Jaga Surplus, Pemerintah Diminta Kendalikan Impor Barang Konsumtif
![Jaga Surplus, Pemerintah Diminta Kendalikan Impor Barang Konsumtif](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2021/03/d5c8e3bea2e7d285f072a950c613b36e.jpg)
KENDATI ada kecenderungan membaiknya pasar perdagangan dunia pada 2021 setelah sempat terpuruk karena pandemi Covid 19 tahun sebelumnya, pemerintah diharapkan tetap hari-hati dalam menjaga neraca perdagangan. Sejumlah pakar meminta pemerintah meningkatkan signifikansi pengendalian impor barang, terutama barang konsumtif.
Harapan ini mengemuka pada Webinar “Pemulihan Ekonomi Nasional Pasca Pandemi Covid-19: Penguatan Ekspor” yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Sosial Politik (PKSP) Universitas Nasional Jakarta, bekerja sama dengan Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan, dan Public Trust Indonesia, di sebuah hotel di Jakarta, Rabu (3/3) siang.
Webinar yang menghadirkan narasumber Vice President PT. Sucofindo (Persero) Dr. Soleh Rusyadi Maryam, Pakar Ekonomi Universitas Nasional Jakarta Prof. Dr. I Made Adnyana, S.E., M.M., dan Rektor Istitut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta Dr. Mukhaer Pakkana , S.E., M.M. itu berharap pemerintah melanjutkan momentum surplus perdagangan pada 2020 dengan lebih mengendalikan pertumbuhan impor.
Vice President PT. Sucofindo (Persero) Soleh Rusyadi Maryam mengemukakan nilai ekspor produk Indonesia 2020 mencapai angka terendah sejak tahun 2017, namun surplus yang dicatat (21,737 miliar dollar AS) merupakan yang tertinggi sejak tahun 2015. Hal ini terjadi bukan karena adanya lonjakan ekspor tetapi karena nilai impor 2020 sebesar 141,568 miliar dollar AS merupakan yang terendah sejak tahun 2017. “Jadi inilah dampak nyata dari pandemi Covid 19 di tahun 2020,” terang Soleh.
Soleh yakin Pemerintah akan terus menggalakkan ekspor meskipun masih dalam situasi pandemi Covid 19. Di sisi lain pemerintah juga harus berani melakukan tindakan ekstrem mengendalikan impor barang konsumsi.
Mengenai importasi produk konsumtif itu, Soleh mengemukakan, sesuai data ada 5 (lima) produk yang mengalami pertumbuhan impor tertinggi selama 2016-2020, yaitu: a. bahan tambang; b. perhiasan; c. produk kimia; d. buah-buahan; dan e. produk-produk susu (dairy product).
Ia melihat banyak jenis produk impor yang bisa dikendalikan karena bukan merupakan kebutuhan primer. “Impor perhiasan, buah-buahan, dan susu seharusnya bisa dikendalikan hingga angka minimal,” terang Soleh.
Pengembangan Produk Ekspor
Lektor Ekonomi Universitas Nasional Jakarta Prof. Dr. I Made Adnyana, S.E., M.M.mengemukakan sejumlah upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga pasar dan menggenjot ekspor produk Indonesia, di antaranya meningkatkan penetrasi ke pasar non tradisional. Upaya ini dapat dilakukan melalui program pengembangan produk ekspor, pengembangan SDM di bidang ekspor, dan promosi dagang.
“Pemerintah harus memfasilitasi pengusaha Indonesia untuk melakukan promosi ke berbagai negara,” kata Adnyana.
Adapun Rektor Istitut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta Dr. Mukhaer Pakkana , S.E., M.M.mengingatkan, bahwa terjadinya surplus perdagangan adalah karena harga ekspor naik signifikan dari level terendah pada Mei 2020, sementara pada saat bersamaan harga impor relatif justru lambat kenaikannya.
“Ini memberi peluang bagi usaha berbasis ekspor untuk ekspansi selagi harga pasar tinggi, dan juga peluang pengadaan barang modal dan bahan baku impor selagi harga sedang murah dan rupiah sudah mulai kuat,” terang Mukhaer.
Dari sisi pertumbuhan, Mukhaer menilai Indonesia tidak terlampau terpuruk karena hanya terkontraksi 2,1%. Ia bandingkan dengan Filipina yang minus 9,5%.
Karena itu, Rektor Institut Teknologi Bisnis Ahmad Dahlan itu menilai tingkat konsumsi masyarakat masih bisa lebih digenjot sehingga bisa meningkatkan produksi.
Ia setuju impor produk konsumtif perlu dikendalikan. Namun impor substitusi produk lokal baik untuk ekspor maupun konsumsi lokal perlu didorong karena memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. (OL-13)
Terkini Lainnya
Rumah Zakat dan Cppetindo Bagikan Bantuan Pangan ke Keluarga Prasejahtera
Studi: Mayoritas Masyarakat Senang Berbelanja Barang Kemasan Konsumen
Rupiah Menguat saat Investor Antisipasi Inflasi Konsumsi Pribadi AS
Ini Batasan Konsumsi Gula dan Garam pada Anak
Cukup Serat Kurangi Risiko Alergi pada Anak
Daya Beli Terjaga, Potensi Masyarakat Lindungi Aset Terbuka Lebar
Produksi Adalah: Pengertian, Faktor, dan Contoh Kegitannya
Ketua Delegasi Working Lunch bersama Pemangku Kepentingan Chile
Kemendes PDDT Dorong Percepatan Pengadaan Digital di Daerah Tertinggal
Bermitra dengan PTPN III, Perusahaan Vendor Menyatakan Puas
Pengadaan Barang dan Jasa Hulu Migas 2022 dengan Kandungan Lokal 64,7%
Pameran Pengadaan Barang Jasa Skala Nasional Digelar di Yogyakarta
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap