visitaaponce.com

Transisi Iklim dan Stabilitas Keuangan Harus Berjalan Beriringan

Transisi Iklim dan Stabilitas Keuangan Harus Berjalan Beriringan
Deputy Secretary General Financial Stability Board, Rupert Thorne (kiri)(Dok. BCRA)

Deputy Secretary General Financial Stability Board, Rupert Thorne, mengatakan transisi iklim yang teratur dan stabilitas keuangan berjalan beriringan karena sangat erat kaitannya.

Stabilitas Keuangan adalah prasyarat umum untuk transisi yang stabil ke emisi nol bersih dan sebaliknya. Transisi yang terencana dengan baik berdasarkan manajemen risiko yang baik berkontribusi pada stabilitas keuangan.

"Masalah risiko keuangan, ini adalah bagian dari pekerjaan yang berada dalam mandat Dewan Stabilitas Keuangan (FSP)," kata Rupert, dalam High-Level Seminar ASEAN 2023: "Aligning Policies for Climate Transition", di Bali, Kamis (30/3).

Baca juga: Kondisi Perekonomian Global Berpengaruh pada Penjualan Properti

Dia menjelaskan tentang implikasi stabilitas keuangan dari perubahan iklim. Peristiwa selama setahun terakhir telah menunjukkan bahwa tindakan kebijakan untuk mengatasi risiko iklim lebih mendesak dari sebelumnya.

Meningkatnya frekuensi peristiwa terkait iklim yang ekstrem, tingkat suhu global, dan perdebatan sengit tentang kebijakan energi di banyak yurisdiksi telah menyoroti bahwa risiko fisik dan transisi bukan hanya masalah, atau peristiwa jangka panjang.

"Guncangan iklim fisik atau transisi yang tidak teratur menuju ekonomi rendah karbon dapat menimbulkan efek destabilisasi pada sistem keuangan. Risiko ini dapat diperkuat oleh sistem keuangan lintas batas dan lintas sektor. Misalnya, melalui eksposur silang berbagai institusi, risiko konsentrasi risiko, atau penarikan arus modal secara tiba-tiba," kata Rupert.

Baca juga: Industri Keuangan Hadapi Tahun Suram, Suport OJK Kembali Diharapkan

Tindakan yang efektif akan bergantung pada koordinasi internasional yang kuat. Itu alasan FSB dikembangkan pada tahun 2021, membuat peta jalan atau standar penerapan keuangan hijau (FSB Roadmap on Climate-related Financial Risks) untuk meningkatkan efektivitas kebijakan yang meliputi 4 aspek, yaitu disclosure (pengungkapan), data, asesmen kerentanan, dan instrumen regulasi dan pengawasan.

Empat Aspek

Pertama, pengungkapan tingkat perusahaan, bertujuan untuk mencapai pengungkapan publik yang konsisten, sebanding, dan bermanfaat secara global oleh perusahaan tentang risiko keuangan terkait iklim mereka.

Kedua, data, pendataan terus dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan dan perbandingan lintas batas data iklim secara lebih luas, agar data menjadi bermakna. Dats harus dapat diakses dan dapat dibandingkan di berbagai yurisdiksi dengan keadaan mereka yang berbeda.

"Kami telah bekerja dengan Bank Sentral dan lainnya untuk mengidentifikasi sumber data yang sudah dapat digunakan untuk menghitung metrik untuk kerentanan iklim, untuk digunakan oleh bank sentral, pengawas, dan lembaga keuangan," kata Rupert.

Aspek ketiga, analisis kerentanan memanfaatkan data. Tujuannya untuk memahami sifat kerentanan iklim, mengidentifikasi bidang-bidang misalnya yang menjadi perhatian saat ini dan metrik terkait untuk diintegrasikan ke dalam kerentanan global. Lembaga moneter dan keuangan melakukan hal yang sama di tingkat mereka sendiri.

"IMF dan Bank Dunia sedang melakukan analisis risiko iklim di seluruh dunia melalui program penilaian sektor keuangan yang baik untuk membantu negara-negara anggota lebih memahami titik-titik tekanan potensial dalam sistem keuangan mereka. Meski pengembangan alat analitik ini masih pada tahap yang sangat awal, penting bagi kita semua untuk mulai menggunakan alat ini untuk memantau risiko keuangan reguler secara keseluruhan," kata Rupert.

Aspek keempat, praktik pengaturan dan pengawasan dan penindakan. FSB mengeluarkan laporan Oktober lalu tentang pendekatan pengawasan dan regulasi lintas sektor. Ke depan, otoritas keuangan harus terus menanamkan pengawasan risiko terkait iklim ke dalam kerangka pengawasan harian mereka secara keseluruhan.

"Lembaga keuangan perlu menanamkan risiko iklim ke dalam praktik sehari-hari dan mereka sudah memasukkannya ke dalam strategi, dan proses tata kelola," kata Rupert.

FSB melihat mungkin ada efek pada sistem keuangan dari tindakan yang diambil perusahaan sebagai bagian dari rencana transisi perubahan iklim mereka.

"Kami akan mengidentifikasi bagaimana informasi yang terkandung dalam rencana transisi perubahan iklim dapat membantu perusahaan pada perspektif tentang kerentanan perubahan iklim," kata Rupert.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat