Raja Belanda Secara Resmi Minta maaf atas Perbudakan di Koloni Mereka
![Raja Belanda Secara Resmi Minta maaf atas Perbudakan di Koloni Mereka](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/07/cbdfbcdb5a58340d8e72b812cd29504d.jpg)
Raja Belanda Willem-Alexander mengeluarkan permintaan maaf secara resmi atas keterlibatan Belanda dalam perbudakan di koloni mereka.
Pidatonya pada Sabtu (1/7) di hadapan ribuan keturunan budak dari negara Suriname di Amerika Selatan dan kepulauan Karibia Aruba, Bonaire, dan Curacao, mendapat sambutan positif, tetapi banyak juga yang mengatakan mereka (para keturunan budak itu) ingin Belanda membayar kompensasi.
"Hari ini saya berdiri di sini di depan Anda sebagai raja dan sebagai bagian dari pemerintah. Hari ini saya secara pribadi meminta maaf," kata Willem-Alexander. "Saya sangat merasakan penderitaan ini dengan hati dan jiwa saya," katanya lagi.
Acara "Keti Koti" ("mematahkan rantai" dalam bahasa Suriname) untuk memperingati 150 tahun penghapusan perbudakan di bekas jajahan Belanda, diadakan di bawah gerimis tipis di taman Oosterpark, Amsterdam. Banyak peserta mengenakan pakaian warna-warni Suriname.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte secara resmi juga telah meminta maaf atas perbudakan ini pada Desember lalu atas nama pemerintah.
Tidak jelas apakah keluarga Raja mendapat keuntungan dari perdagangan budak di masa lalu. Tetapi ia berkata: "Perdagangan budak dan perbudakan diakui sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Para raja dan penguasa House of Orange tidak mengambil langkah menentangnya," katanya.
Mereka yang hadir menyambut baik permintaan maaf tersebut. "Dia mengatakan kepada orang-orang dari Suriname bahwa dia menyesal," kata Abmena Ryssan, 67, yang mengenakan jubah berwarna cerah dan penutup kepala yang eksotis – sebuah panci masak yang dihiasi dengan bendera Suriname.
"Mungkin dia sekarang bisa melakukan sesuatu untuk orang kulit hitam," kata Ryssan kepada AFP.
"Dia bertanggung jawab, jadi saya memaafkannya," kata Arnolda Vaal, 50, mengenakan pakaian tradisional budak perempuan.
Sejak gerakan Black Lives Matter muncul di Amerika Serikat, Belanda telah memulai perdebatan yang sulit tentang masa lalu kolonial dan perdagangan budaknya, yang mengubah mereka menjadi salah satu negara terkaya di dunia.
Sebuah studi yang dirilis pada Juni menemukan bahwa keluarga kerajaan memperoleh 545 juta euro (US$ 595 juta) antara 1675 dan 1770 dari koloni mereka di mana perbudakan tersebar luas.
Nenek moyang raja saat ini, Willem III, Willem IV dan Willem V, termasuk di antara penghasil terbesar dari apa yang disebut laporan Belanda sebagai "keterlibatan negara yang disengaja, struktural dan jangka panjang" dalam perbudakan. (AFP/M-3)
Terkini Lainnya
Pendudukan Israel atas Palestina Disebut Kolonialisme Satu-satunya Saat ini
Swiss Kembalikan Tiga Mumi ke Bolivia
Menelusuri Jejak Kolonialisme di Benua Amerika
Belanda Kembalikan Ratusan Objek Seni yang Dicuri Selama Era Kolonial
Bukti Kolonialisme Masih Tumbuh Subur di Indonesia
KKP Bertekad Atasi Kasus Perbudakan di Kapal Perikanan
Prancis Tuntut Mantan Istri Pejabat IS Terlibat Dalam Kasus Perbudakan Yazidi
KKP Kecam Keras Kasus Perbudakan di atas KIA Ilegal
Segera Wujudkan Kepastian Perlindungan Pekerja Rumah Tangga
Permintaan Maaf Raja Wilem tidak Sembuhkan Luka Mantan Budak Belanda
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap