visitaaponce.com

Peternak Bisa Untung 3 Kali dengan Konsep Tertutup dibanding Konvensional

Peternak Bisa Untung 3 Kali dengan Konsep Tertutup dibanding Konvensional
Konsep peternakan modern, yang dibuat agar semua bagian kandang tertutup membuat peternak bisa untung 3 kali lipat.(MI/Lina Herlina)

SIANG itu, sebuah truk datang, menimbang, lalu mengangkut ratusan ekor ayam pedaging dari kandang tertutup terpal berwarna biru, di Desa Belapunranga, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Kandang ayamnya tidak seperti kandang pada umumnya itu, lalu ditutup rapat kembali, agar udara di dalamnya terjaga. Karena memang, konsepnya adalah closed house farm. Konsep peternakan modern, yang dibuat agar semua bagian kandang tertutup.

Interior kandang didesain layaknya sebuah lorong udara dengan kemampuan pengendalian temperatur. Pada satu sisi dinding, sistem udara menyemburkan oksigen segar ke seisi ruangan, lalu pada sisi berlawanan terdapat ventilasi berupa kipas-kipas untuk menyedot udara kotor keluar.

Baca juga : Investigasi Temukan Risiko Keamanan Makanan dan Kekejaman Hewan pada Rantai Pasok Gerai Kopi Ternama

Mustakim, 36, menunjukkan enam kandang ayam close house farm miliknya. Ada yang hanya satu lantai, ada juga yang berlantai dua. Di dalamnya tentu dipenuhi ayam broiler. Ratusan ayam dalam kandang itu benar-benar tertutup, tapi saat masuk dalam kandang, tidak ada kesan pengap atau gerah. Bahkan di siang yang terik itu, hawa dalam kandang terasa lebih sejuk.

Dia pun bercerita, saat ini, dirinya mengelola enam kandang pada tiga lokasi peternakan dengan kapasitas 160 ribu ekor dalam sekali masa panen. Padahal dia baru merintis ternak ayamnya pada 2019, setelah bekerja di bidang ekonomi kreatif.

Kini usaha ternak ayamnya, berjalan dua setengah tahun, dan sudah mempekerjakan hampir 40 orang. Pendapatan dari peternakan ayam broiler antara Rp4.500 hingga Rp7 ribu per ekor itu sudah mampu menggaji dan operasional kandang.

Baca juga : Teaching Farm Polbangtan Sukses Membudidayakan Ayam Broiler

"Untuk mendapatkan laba bersih, nilainya dikurangi biaya operasional Rp1.500 per ekor. Itu untuk gaji karyawan, pembelian sekam, dan pengeluaran lainnya. Dengan kapasitas kandang 160 ribu ekor. Soal untung, semua tergantung dari manajemen kita di kandang. Kembali lagi ke
manajemen. Kalau kurang bagus, tetap saja tidak bisa," urai Mustakim.

Satu kandang ayam, seluas 12x84 meter persegi, disuplai listrik 16.500 VA (Volt Ampere). Itu menghabiskan biaya Rp6 juta hingga Rp8 juta per bulan. "Ini sudah sangat efisien, setelah menggunakan listrik dari PLN, karena itu sangat menunjang aktivitas kandang dengan konsep closed house farm," ungkap Mustakim.

Karena sebelumnya, kandang miliknya, masih menggunakan tenaga genset, yang membutuhkan empat liter solar per jam agar sistem kelistrikan kandang terus beroperasi.  "Berarti dalam sehari atau 24 jam perlu 100 liter solar industri yang bernilai Rp1,2 juta. Dikali sebulan, berarti butuh Rp36 juta per satu kandang. Secara efisiensi, memang lebih efisien menggunakan tenaga listrik. Pengeluaran lebih hemat tiga kali lipat," kata Mustakim.

Baca juga : Ketua Umum PPUN Dorong Usaha Peternakan Berkelanjutan dan Berdaya Asing

Ayah satu orang anak ini menjelaskan, kandang tertutup menjamin keamanan ayam dari kontak dengan organisme lain sehingga tidak rentan stres. Konsep itu menekan kematian dan mempercepat pertumbuhan ayam, yang berujung pada meningkatnya produktivitas peternakan.

Mustakim menyebut setidaknya ada empat struktur utama pada sistem closed house, yaitu heater dan cooling pad sebagai pengatur suhu udara masuk, blower untuk sirkulasi udara keluar, serta jaringan listrik untuk mengoperasikan sistem udara.

"Pada closed house farm, jantungnya adalah listrik. Ketika listrik tidak ada, maka selesai. Jadi kita sangat tergantung pada pasokan listrik dari PLN," sebut Mustakim.

Baca juga : Bakteri Salmonella masih Ditemukan pada Telur Dijual di Supermarket

Sistem closed house farm juga disebut mampu meningkatkan produktivitas peternakan. Seperti yang dirasakan Mustakim. Pada peternakan modern cuma butuh waktu 21 hingga 23 hari untuk panen dengan bobot ayam 1,2 kilogram. Dibandingkan dengan kandang konvensional, rata-rata masa panen mencapai 27 sampai 30 hari.

"Untuk mencapai bobot 3 kilogram, 35-36 hari kita sudah dapat. Sedangkan teman open house, untuk capai bobot itu bisa saja sampai 45 hari. Perbedaannya selisih 10 hari," lanjut Mustakim.

Dia pun melihat potensi peternakan ayam broiler dengan sistem kandang tertutup punya masa depan cerah. Dia sendiri menargetkan peternakannya dengan skala lebih besar bisa menampung 500 ribu ekor ayam di tahun 2023, lalu satu juta ekor pada 2027.

Baca juga : Pinsar Ingatkan Peran Strategis Peternak dan Pemerintah Cegah Stunting

"Untuk progresnya kita optimis, karena untuk Sulawesi sebenarnya masih kekurangan 30% dari kebutuhan ayam. Itu peluang bagi teman-teman peternak," pungkasnya. (OL-13)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat