visitaaponce.com

Inflasi AS Turun Secara Tahunan Tapi Bulanan Naik, Investor Khawatir

Inflasi AS Turun Secara Tahunan Tapi Bulanan Naik, Investor Khawatir
Ilustrasi(Freepik)

INFLASI Amerika Serikat kembali turun secara tahunan (yoy) dari 5% menjadi 4,9%, namun secara bulanan (mom) naik dari 0,1% menjadi 0,4%.

"Inflasi inti secara bulanan tidak berubah di 0,4%, namun secara tahunan menurun dari 5,6% menjadi 5,5%. Kenaikan inflasi secara bulanan yang masih naik masih membuat pelaku pasar dan investor khawatir," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Kamis (11/5).

Penurunan harga tiket pesawat dan tarif hotel telah membantu membatasi ukuran harga layanan inti, yang ditopang oleh harga kendaraan baru yang turun. Harga yang penurunannya paling dalam adalah peralatan rumah tangga. Namun harga makan di luar/ restoran masih naik.

Baca juga : Waduh, Kenaikan Utang bukan Cuma di Amerika Tapi juga Tiongkok!

Dengan data seperti ini, pelaku pasar dan investor semakin yakin bahwa bank sentral AS The Fed akan berpikir dua kali untuk kembali menaikkan tingkat suku bunga pada akhir tahun nanti. Meskipun turunnya inflasi ini secara tahunan di bawah 5% merupakan yang pertama kali dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.

Saat ini The Fed memang tengah memasuki masa jeda menaikkan tingkat suku bunga, namun data-data ekonomi yang masuk khususnya inflasi akan menjadi salah satu cerminan penting untuk melangkah.

Baca juga : Pengangguran Inggris Naik karena Krisis Biaya Hidup

Apabila Inflasi konsisten untuk terus turun, bukan tidak mungkin pada akhir tahun nanti, The Fed tidak akan menaikkan tingkat suku bunga.

"Target kami, jarak antara inflasi dengan tingkat suku bunga akan berkisar 1% - 1,5%. Penurunan Inflasi bervariasi, namun dengan penurunan seperti sekarang, tampaknya sudah cukup untuk membangkitkan optimisme pelaku pasar dan investor,"

Saham Amerika dimulai lebih tinggi meskipun ditutup negative, US Treasury kembali menguat, dan indeks dolar AS kembali bisa ditekan.

Namun karena inflasi inti AS masih naik, ini menandakan kenaikan harga masih diikuti dengan kenaikan pendapatan. Dampaknya telah membuat inflasi akan jauh lebih kuat, dan tidak akan turun begitu saja tanpa ada perlawanan.

Masih banyak waktu bagi The Fed untuk mengawasi sebelum akhirnya membuat keputusan. Inflasi inti yang tinggi, akan membuat penurunan inflasi secara keseluruhan akan terlihat lebih sulit.

"Namun ekonomi adalah dinamis. Sehingga semua akan berubah secara cepat," kata Nico.

Pasar tenaga kerja

Selain Inflasi, The Fed juga memperhatikan pasar tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi pribadi yang akan menjadi penilaian. Para pejabat The Fed setuju ada hubungan yang jelas antara kenaikan upah dengan inflasi. Saat ini upah riil AS rata-rata per jam telah naik 0,1% dari bulan sebelumnya.

"Kami yakin, The Fed masih akan berada di posisi kekurangan data untuk membuat kesimpulan. Namun, dengan inflasi yang menurun menjadi sebuah harapan bagi The Fed menimbang untuk tidak menaikkan tingkat suku bunga mereka untuk kesekian kalinya," kata Nico.

Alhasil dengan data Inflasi yang turun meski sedikit, bursa berjangka di kawasan Asia berpotensi dibuka bervaratif dan menguat terbatas.

Pasar obligasi berpotensi mengalami kenaikan, karena ruang bagi The Fed menaikkan tingkat suku bunga mulai terbatas, sehingga pelaku pasar dan investor yakin pemangkasan akan segera terjadi. (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat