visitaaponce.com

Upaya Mengatasi Perubahan Iklim Bergantung pada Perbaikan Keuangan Global

Upaya Mengatasi Perubahan Iklim Bergantung pada Perbaikan Keuangan Global
Jeffrey Sachs, saat hadir di KTT G20 di Bali(ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Fikri Yusuf)

Jika para pemimpin dunia dan kepala bank pembangunan multilateral yang saat ini berkumpul di Paris mengakui bahwa tujuan iklim bergantung pada pembenahan arsitektur keuangan global, itu akan menjadi hal yang bersejarah. Demikian diungkapkan Jeffrey Sachs, seorang ekonom pembangunan terkemuka, Kamis (22/6).

Di sela KTT Paris yang akan berakhir Jumat (23/6), AFP mewawancarai  mantan penasihat untuk IMF, Bank Dunia, yang kini menjabat  Direktur Pusat Pembangunan Berkelanjutan Universitas Columbia, seputar tema konferensi mengenai Pakta Baru Pembiayaan Global (New Global Financing Pact). Berikut nukilannya:

Seberapa penting KTT ini untuk mengatasi berbagai krisis yang melanda dunia?

Para pemimpin dunia dan sejumlah lembaga internasional akhirnya mengakui bahwa arsitektur keuangan global tidak mampu mengatasi tantangan untuk memenuhi 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Perjanjian Iklim Paris 2015.

Oleh karena itu, tindakan khusus yang diminta dalam KTT ini, seperti meningkatkan pembiayaan bank pembangunan multilateral, merupakan langkah maju yang penting.

Apa tiga langkah konkret yang akan menunjukkan bahwa KTT ini dapat mengubah arah dari tujuan sebelumnya?

Pertama adalah peningkatan pembiayaan oleh Bank Dunia dan bank pembangunan multilateral regional (MDB) dari sekitar US$100 miliar per tahun menjadi sekitar US$500 miliar per tahun. KTT G20 di New Delhi pada September harus menyepakati hal ini.

Kedua adalah mengorientasikan semua lembaga -- badan-badan PBB, IMF, Bank Dunia, MDB regional, pemerintah nasional, seputar rencana jangka panjang untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB, serta Perjanjian Paris. Idealnya, kita harus menambahkan target dalam merawat keanekaragaman hayati di bawah Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati seperti yang dicanangkan pada pertemuan Kunming dan Montreal. Selain itu juga target (menjaga suhu) laut agar tidak semakin menghangat seperti yang dicanangkan pada High Seas Treaty (Perjanjian Lautan Tinggi).

Ketiga, mengakhiri konflik geopolitik antara AS dan Rusia, serta antara AS dan Tiongkok. AS ingin menjadi hegemon global tetapi era itu sudah lama berlalu. Seluruh dunia perlu memberi tahu mereka untuk bekerja sama, bukan untuk mencoba mendominasi lagi. Kami membutuhkan kerja sama internasional yang luas.

Seberapa penting KTT ini untuk KTT iklim (COP28) bulan Desember di Dubai?

Jika para pemimpin yang hadir di sini (Paris) menegaskan dengan jelas dan berani mengatakan bahwa arsitektur keuangan global perlu diperbaiki untuk mengaktifkan SDG’s dan Perjanjian Paris, KTT itu akan menjadi pertemuan yang bersejarah.

Bagaimana rasio yang tepat dari keuangan publik dan swasta?

Tergantung sektornya. Pembiayaan publik sangat penting untuk beberapa bidang penting, seperti kesehatan, pendidikan, konservasi keanekaragaman hayati, ketahanan iklim, infrastruktur perkotaan, transportasi umum, jaringan jalan antarkota, transmisi listrik, dan perlindungan sosial.

Pembiayaan swasta berpotensi tersedia untuk pembangkit listrik independen, konektivitas digital, dan sektor industri. Apa yang disebut pembiayaan campuran (pembiayaan publik plus swasta dalam program terstruktur), sangat penting untuk berbagai dimensi dekarbonisasi, seperti elektrifikasi kendaraan, pegelolaan air di perkotaan dan saluran pembuangan, serta akses internet global.

Saat dampak perubahan iklim semakin luas, dana yang dibutuhkan untuk mitigasi dan mengatasi kerugian tentunya akan bertambah. Lalu, dari mana uangnya?

Ada dua masalah di sini. Yang pertama adalah biaya transformasi menjadi energi nol karbon. Biaya tambahan dari sistem energi nol karbon di atas sistem energi bahan bakar fosil, tidaklah besar.

Sistem nol karbon lebih padat modal dan dengan demikian lebih mahal dalam jangka pendek, tetapi penghematan bahan bakar di masa depan membuat biaya sistem nol karbon yang "diratakan" kira-kira sama dengan sistem bahan bakar fosil. Tetapi tetap saja, energi padat modal: dunia perlu menghabiskan triliunan dolar setiap tahun untuk energi.

Isu kedua adalah biaya adaptasi terhadap perubahan iklim. Semakin lama kita menunda mengakhiri emisi gas rumah kaca, semakin mahal pula biaya adaptasi dan kerugian serta kerusakan akibat bencana. Setiap tahun, dunia telah kehilangan ratusan miliar dolar akibat bencana, dan mungkin triliunan per tahun akibat hilangnya produktivitas karena perubahan iklim.(M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat