visitaaponce.com

Pendampingan Pemerintah Diperlukan untuk Menunjang Pertumbuhan Koperasi

Pendampingan Pemerintah Diperlukan untuk Menunjang Pertumbuhan Koperasi
Ilustrasi Koperasi(Dok.MI)

PENINGKATAN kesadaran mengenai pentingnya kehadiran koperasi diperlukan. Itu untuk menunjang kepercayaan masyarakat dan pertumbuhan dari usaha koperasi di Indonesia. Karenanya pendampingan dari pemerintah menjadi krusial.

"Sekarang kan sebenarnya sudah mudah, 3-5 orang saja itu sudah bisa membentuk koperasi. Menurut saya pemerintah harus dampingi prosesnya. Problemnya kan infrastrukturnya tidak ada, pendamping koperasi kurang banyak. Koperasi memang sebetulnya tidak perlu banyak, tapi yang penting adalah kualitasnya. Jadi pendampingan pemerintah menjadi penting," ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad saat dihubungi, Minggu (16/7).

Hal lain yang perlu dilakukan ialah menyediakan ketersambungan antara koperasi dengan lembaga pembiayaan, disertai dengan tingkat bunga yang murah. Pemerintah dinilai perlu mendukung hal itu, sama halnya seperti subsidi kredit usaha rakyat (KUR) kepada UMKM.

Baca juga: Kemendag Dorong UMKM Manfaatkan Pasar Digital

Selain itu, untuk bisa mempertahankan eksistensi dan bertumbuh, koperasi harus bisa mengikuti perkembangan zaman, utamanya digitalisasi. Peningkatan aksesibilitas koperasi terhadap pasar, teknologi, hingga sistem pembayaran perlu dilakukan.

"Jangan justru terjebak pada lembaga pembiayaan investasi, itu malah akan jadi masalah," kata Tauhid.

Baca juga: Pengamat Sindir Teten yang Endorse Ganjar : Menteri Harusnya Beri Harapan Pada Semua Orang

Kemudian, kapasitas internal dari tiap koperasi juga mesti dibenahi. Sebab, acap kali permasalahan yang terjadi di koperasi berasal dari dalam. Karenanya, peningkatan kapasitas individu di tiap koperasi serta penajaman integritas juga menjadi hal yang mesti dilakukan.

Beragam rekomendasi itu berkaitan dengan banyaknya koperasi yang non-aktif atau mati suri di seluruh penjuru Indonesia. Salah satu musababnya ialah masyarakat lebih tertarik untuk berinteraksi dan bertransaksi di pinjaman daring (online) alias pinjol.

Tauhid mengatakan, pertumbuhan pinjol yang cukup pesat didorong oleh kemudahan akses, syarat yang tak ruwet, dan pinjaman yang relatif tinggi. Lain dengan koperasi yang umumnya peminjam harus terdaftar sebagai anggota, syarat ketat, dan pinjaman terbatas.

"Di pinjol, itu tidak dilihat apakah ada kapasitas pinjam berapa, pendapatan, jadi kriterianya tidak begitu kuat dibanding koperasi. Lalu satu orang itu bisa melakukan pinjaman dari banyak pemberi pinjaman. Kalau koperasi itu kebanyakan hanya anggota saja," terang Tauhid.

"Apalagi pinjol itu bersifat private, jadi otomatis selama bisa bayar tidak akan ketahuan, kecuali ada kredit macet dan ada depkolektor. Kalau koperasi kan anggota bisa tahu siapa peminjamnya. Jadi koperasi ini belum bisa bersaing dengan pinjol," tambahnya.

Lebih lanjut dia menyampaikan, banyaknya koperasi yang mati suri didominasi oleh koperasi kamuflase. Maksudnya ialah lembaga yang menggunakan nama koperasi sebagai kedok menjalankan pembiayaan investasi.

"Ini yang macet. Jadi yang sering macet puluhan triliun itu adalah investasi dengan bunga yang ditawarkan lebih tinggi dari bunga deposito. Itu sudah pasti bukan koperasi hanya berkedok sebagai koperasi," tutur Tauhid.

Menyoal adanya rencana pemberian dana sebesar US$100 juta dari perusahaan Tiongkok dan Singapura ke koperasi sektor ketahanan pangan dan energi terbarukan, Tauhid menilai itu tak serta merta menjadi tanda kebangkitan koperasi di Indonesia.

Pasalnya, pemberian dana itu bersifat terbatas. Justru muncul kekhawatiran marwah dari koperasi akan luntur karena adanya dominasi kepemilikan modal di dalamnya. "Koperasi ini kan harusnya investasi itu berasal dari anggota, sedangkan ini adalah investor. Dikhawatirkan akan ada dominasi kepemilikan modal. Koperasi itu berdasarkan iuran anggota," pungkas Tauhid.

 

Koperasi Harus Beradaptasi

Senada dengan Tauhid, periset dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai penting bagi koperasi untuk beradaptasi dan mengikuti perkembangan zaman. Pemanfaatan teknologi digital menjadi niscaya dilakukan.

"Tidak banyak koperasi yang mengadopsi digital teknologi, sesuatu hal yang justru dilakukan oleh pinjaman online, sehingga akhirnya banyak masyarakat milenial yang relatif lebih familiar dengan pinjaman online dibandingkan koperasi saat ini," jelas Yusuf. (Mir/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat