visitaaponce.com

Swiss Kembalikan Tiga Mumi ke Bolivia

Swiss Kembalikan Tiga Mumi ke Bolivia
Arkeolog memeriksa Jenazah atau Mummi yang akan dikembalikan ke Bolivia(Johnathan Watts / MUSEE D'ETHNOGRAPHIE DE GENEVE (MEG) / AFP)

Pemerintah Swiss mengembalikan jenazah (mumi) yang telah berusia berabad-abad ke Bolivia. Mereka mengakui mumi tersebut diperoleh tanpa persetujuan dari pemiliknya.

Ketiga mumi tersebut secara resmi diserahkan kepada Menteri Kebudayaan dan Dekolonisasi Bolivia Sabina Orellana Cruz dalam sebuah upacara di Museum Etnografi Jenewa (MEG), pada Senin (20/11)

“Apa yang kami cari di sini, selain restitusi, adalah reparasi etis,” kata direktur museum Carine Ayele Durand kepada para hadirin.

Upacara tersebut dilakukan di tengah meningkatnya gerakan institusi-institusi Barat yang mengembalikan artefak-artefak yang dijarah atau diperoleh pada berabad-abad yang lalu di era kolonial.

Dalam posisi berjongkok, tiga jenazah mumi – dua orang dewasa dan satu anak – dan kain kafan mereka yang terbuat dari jalinan serat tumbuhan, telah ditempatkan dengan hati-hati di dalam peti kayu yang diberi stempel diplomatik.

Mumi-mumi tersebut tidak dipajang pada upacara penyerahan tersebut, karena alasan "etika", kata MEG. “Hari ini, kami bersatu kembali dengan asal usul kami,” kata Cruz kepada AFP setelah upacara.

“Restitusi identik dengan dekolonisasi,” katanya, seraya memuji negara-negara Eropa yang kini berupaya mengembalikan benda-benda rampasan, termasuk mumi atau jenazah manusia.

MEG mengatakan telah memberi tahu Bolivia tentang keberadaan ketiga mumi tersebut dan menetapkan protokol restitusi sebagai bagian dari strategi berkelanjutan untuk "mendekolonisasi koleksi".

Berbeda dengan mereka yang mengatakan bahwa artefak yang sudah ada di museum harus tetap disimpan di sana, MEG mengatakan pihaknya bermaksud memfasilitasi pengembalian seluruh sisa-sisa manusia, relik pemakaman, dan benda-benda suci.

Dan tahun lalu, mereka memutuskan tidak akan lagi memamerkan sisa-sisa manusia tanpa izin jelas dari negara atau komunitas terkait.

Durand mengecam bahwa sering kali, sisa-sisa manusia yang disimpan di museum secara hukum dianggap sebagai “objek", bahkan ketika komunitas yang peduli menuntut agar mereka "dimanusiakan kembali".

Proses seperti itu, menurut MEG, memerlukan studi biografi terhadap jenazah manusia, menelusuri kembali garis keturunan mereka, namun juga kesempatan untuk menguburkan mereka di komunitas asalnya.

Namun pihak museum sejauh ini baru menerima tiga permintaan restitusi, dan upacara hari Senin tersebut menandai kedua kalinya museum tersebut mengembalikan jenazah, menyusul pengembalian serupa yang dilakukan suku Maori di Selandia Baru pada tahun 2014. (AFP/M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat