visitaaponce.com

RI-AS Sepakati Kerja Sama Energi Bersih, Termasuk soal Kendaraan Listrik hingga PLTN

RI-AS Sepakati Kerja Sama Energi Bersih, Termasuk soal Kendaraan Listrik hingga PLTN
Ilustrasi mobil listrik mengisi baterai(MI/Ramdani)

KEMENTERIAN Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) akan menggarap sejumlah proyek energi bersih, seperti kerja sama proyek kendaraan listrik, hingga pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) skala kecil dan menengah atau small medium reactor (SMR) berbasis thorium.

Komitmen awal ini tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) bidang energi Clean Energy Working Group Indonesia-Amerika Serikat, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (16/3). 

MoU itu ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana bersama Assistant Secretary of Commerce dan Director General of the U.S. and Foreign Commercial Service, U.S. Department of Commerce Arun Venkataraman.

Baca juga : PGAS Solution Kenalkan Energi Bersih Ramah Lingkungan pada Kalangan Pelajar

"MoU ini mencakup berbagai bidang, seperti mobil listrik, PLTN SMR, teknologi penangkap karbon atau carbon capture utilization and storage (CCUS), keamanan siber, panas bumi, dan teknologi kota pintar atau smart city di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara," kata Rida.

Menurut Rida, Indonesia memerlukan dukungan dari AS soal kebutuhan mineral kritis yang dapat digunakan sebagai pengembangan kendaraan bermotor listrik, terutama komponen baterai.

Baca juga : Gerak Nuklir Sebagai Sumber Energi Terbarukan di Indonesia Terhambat karena Ini

Dalam catatan Kementerian ESDM, untuk kendaraan listrik penggunaan teknologi baterai dapat dikategorikan berbasis NCA (nickel cobalt aluminium oxide) yang telah digunakan oleh produsen mobil Tesla, lalu berbasis NMC (nikel, mangan, cobalt) dan LFP (litihium ferrophosphate).

Sementara itu, untuk proyek PLTN SMR akan dibangun di Indonesia oleh perusahaan Thorcon Power Indonesia. PLTN ini akan dibangun di Pangkalpinang, Bangka Belitung, dengan kapasitas 500 megawatt (MW) dan ditargetkan beroperasi pada 2030.

Rida menyampaikan, untuk menindaklanjuti penandatanganan ini, Pemerintah Indonesia mengundang investor Amerika Serikat untuk berkolaborasi, tidak hanya untuk investasi tetapi juga meningkatkan teknologi transisi energi di Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, Arun Venkataraman menyampaikan sudah ada 16 perusahaan AS yang berminat berinvestasi di Indonesia di bidang energi bersih.

"16 perusahaan ini sedang menjajaki kerja sama, terutama dalam bilateral bidang strategis energi bersih dengan perusahaan dan pemerintah Indonesia," jelasnya.

Ia menambahkan, MoU ini akan menjadi kendaraan untuk menindaklanjuti potensi kerja sama yang akan tercipta. Untuk total investasi yang akan disepakati, belum bisa diungkapkan Arun karena masih bersifat penjajakan oleh kedua pihak. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat