visitaaponce.com

Unilever Jual Bisnis Teh Globalnya kecuali di Tiga Negara

Unilever Jual Bisnis Teh Globalnya kecuali di Tiga Negara
Logo Unilever.(AFP/John Thys.)

GRUP barang konsumen Inggris, Unilever, setuju menjual bisnis teh globalnya, termasuk merek Lipton dan PG Tips, seharga 4,5 miliar euro (US$5,1 miliar). Penjualan ke grup ekuitas swasta CVC Capital Partners itu datang ketika Unilever mencari peluang pertumbuhan yang lebih tinggi di tempat lain.

"Evolusi portofolio kami ke ruang pertumbuhan yang lebih tinggi merupakan bagian penting dari strategi pertumbuhan kami untuk Unilever," kata kepala eksekutif Alan Jope dalam suatu pernyataan, Kamis (18/11). "Keputusan kami untuk menjual Ekaterra menunjukkan kemajuan lebih lanjut dalam memenuhi rencana kami."

Divisi teh Ekaterra, dengan portofolio 34 merek termasuk Pukka, T2, dan TAZO, menghasilkan pendapatan sekitar dua miliar euro tahun lalu, kata Unilever. "Ekaterra tergolong bisnis yang hebat, dibangun di atas fondasi yang kuat dari merek-merek terkemuka dan pendekatan yang digerakkan oleh tujuan untuk produk, orang, dan komunitasnya," kata Pev Hooper, Managing Partner di CVC Capital Partners, dalam pernyataannya.

Dia mengatakan bisnis itu diposisikan dengan baik di pasar yang menarik untuk mempercepat pertumbuhannya di masa depan dan memimpin pembangunan berkelanjutan kategori. Kesepakatan itu akan selesai pada paruh kedua tahun depan, tergantung pada persetujuan peraturan.

Transaksi tersebut tidak termasuk bisnis teh Unilever di India, Nepal, dan Indonesia, serta kepentingannya dalam usaha patungan teh siap minum Pepsi Lipton dan bisnis distribusi terkait. Unilever, yang produknya juga termasuk es krim Magnum, pembersih permukaan Cif, dan sabun Dove, menyelesaikan penggabungan entitas perusahaan Belanda dan Inggris setahun yang lalu.

Bulan lalu, ia memperingatkan bahwa tekanan biaya tinggi akan berlanjut ke tahun depan, karena membukukan kenaikan penjualan berkat kenaikan harga. Dunia mengalami inflasi yang kuat karena ekonomi dibuka kembali dari penguncian pandemi di tengah kendala pasokan dan permintaan yang kuat.

Baca juga: Menteri BUMN Prediksi Negosiasi Utang Garuda Butuh 7 Bulan

Biaya bahan mentah dan energi melonjak. Sejumlah sektor juga dipengaruhi oleh kebutuhan untuk membayar upah yang lebih tinggi karena mereka berjuang untuk mendapatkan staf. (AFP/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat