visitaaponce.com

Masalah Pembiayaan Masih Jadi Kendala UMKM

Masalah Pembiayaan Masih Jadi Kendala UMKM
Ilustrasi(DOK MI)

USAHA Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting di bidang perekonomian, terutama di negara-negara berkembang. Walau demikian, pelaku UMKM kerap menghadapi persoalan dalam mendapat pembiayaan dari perbankan.

Hal itu diungkapkan Credit Management Consultant dan Instructor for Credit Lending Courses, Ardino Gusman dalam program Bincang Tipis-tipis di kanal Youtube Tele Trias Info bersama Erman Tale Daulay. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), UMKM di Indonesia memberikan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (61,1%) dan terhadap penyerapan tenaga kerja (97,1%).

"UMKM adalah segmen ekonomi yang sangat penting dan terbukti bisa bertahan pada waktu krisis seperti saat 1998 dan pandemi Covid-19. Hal ini bisa terjadi karena UMKM tidak memiliki modal besar," jelasnya.

Selain itu, karena sebagian besar pembeli dan pemasok usaha berada di dalam negeri. Hal ini membuat UMKM tidak memerlukan pinjaman dalam mata uang asing (tidak ada risiko perbedaan currency) sehingga UMKM memiliki peran utama dibidang ekonomi, terutama di negara berkembang.

Walaupun punya peran yang penting dan strategis, jelas Ardino, UMKM menghadapi berbagai kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan perbankan maupun untuk mengembangkan usahanya. Ardino yang berpengalaman puluhan tahun di perbankan khususnya khususnya di area risk management mengatakan, pelaku UMKM mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank atau lembaga keuangan lainya karena berbagai hal seperti tidak cukup agunan maupun kendala nonteknis misalnya keterbatasan akses informasi ke perbankan.

"Dari sisi pengembangan usaha, pelaku UMKM masih memiliki keterbatasan akses informasi mengenai pola pembiayaan untuk komoditas tertentu. Di sisi lain, perbankan juga membutuhkan informasi tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai. UMKM kurang bisa mendapatkan pendanaan pinjaman dari bank, dibanding perusahaan besar. Kebanyakan UMKM mendapat pendanaan dari komunitas teman dan keluarga untuk memulai bisnisnya," kata Ardino.

Dikatakan, saat hendak membiayai usaha UMKM, bank harus tahu lebih dahulu karakteristik dari masing-masing segmen usaha UMKM. Selain itu, bank tidak bisa memakai satu standard kriteria ketika melakukan pembiayaan.

Menurutnya, contoh perbedaaan masing-masing segmen adalah nilai penjualan dan nilai asetnya. Pasti berbeda. Jenis barang dagangan dan tempat usaha UMKM juga berbeda, administrasi keuangannya pun berbeda dan belum semua UMKM punya akses ke Perbankan.

"Jadi cara melakukan pembiayaan ke masing-masing segmen, kriterianya dan pola pembiayaannya juga harus berbeda. Dalam hal pemberian dana atau kredit, bank akan melakukan cek list terhadap pelaku usaha UMKM-nya," kata Ardino.

"Apabila sudah pernah mendapatkan bantuan, akan dilihat sejarah UMKM tersebut apakah koonsisten dalam membayar cicilan atau sering terlambat. Ini erat kaitannya dengan perilaku pengusahanya. Karenanya, untuk besaran kredit atau bantuan modal juga akan disesuaikan dengan jenis usahanya," tambahnya (RO/R-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat