visitaaponce.com

B35 Potensial Dikembangkan, Masih Perlu Bahan Aditif Khusus

B35 Potensial Dikembangkan, Masih Perlu Bahan Aditif Khusus
Eric Permana, Founder & CEO Inneron dalam 2023 Sumatra Coal Outlook Conference(Dok. Pribadi)

PEMERINTAH Indonesia mulai menerapkan penggunaan B35 sejak 1 Februari 2023. B35 potensial dikembangkan di Indonesia mengingat bahan bakunya berbasis kelapa sawit. Meski begitu, penggunaan B35 masih memerlukan bahan aditif khusus agar tidak menghambat kerja mesin-mesin tertentu.

B35 adalah campuran Fatty Acid Methyl Esters (FAME) 35% dan 65% BBM diesel jenis solar. Bahan baku biodiesel di Indonesia berasal dari minyak kelapa sawit. Sebagai salah satu negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia, pemanfaatan biodiesel berpotensi dikembangkan di Indonesia dan sekaligus dapat menghemat devisa negara.

“Namun, kandungan FAME yang tinggi menimbulkan kekhawatiran pada pelaku industri alat berat. Hal ini karena FAME dapat membentuk deposit pada injektor mesin, menyumbat filter sehingga harus sering mengganti filter, dan alat berat sering mengalami low power,” ujar Eric Permana, Founder & CEO Inneron dalam 2023 Sumatra Coal Outlook Conference di Midplaza, Jakarta.

Baca juga : Kementan Dorong Akselerasi Target Peremajaan Komoditas Unggulan Perkebunan

Eric melanjutkan, sifat alami biodiesel berbasis FAME memang lebih cenderung menimbulkan presipitasi dan pembentukan gumpalan (gel). 

“Pada umumnya, pengguna alat berat memasang pra-filter tambahan guna menyaring gumpalan untuk mencegah terjadinya penyumbatan pada filter mesin. Namun, proses alami pembentukan gumpalan bersifat kontinu sehingga terkadang pra-filter juga tidak dapat mencegah penyumbatan filter mesin. Solusi yang tepat harus menyasar pada masalah utama, yaitu mencegah terjadinya penggumpalan,” papar Eric.

Baca juga : Boeing Tambah Bahan Bakar Ramah Lingkungan di 2023

Salah satu solusi yang dapat diimplementasikan, ia mengusulkan, adalah menggunakan aditif bahan bakar. 

“Berhubung sifat kimiawi biodiesel berbeda dari BBM jenis solar, aditif harus diformulasikan khusus untuk biodiesel. Formulasi yang tepat dapat meningkatkan performa mesin dan mencegah terbentuknya gumpalan sehingga mesin lebih bertenaga dan awet,” jelasnya.

Eric menyampaikan, Inneron telah menghasilkan bahan aditif khusus yang bisa diimplementasikan pada mesin-mesin alat berat yang menggunakan B35. 
 
“Kami juga ingin menyebutkan kalau aditif tersebut telah berhasil menurunkan frekuensi pergantian filter dan konsumsi BBM di perusahaan tambang serta migas,” ujarnya.

Aditif ini, kata Eric, juga berpotensi meningkatkan performa mesin dan mengurangi emisi gas rumah kaca. 

“Kami berharap dengan teknologi aditif kami, Inneron dapat berkontribusi terhadap program Langit Biru pemerintah dalam mengendalikan pencemaran udara,” imbuhnya.

Tambah pula, Eric meneruskan, pemerintah sudah mulai memproduksi biodiesel generasi kedua, yakni Hydrogenated Vegetable Oil (HVO). HVO dibuat dari Refined Bleached Deodorized Palm Oil. 

HVO merupakan salah satu langkah strategis dalam mendukung transisi energi nasional. HVO juga dapat dibuat dari used cooking oil. Used cooking oil dapat menjadi sumber yang signifikan besar di Indonesia yang populasinya mencapai lebih dari 270 juta jiwa. 

“Saat ini, Inneron sedang mengembangkan teknologi aditif generasi baru khusus untuk HVO. Inneron berharap dapat ikut berpastipasi dalam pengembangan market green diesel guna mendukung program pemerintah dalam transisi ke energi bersih dan ramah lingkungan,” pungkas Eric. (RO/Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat