visitaaponce.com

Pendudukan Israel atas Palestina Disebut Kolonialisme Satu-satunya Saat ini

Pendudukan Israel atas Palestina Disebut Kolonialisme Satu-satunya Saat ini
Anggota pasukan keamanan Israel berjaga ketika seorang wanita Palestina menuju ke Masjid Al-Aqsa melalui Gerbang Damaskus di Yerusalem(AFP)

PENGAJAR pada Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Sigit Riyanto mengatakan bahwa pendudukan Israel atas wilayah Palestina merupakan satu-satunya bentuk kolonialisme yang terjadi saat ini. Baginya, itu dijustifikasi dari sudut pandang hukum maupun pertimbangan atas penghormatan hak asasi manusia (HAM).

Menurut Sigit, konflik yang terjadi di sana bukan hanya antara Israel dan Palestina, tapi juga Israel dengan warga dunia. Sebab, sudah banyak pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dan norma hukum memaksa yang tidak boleh disimpangi, termasuk ketentuan mengenai genosida yang diratifikasi sendiri oleh Israel.

Apalagi, sejak 1948, wilayah Israel terus meluas, sementara tanah Palestina justru menyempit. Hal tersebut disampaikan Sigit dalam diskusi bertajuk Menerka Masa Depan Palestina yang digelar secara daring oleh Pusat Kajian Demokrasi, Konstitusi, & HAM Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (8/5).

Baca juga : Yahudi Ultra-Ortodoks Keberatan Wajib Militer Israel

"Pendudukan Israel atas Palestina merupakan satu-satunya kolonialisme yang ada di muka bumi saat ini," ujarnya.

"Karena sejak 1948, setidak-tidaknya 90% warga Palestina sudah diusir oleh tentara Israel, bisa dilacak dalam sejarah dan informasi-informasi yang lain mengenai Peristiwa Nakba," sambungnya.

Pada kesempatan yang sama, pengajar Departemen Hubungan Internasional Fisipol UGM Siti Mutiah Setiawati menjelaskan bahwa konflik antara Israel dan Palestina hanya akan berakhir jika tidak ada campur tangan asing, misalnya Amerika Serikat dan sekutunya yang terus mendukung Israel. Pasalnya dukungan Barat terhadap Israel terus melemahkan posisi Palestina.

Baca juga : Tiongkok Minta Israel Hentikan Niat untuk Serang Rafah

Bagi Siti, yang terjadi antara Israel dan Palestina bukan semata-mata perselisihan teritorial, melainkan perebutan wilayah Palestina oleh Israel. "Konflik ini bukan tentang perebutan. Kalau perebutan kan sama-sama berhak, kalau ini orang Yahudi yang merebut wilayah milik bangsa Palestina," terangnya.

Di sisi lain, ia juga tidak menyangkal bahwa konflik antara dua negara itu dilatarbelakangi masalah agama. Apalagi, bangsa Yahudi di Israel menggunakan alasan keagamaan yang mereka yakini sebagai hak atas wilayah Palestina.

"Karena tuhan mereka, Yahweh, menjanjikan wilayah Palestina itu hanya untuk bangsa Yahudi," kata Siti.

Di Yerusalem, Tepi Barat, konflik keagamaan kian terasa dengan kehadiran situs-situs penting bagi agama abrahamik, yakni Islam, Yahudi, dan Kristen. Siti menjelaskan, Yerusalem merupakan tempat Tembok Ratapan dan Masjid Al-Aqsa berada, sekaligus lokasi yang diyakini menjadi tempat Yesus Kristus disalib.

"Kalau menurut saya konflik ini ada unsur konflik agamanya. Unsur agama juga saya jadikan alasan karena seringkali Israel itu menyerang tempat-tempat suci agama, menyerang Masjid (Al-Aqsa) tahun 2021 ketika jamaah orang Arab Palestina sedang melaksanakan salat di akhir Ramadan," pungkasnya. (Tri/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat