visitaaponce.com

Ancaman Resesi, Pemerintah Harus Perkuat Ketahanan Ekonomi Mikro

Ancaman Resesi, Pemerintah Harus Perkuat Ketahanan Ekonomi Mikro
Ilustrasi kapal pengangkut peti kemas hendak bersandar di di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (06/11)(MI/Usman Iskandar )

ANGGOTA Komisi XI DPR RI Fauzi H. Amro berpandangan pemerintah perlu memperkuat ketahanan ekonomi mikro agar ekonomi Indonesia di tahun 2023 tidak jatuh pada jurang resesi yang lebih dalam. Bank Dunia telah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 4,9%, dari 5,3% tahun lalu.

Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) penting dilakukan karena sektor usaha tersebut menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Fauzi mencatat sektor UMKM memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 61% atau senilai Rp9.580 triliun di 2022 dan berhasil menyerap tenaga kerja mencapai 97% dari total tenaga kerja.

"UMKM menjadi pertumbuhan garda terdepan ekonomi Indonesia. Menjadi penting bagi pemerintah dengan harus memperkuat fundamental ekonomi mikro lewat ketahanan UMKM," ungkapnya dalam Forum Diskusi Denpasar 12 secara daring, Rabu (8/11).

Baca juga : Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Melambat, hanya 5,05%

Legislator dari Partai NasDem itu menilai UMKM memiliki kekuatan yang luar biasa dalam menopang perekonomian Indonesia, termasuk dalam menghadapi krisis. Ia menyinggung saat Indonesia masuk jurang resesi akibat krisis moneter di tahun 1998, UMKM menjadi instrumen pemerintah untuk menyelamatkan ekonomi dalam negeri.

"Saat kita mengalami resesi 1998, UMKM memperkuat jaringan ekonomi Indonesia," kata Fauzi.

Ia menambahkan untuk mengantisipasi dampak resesi di tahun ini, pemerintah perlu membuat cadangan keuangan negara yang cukup besar guna memberikan fleksibilitas dalam menghadapi krisis ekonomi. Cadangan ini dapat digunakan untuk menjaga stabilitas mata uang dan membiayai stimulus ekonomi.

Baca juga : Data Ekonomi 2023 Solid, Laporan Bank Dunia Perkirakan Ekonomi Indonesia 2024 Tumbuh 4,9%

Pemerintah juga diminta melakukan pengelolaan utang dengan bijaksana. Hal ini, ungkap Amro, perlu melibatkan pengawasan ketat terhadap tingkat utang, jangka waktu dan tujuan penggunaan utang.

"Terlalu banyak utang dapat memberikan tekanan kepada keuangan negara kita," sebutnya.

Dalam kesempatan yang sama, pendiri dan ekonom dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Hendri Saparini mengatakan di tengah ketidakpastian global, ekonomi Indonesia masih bertumpu pada sumber pertumbuhan dari dalam negeri. Pertumbuhan ini berasal dari konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah yang menopang 70% dari PDB.

Baca juga : Perekonomian Global Bersiap untuk Rekor Terburuk di Akhir 2024 

"Kue ekonomi kita itu bertumpu dari ekonomi dalam negeri. Sehingga, kalau kita kelola dengan baik, masih banyak ruang untuk Indonesia tidak mengalami krisis atau resesi," ucapnya.

Hendri menegaskan Indonesia perlu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di atas 5% dengan merumuskan strategi ekonomi jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan.

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menyampaikan menjelang akhir tahun 2023, sejumlah indikator ekonomi baik negeri terlihat mengkhawatirkan. Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2023 sebesar US$ 133,1 miliar, menurun dari posisi akhir pada September dengan US$134,9 miliar. Nilai tukar (kurs) rupiah sempat menembus Rp16.000 per AS dolar. Serta, pada kuartal III 2023 pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,94% secara tahunan atau year on year (yoy), anjlok dari kuartal sebelumnya yang mencapai 5,17% yoy.

Baca juga : Manufaktur Tumbuh 5,2%, Menperin: Semestinya Bisa Lebih Tinggi

"Sejumlah analisa menyebut beberapa negara tidak bisa lagi terhindar dari resesi. Kita mesti cermati ini seberapa besar ketahanan ekonomi kita menghadapi tekanan global," tutupnya. (Ins/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat