visitaaponce.com

Mayora Indah Gandeng IT Del Manfaatkan Eceng Gondok Danau Toba

Mayora Indah Gandeng IT Del Manfaatkan Eceng Gondok Danau Toba
Direktur Mayora Indah Johan Muliawan dan Rektor IT Del Arnaldo Marulitua Sinaga.(DOK Pribadi.)

PT Mayora Indah Tbk dan Institut Teknologi Del bekerja sama membangun fasilitas pengolahan eceng gondok menjadi pupuk cair dan pupuk padat. Usaha pengolahan ini akan membawa dampak positif dalam mengurangi populasi eceng gondok di Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Danau Toba.

Eceng gondok yang awalnya gulma dan mengotori danau, dengan fasilitas itu diubah menjadi produk pupuk yang dapat memenuhi kebutuhan para petani didaerah Toba. Kerja sama pemanfaatan dan pengolahan eceng gondok ini turut didukung oleh Pemerintah Kabupaten Toba, Provinsi Sumatra Utara, dan Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves).

Kemenko Marves terus berupaya dalam melakukan tugas melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian dalam menjadikan DPSP Danau Toba sebagai destinasi pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Keberadaan eceng gondok selama ini menjadi satu kekhawatiran berbagai pihak mengingat pertumbuhannya terbilang sangat pesat terlihat dari populasinya yang awalnya 100 m2 menjadi 200 m2 hanya dalam waktu tujuh hari.

"Cita-cita besar kita ialah menjadikan Danau Toba sebagai destinasi yang berkualitas. Dalam rangka itu, segala sesuatu yang menghambat kemajuan ke arah sana perlu kita cermati. Terkait dengan eceng gondok, memang kami lihat itu mengurangi estetika danau sehingga kami menyambut baik kerja sama yang dilakukan antara PT Mayora Indah Tbk dan Institut Teknologi Del. Kami berharap program ini dapat meningkatkan estetika danau sekaligus memberikan nilai tambah berupa pupuk organik kepada masyarakat," ungkap Asisten Deputi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan, Kosmas Harefa, secara terpisah usai penandatanganan secara simbolis dilakukan di Mayora Group Headquarters, Jakarta, Jumat (8/7).

Populasi eceng gondok terlihat mendominasi area perairan Danau Toba dan mengurangi nilai estetika kawasan yang menjadi salah satu dari lima destinasi wisata superprioritas di Indonesia. Di sisi lain, eceng gondok mengandung unsur-unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan potasium masing-masing sebesar 2,34%, 0,24%, dan 1,95%, serta asam humat yang menghasilkan senyawa fitohara untuk mempercepat pertumbuhan akar tanaman, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang akan sangat bermanfaat bagi para petani.

Sebagai gambaran, kebutuhan pupuk masyarakat per satu musim tanam sebesar 39.000 ton. Suplai pupuk yang tersedia hanya 10.000 ton. Selain itu, terdapat disparitas harga pupuk kimia bersubsidi dengan nonsubsidi. Dengan demikian, program pemanfaatan eceng gondok selain meningkatkan estetika danau juga akan memberikan pupuk organik dengan harga kompetitif pada para petani.

Kosmas mengatakan, pengolahan eceng gondok akan dibangun di Kampus Institut Teknologi Del yang dibagi dalam dua tahap, yaitu pabrik pengolahan eceng gondok menjadi pupuk padat dan cair. Proses pengambilan eceng gondok akan dilakukan via kapal harvester milik Balai Wilayah Sungai Sumatra II. "Selanjutnya, eceng gondok akan dikumpulkan di tempat penampungan sementara dan akan dibawa ke tempat pengolahan," katanya.

Sebagai perusahaan nasional yang memiliki komitmen untuk selalu memberikan kontribusi positif di mana pun berada, Mayora melihat bahwa pemanfaatan eceng gondok menjadi pupuk organik dapat memberikan dua dampak positif. Dampaknya yaitu mengurangi populasi eceng gondok yang mencemari Danau Toba dan menjadikannya bahan baku pembuatan kompos yang akan diolah melalui proses dekomposisi oleh mikroorganisme terhadap buangan organik. "Kami melihat ada masalah dan sekaligus solusi terkait isu eceng gondok yang populasinya memenuhi wilayah perairan Danau Toba. Oleh karenanya, bekerja sama dengan Institut Teknologi Del, kami akan membangun pabrik yang akan mengubah eceng gondok menjadi pupuk organik untuk membantu meningkatkan produktivitas pertanian," jelas Johan Muliawan, Direktur Mayora Indah.

Fasilitas pengolahan pupuk akan dibangun di Kampus Institut Teknologi Del dengan luas lahan sekitar 1.000 m² yang meliputi area pengolahan, penampungan, serta area transportasi. "Pembangunan pabrik akan dibagi dalam dua tahap, yaitu pabrik pengolahan eceng gondok menjadi pupuk padat dan pabrik pengolahan eceng gondok menjadi pupuk cair. Semua proses produksi ini akan dilakukan di area dan di bawah pengawasan IT Del," jelas Johan lagi.

Proses pengolahan akan dimulai dengan pengambilan eceng gondok yang dilakukan via kapal harvester milik Balai Wilayah Sungai Sumatra II. Selanjutnya, eceng gondok dikumpulkan di tempat penampungan sementara dan dibawa ke tempat pengolahan. Pengolahan eceng gondok menjadi pupuk padat menggunakan 40 komposter menara dengan volume olah 500 kg/komposter dan lama waktu pengomposan 20 hari. Sedangkan pengolahan pupuk cair menggunakan alat dari pengembangan prototipe digester pengolahan pupuk cair yang sebelumnya digunakan sebagai alat penelitian di Institut Teknologi Del. Adapun peralatan tersebut terdiri dari tangki umpan berkapasitas dua ton, dua bioreaktor berkapasitas dua ton, pemekat gravitasi, tangki pencampur berkapasitas 500 kg, dan tangki penyimpanan berkapasitas 2 ton.

"Adapun kebutuhan eceng gondok untuk diolah menjadi pupuk padat dan pupuk cair yaitu 1,1 ton/hari. Ini
menghasilkan pupuk padat sebanyak 1 ton/hari serta pupuk cair sekitar 20-25 liter per hari," ucap Arnaldo Marulitua Sinaga, Rektor IT Del. "Semoga proyek ini akan menjadi solusi permasalahan perairan Danau Toba dan sekaligus mengatasi kekurangan kebutuhan pupuk para petani. Kami juga berharap ini akan menjadi pilot yang keberhasilannya bisa diduplikasi di wilayah perairan lain," tutup Johan. (OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat