visitaaponce.com

Bidik Nett Zero Emission, Sektor Migas Tidak Ditinggalkan

Bidik Nett Zero Emission, Sektor Migas Tidak Ditinggalkan
Sektor migas tidak akan ditinggalkan meskipun saat ini pemerintah menargetkan net zero emission pada 2060.(Dok.Ist)

Pemerintah saat ini tengah gencar melakukan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT). Hal tersebut seiring dengan komitmen untuk pencapaian target net zero emission (NZE) pada tahun 2060 mendatang atau lebih cepat.  

Namun demikian peran dari sektor minyak dan gas bumi tak bisa diabaikan dan ditinggalkan begitu saja. Sektor migas masih memegang peranan penting untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi utamanya di negara berkembang seperti Indonesia. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin  Tasrif menyampaikan permintaan migas masih akan tumbuh, terutama di daerah berkembang seperti India, Afrika dan Asia di mana pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, industrialisasi dan kendaraan akan melonjak secara signifikan.

"Karena itu, investasi dalam proyek migas masih diperlukan untuk memberikan ketahanan energi serta memenuhi permintaan migas yang semakin meningkat, sebelum teknologi energi terbarukan menjadi lebih kompetitif,” kata dia dalam acara The 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG), belum lama ini. 7

Mengacu pada OPEC World Oil Outlook 2022, permintaan minyak sebagai bahan bakar primer diproyeksikan meningkat dari 88 mboepd pada tahun 2021 menjadi 101 mboepd pada tahun 2045. Sementara itu, porsi bauran energi menurun dari 31% menjadi hanya di bawah 29%. 

Adapun, permintaan gas diperkirakan meningkat dari 66 mbopd pada tahun 2021 menjadi 85 mbopd pada tahun 2045, di mana porsi bauran energinya akan meningkat dari 23% menjadi 24%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor minyak mentah pada 2022 sebesar 15,26 juta ton, meningkat 11% dibandingkan dengan impor pada 2021 sebanyak 13,78 juta ton. Sementara itu, pada 2020, impor minyak mentah sebesar 10,51 juta ton.

Dari sisi nilai, BPS mencatat impor minyak mentah pada 2022 mencapai US$11,45 miliar, melonjak 62% dibandingkan dengan impor pada 2021 yang sebesar US$7,05 miliar. Sementara itu nilai impor minyak mentah pada 2020 tercatat sebesar US$3,39 miliar.

Arifin menilai peran migas dalam transisi energi Indonesia tetap krusial. Menurut dia permintaan minyak masih tumbuh terutama di sektor transportasi dan pengembangan sektor gas juga penting dalam menjembatani transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan. 

Adapun, transisi energi ini akan dilakukan dalam berbagai tahap dengan mempertimbangkan daya saing, biaya, ketersediaan dan keberlanjutan.
Dalam proses transisi ini, pemerintah akan melaksanakan beberapa program strategis, antara lain memperluas penggunaan gas sebagai bahan bakar dan bahan baku untuk industri dengan mengembangkan infrastruktur transmisi dan distribusi gas yang terintegrasi. 

Selain itu, konversi bahan bakar diesel menjadi gas di pembangkit listrik dan mengembangkan fasilitas infrastruktur dan pengembangan jaringan pipa gas untuk rumah tangga (jargas) dan usaha kecil.

Oleh sebab itu, dengan mempertimbangkan bahwa potensi hulu migas Indonesia masih sangat besar, pemerintah menargetkan produksi minyak 1 juta barel dan gas 12 BSCFD pada tahun 2030 yang ditujukan khusus untuk pemanfaatan dalam negeri. 

"Kami memiliki 68 potensi cekungan yang belum dijelajahi dan cadangan terbukti minyak sebesar 2,4 miliar barel, sedangkan cadangan terbukti gas sekitar 43 TCF," kata dia. 

Berdasarkan laporan ReforMiner Institute, pemerintah berkomitmen mencapai target NZE pada 2060 mendatang. Salah satu regulasi yang teridentifikasi merupakan bagian dari kebijakan NZE adalah Keputusan Menteri (Kepmen) KLHK No.168/Menlhk/PTKL/PLA.1/2/2022. 

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai peta jalan NZE Indonesia sebagaimana tertuang dalam Kepmen KLHK tersebut telah cukup berimbang. 

Adapun penetapan target waktu dan sektor-sektor mana saja yang digunakan sebagai instrumen dalam mencapai target menggambarkan bahwa pemerintah telah mempertimbangkan aspek. Terutama menyeimbangkan aspek ekonomi dan keberlanjutan pasokan energi di dalam upaya mencapai NZE.

Berdasarkan informasi, sektor energi akan menjadi salah satu instrumen utama dalam mencapai target NZE. Pertamina dan PLN kemungkinan akan menjadi kepanjangan tangan pemerintah dalam upaya mencapai target NZE di sektor energi.

"Dalam mencapai target NZE di sektor energi, Pertamina kemungkinan akan menjadi salah satu pihak yang berperan penting. Berdasarkan informasi yang ada, hingga tahun 2060 Pertamina menargetkan akan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 81,4 juta ton CO2e," kata dia dalam laporan tersebut. (RO/E-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat