visitaaponce.com

Inflasi Ramadan dan Lebaran Rendah Dinilai sebagai Anomali

Inflasi Ramadan dan Lebaran Rendah Dinilai sebagai Anomali
Ilustrasi masyarakat berbelanja(ANTARA/Rosa Panggabean)

TINGKAT inflasi yang relatif rendah pada saat momen Ramadan dan lebaran dinilai sebagai anomali. Sebab, umumnya di periode tersebut terjadi kenaikan inflasi akibat peningkatan permintaan masyarakat. Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira saat dihubungi, Selasa (2/5).

 

"Indikator inflasi inti bulan April hanya 2,83% sementara bulan Maret mencapai 2,94%. Artinya permintaan cenderung di bawah ekspektasi," ujarnya.

Padahal aktivitas mudik masyarakat tahun ini disebut melonjak bila dibandingkan momen lebaran tahun lalu. Mestinya, peningkatan tersebut diiringi dengan kenaikan tingkat permintaan yang dicerminkan di inflasi inti.

Baca juga: Inflasi April 2023 Capai 0,33%

Kemungkinan, kata Bhima, masyarakat menahan belanja dengan alasan tertentu. Hal itu menurutnya harus bisa dipecahkan pemerintah agar masyarakat kembali memiliki kepercayaan untuk berbelanja.

Di lain sisi, tingkat inflasi yang relatif rendah turut diakibatkan oleh penurunan harga minyak goreng di saat komoditas lain seperti beras, telur, rokok, dan bawang merah masih cukup tinggi dan mendorong kenaikan inflasi.

Baca juga: Pemerintah Waspadai Tren Penurunan Ekspor

"Penurunan harga minyak goreng yang menjadi penyelamat lonjakan inflasi pangan. Ke depan soal minyak goreng perlu terus dijaga pemerintah agar pasokan terkendali dan distribusi minyak goreng kita semakin dominan dibanding minyak goreng kemasan premium," jelas Bhima.

Dia menambahkan, jika pemerintah dan pemangku kepentingan terkait mampu terus menjaga dan mengendalikan harga pangan, maka inflasi komponen harga bergejolak dapat diredam. Dus, kekhawatiran mengenai lonjakan inflasi dari harga pangan dinilai dapat ditekan dan itu akan memberi dampak positif bagi perekonomian.

"Jika inflasi yang lebih rendah didukung pengendalian harga pangan bisa terjaga sampai akhir tahun, maka akan berkontribusi positif ke ekonomi terutama ke daerah," pungkas Bhima.

Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan tingkat inflasi April 2023 di angka 0,33% secara bulanan (month to month/mtm) dan 4,33% secara tahunan (year on year/yoy). Tingkat inflasi itu disebut lebih rendah bila dibandingkan dengan periode Ramadan dan lebaran tahun lalu yang secara bulanan ada di angka 0,40%.

Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan, inflasi yang relatif rendah di periode Ramadan dan lebaran tahun ini didorong oleh beberapa hal. Salah satunya ialah terjaganya ketersediaan pangan hortikultura yang memadai dan ditopang oleh aktivitas panen di Maret dan April 2023. (Mir/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat