visitaaponce.com

Duh Bagaimana Ini, Pemulihan Ekonomi Tiongkok Tidak Seperti yang Diramaikan

Duh Bagaimana Ini, Pemulihan Ekonomi Tiongkok Tidak Seperti yang Diramaikan
Tongkang menarik angkutan batu bara. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang tidak seramai dibicarakan berpotensi menekan harga batu bara.(MI/Usman Iskandar)

SITUASI  dan kondisi pemulihan ekonomi Tiongkok terlihat semakin tertekan. Data inflasi secara tahunan (yoy) hanya tumbuh 0,1% dari sebelumnya 0,7%, menjadi inflasi terendah dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.

Data Purchase Price Index (PPI) Tiongkok secara tahunan kembali merosot dari -2,5% menjadi -3,6%. Pinjaman juga menurun, memberikan bukti pemulihan ekonomi memudar, dan momentum terlewat.

"Yang selama ini dicurigai pasar terbukti bahwa pemulihan ekonomi Tiongkok memang tidak terjadi seperti yang diramaikan," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Jumat (12/5).

Data pinjaman Bank Sentral China, kredit dan pinjaman baru menunjukkan kinerja lebih buruk dari yang diharapkan sejak bulan April. Konsumen dan bisnis membatasi pinjaman mereka ke perbankan.

Data kredit yang jauh di bawah perkiraan, memberikan indikasi momentum pemulihan ekonomi Tiongkok pasca Covid-19 tidak memberikan dampak apapun terhadap perekonomian. Kekhawatiran dan kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah, tergambar dari data yang ada.

"Alhasil, kalau diperhatikan momentum pemulihan ekonomi Tiongkok telah melambat secara signifikan," kata Nico.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok sejauh ini menunjukkan angka yang cukup baik pada kuartal I-2023, dimana terlihat belanja konsumen yang lebih kuat. Namun, aktivitas manufaktur dan impor menurun pada bulan April.

Kepercayaan masyarakat untuk berkonsumsi masih belum terlihat tumbuh signifikan. Pemerintah harus membangun ulang kepercayaan yang membutuhkan waktu untuk pulih.

Beberapa highlight data perekonomian Tiongkok yang bisa digarisbawahi antara lain pembiayaan secara agregat untuk kredit yang lebih luas, mencapai 1,22 triliun yuan atau US$176 miliar pada bulan April, jauh lebih rendah dari targetnya yang sebesar 2 triliun yuan.

Lembaga keuangan menawarkan pinjaman baru senilai 718.8 miliar yuan, namun nilai ini hanya setengah dari yang diproyeksikan.

Pinjaman jangka menengah dan panjang untuk rumah tangga baru menunjukkan penurunan pertama dalam setahun. Pinjaman untuk korporasi untuk jangka menengah dan panjang, telah mencerminkan keinginan perusahaan untuk memperluas investasi hanya sebesar 667 miliar yuan, atau yang terkecil sejak bulan Oktober tahun lalu.

"Sejauh ini harapannya akan bersandar pada pemerintah dan Bank Sentral China yang diharapkan memberikan stimulus tambahan untuk mendorong perekonomian kembali bergerak maju," kata Nico.

Bank Sentral China masih menahan diri dari pemotongan tingkat suku bunga tahun 2023, meski sudah menurunkan giro wajib minimum pada perbankan sejak bulan Maret.

Dari sisi pemerintah, para pemimpin Tiongkok tetap berpegang teguh kepada kebijakan yang pro akan pertumbuhan, sehingga mereka akan memberikan bauran kebijakan moneter dan fiskal yang memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sejauh ini, Bank Sentral China masih memiliki ruang untuk memangkas tingkat suku bunga apabila memang diperlukan. Apalagi ruang kenaikan tingkat suku bunga global juga mulai terbatas, karena inflasi yang mulai terkendali.

Begitupun dengan bank sentral AS The Fed, dengan inflasi AS yang akhirnya berada di bawah 5% dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.

"Belum terlihat tendensi bagi Bank Sentral China untuk menurunkan tingkat suku bunga. Namun kami percaya, fokus utama kebijakan mereka yaitu mengamankan pertumbuhan pendapatan dan meningkatkan kepercayaan konsumen untuk pemulihan konsumsi yang berkelanjutan," kata Nico.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat