang dari para tahanan yang ingin mengirimkan gambar itu ke keluarga mereka.
Namun, setelah sekitar 100 karya pertamanya yang dipamerkan pada tahun 2017 di kampung halamannya di Pennsylvania, Loughney menyadari potensi untuk membuat ‘pernyataan sikap’ yang lebih besar. (AFP/M-3)
Terkini Lainnya
Pameran dan Kompetisi Filateli Internasional Digelar di Pos Bloc Jakarta
Undana Gelar International Education Fair 2024
Memasuki Pekan Kedua, Jakarta Fair telah Dikunjungi Lebih dari 1 Juta Orang
Pameran Fotografi dan Desain Grafis UFOFest 2024 Bertema UNSEEN Sukses Digelar
Langkah Praktis Mengolah Mandu Beku Jadi Camilan Lezat
BMC jadi Wadah Promosi Para Pelaku UMKM di Cianjur
Louis Gilbert Yulianto, Seniman Cilik Asal Yogya Pamerkan Karya di ArtJog 2024
Konser Amal Peduli Seniman Digelar untuk Peringati Bulan Bung Karno
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Karya Peter Rhian Gunawan, Cek Jadwal Workhsop-nya
Eugene Museum Bakal Hadir di Bali Mulai 2026
Seniman Erica Hestu Tampilkan Karya Adventure of a Thousand Colors
Sinar Mas Land Gelar Pameran Karya Seni Maymorable di BSD City
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap