visitaaponce.com

Perjalanan Airbus di Indonesia, Ternyata sudah 40 Tahun

Perjalanan Airbus di Indonesia, Ternyata sudah 40 Tahun
Air salute menyambut pesawat AirAsia A320 Airbus dari Jakarta setelah mendarat di Bandara Internasional Kuala Lumpur 2 (KLIA 2), 1 April 202(AFP/MOHD RASFAN)

AIRBUS dan Indonesia telah menjalin hubungan selama lebih dari 40 tahun sejak 1976, saat PT Dirgantara Indonesia (PT DI) mendapat lisensi untuk memproduksi pesawat taktis NC212 dan helikopter NBO-105.

Garuda Indonesia menjadi pemesan pesawat komersil A300B4 dan terlibat dalam pengembangan pesawat berbadan lebar (widebody) pertama di dunia dengan kru yang hanya terdiri dari dua pilot. Sejak saat itu, produsen Airbus menjadi pemasok utama pesawat penumpang, helikopter, dan produk pertahanan serta layanan terkait di Indonesia.

"Garuda Indonesia menjadi maskapai pertama di dunia yang mengoperasikan pesawat berbadan lebar dengan kru yang hanya terdiri dari dua pilot," kata Airbus President for Asia-Pacific, Anand Stanley di Jakarta, Rabu (20/4).

Pada akhir tahun 2012, Citilink melakukan pemesanan pertamanya kepada Airbus yang mencakup 25 pesawat A320neo.

Sebelum pesanan pesawat itu dikirim, Citilink pun telah mulai mengoperasikan A320 yang disewa pada 2011. Pada bulan Februari 2017, Citilink menerima A320neo pertamanya dan saat ini mengoperasikan 39 pesawat A320ceo, 10 pesawat A320neo, dan dua pesawat A330-900 sebagai bagian dari armada mereka.

Lalu, Indonesia AirAsia (IAA), cabang dari maskapai berbiaya rendah AirAsia Group yang berkantor pusat di Jakarta, menjadi operator baru untuk A320 di tahun 2008. IAA saat ini mengoperasikan 25 pesawat A320. Sementara itu, perusahaan seinduk IAA, Indonesia AirAsia X, mengoperasikan dua pesawat lorong ganda A330 untuk penerbangan jarak jauh berbiaya rendah.

Pada Maret 2013, Airbus kembali mendapatkan pelanggan baru dari Indonesia ketika maskapai berbiaya rendah Lion Air melakukan pesanan besar-besaran untuk 234 pesawat Keluarga A320 dari Airbus. Pada Maret 2019, Lion Air merevisi pesanannya menjadi 220 pesawat Keluarga A320 yang terdiri atas 113 A320neo, 65 pesawat A321neo, dan 42 unit A320ceo.

Pesanan A320ceo tersebut kemudian mengalami penyesuaian menjadi 44 unit. Seluruh pesanan A320ceo telah diserahkan pada Lion Air dan dioperasikan oleh unit full service Lion Group, Batik Air.

Batik Air menerima pesawat A320neo pertamanya pada Januari 2020. Saat ini, Batik Air mengoperasikan 31 unit A320ceo dan 1 unit A320neo dalam armadanya.

Pada Juli 2019, Lion Air menerima pesawat A330-900 pertamanya dan menjadi maskapai pertama dari Asia Pasifik yang mengoperasikan pesawat A330neo. Saat ini Lion Air mengoperasikan enam pesawat A330-900.

Sebelumnya, pada awal tahun 2015, Lion Air memesan tiga pesawat berbadan lebar A330-300 dari Airbus. Kemudian, pada Februari 2017, Lion Air kembali memesan tiga pesawat A330-300 sebagai tambahan. Lion Air menerima pesawat A330-300 pertamanya pada bulan Oktober 2015, dan kini memiliki enam pesawat dengan konfigurasi kabin padat penumpang. Satu pesawat lainnya beroperasi bersama Thai Lion, anak perusahaan Lion Group di Thailand.

Super Air Jet, sebuah maskapai berbiaya rendah sebagai anak perusahaan baru dari Lion Air Group, mulai beroperasi pada tahun 2021 dengan 3 pesawat A320ceo. Hingga bulan Februari 2022, Super Air Jet telah memperluas armadanya menjadi 26 pesawat A320ceo.

Baca juga: Airbus Tegaskan Komitmen Keberadaanya di Indonesia

Untuk divisi Airbus Defence and Space telah hadir di Indonesia sejak tahun 1976 hingga kini. Airbus bekerja sama dengan PTDI, untuk lisensi produksi pesawat CN212, mengembangkan CN235, dan menyediakan pesawat C295, penerus CN235, untuk Kementerian Pertahanan Indonesia.

Airbus juga bekerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) untuk mengembangkan kemampuan penerimaan gambar satelit. Kerja sama ini memungkinkan LAPAN untuk menerima gambar dari konstelasi satelit Pleiades dan TerraSAR-X untuk membantu Indonesia mengawasi dan mengoptimalkan sumber daya alam.

Hubungan PTDI dengan Airbus Helicopters dimulai di tahun 1976 dengan lisensi produksi helikopter NBO-105 di Bandung. Lebih dari 100 helikopter bermesin ganda ini diproduksi untuk pasar domestik dan ekspor.

Saat ini Airbus menjadi produsen terdepan di segmen helikopter Indonesia dengan lebih dari 150 helikopter yang beroperasi dengan 30 operator di Indonesia. Angka tersebut mencakup sepertiga dari total pasar Indonesia, yang armadanya terdiri dari helikopter bermesin tunggal, bermesin ganda, hingga yang lebih besar seperti model H225 terbaru.

Pada sektor sipil, helikopter-helikopter tersebut dikerahkan dengan sangat ekstensif di seluruh Indonesia untuk berbagai misi, mulai dari transportasi VIP dan penumpang, keperluan bisnis, penegakan hukum, dan layanan medis darurat. Tentara Nasional Indonesia mengoperasikan helikopter Airbus untuk latihan taktis, transportasi taktis, misi pencarian dan pertolongan, dan keperluan transportasi lainnya.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan Indonesia telah memesan dua unit pesawat A400M. Dengan kemampuan angkutnya yang besar, pesawat ini akan memiliki peran penting dalam berbagai misi seperti terjun payung, transportasi kargo besar, hingga misi penyelamatan dalam krisis. Kementerian Pertahanan telah menandatangani Letter of Intent untuk pembelian empat pesawat A400M tambahan.

Pemerintah Indonesia juga menggunakan helikopter Super Puma dalam operasi mitigasi bencana erupsi Gunung Semeru pada bulan Desember 2021, serta untuk kunjungan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Maruf Amin ke berbagai lokasi.

Pada bulan Februari 2022, PTDI mengirimkan helicopter Super Puma NAS-332 Cit ke Kementerian Pertahanan Indonesia. Helikopter ini akan dioperasikan oleh Skuadron Udara 6 di Pangkalan Udara Tentara Nasional Indonesia Atang Sendjaja di Bogor, Jawa Barat. (A-2)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat