visitaaponce.com

Kadin Indonesia Harus Tetap Waspada Ancaman Krisis Global

Kadin: Indonesia Harus Tetap Waspada Ancaman Krisis Global
Arsjad Rasjid.(MI/Susanto. )

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasyid mengatakan bahwa saat ini, Indonesia memang sedang dihadapi ancaman krisis global, yakni krisis pangan dan energi serta resesi.Meski demikian, menurutnya Indonesia tidak perlu takut, namun harus tetap waspada.

"Dari survei Bloomberg, risiko resesi Indonesia hanya 3% dibandingkan dengan negara-negara lain yang bahkan hingga lebih dari 80%," ungkapnya kepada Media Indonesia, Rabu (12/10).

Lebih lanjut, Arsjad meminta masyarakat Indonesia harus tetap optimistis di tengah ketidakpastian dan gejolak ekonomi global. Dalam keadaan seperti ini, dia menegaskan bahwa Kadin akan membantu Indonesia untuk mempertahankan perekonomian.

Beberapa langkah yang dilakukan Kadin ialah percepatan adopsi digitalisasi dan teknologi Industri 4.0 bagi sektor industri, mendorong TKDN, dalam hal ini bekerja sama dengan pelaku usaha dan pemerintah untuk terus meningkatkan kapasitas produksi nasional untuk industri Indonesia yang berdaya saing dan mandiri. "Kami juga akan fasilitasi kemitraan inclusive closed-loop ecosystem, yakni menghubungkan perusahaan swasta besar kepada petani dan UMKM daerah untuk pendampingan. Ujungnya hal ini dapat meningkatkan ketahanan pangan Indonesia dan kesejahteraan rakyat kecil di tengah gejolak ekonomi global," kata Arsjad.

Dia menekankan bahwa Kadin optimistis terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini didasari beberapa faktor. Dari sisi fundamental makro ekonomi, Arsjad menilai bahwa Indonesia masih stabil.

Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,44% pada kuartal II 2022 di tengah gejolak global. Selain itu, pada September 2022, tingkat inflasi juga dikatakan masih terkendali di level 5,95% yoy, dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman yang diatas 8%. "IMF (International Monetary Fund) juga memprediksi bahwa surplus neraca berjalan Indonesia dapat mencapai 3% dari PDB (Produk Domestik Bruto) dengan memanfaatkan kenaikan harga-harga komoditas global, terutama komoditas-komoditas unggulan ekspor domestik," ujarnya.

Sementara itu, dari sisi industri Indonesia sampai saat ini dikatakan masih menguat. Pada September 2022, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia naik sampai 53,7. Angka ini melampaui angka PMI Manufaktur Dunia yang sebesar 50,3 dan PMI ASEAN 53,5.

Selain itu, sentimen positif terhadap perekonomian Indonesia juga dapat terlihat dari nilai Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang terus mengalami kenaikan hingga 129 dan pada Mei 2022. Pada September 2022, IKK masih dalam berada di level optimis meskipun menurun yakni di angka 117,2. "Hal ini menggambarkan bahwa sektor usaha bisa optimis terhadap kondisi perekonomian nasional yang terus membaik di tengah ketidakpastian dan pemulihan ekonomi global. Sehingga target pertumbuhan antara 4,5% sampai 5,3% bisa tercapai," pungkas Arsjad. (OL-12)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat