visitaaponce.com

OJK Sektor Jasa Keuangan Indonesia Terjaga dan Berdaya Tahan

OJK: Sektor Jasa Keuangan Indonesia Terjaga dan Berdaya Tahan
Ilustrasi perbankan(Dok. BSI)

OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga dan berdaya tahan. Itu didukung oleh likuiditas dan permodalan di sektor keuangan yang cukup memadai.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menuturkan, terjaganya ketahanan sektor keuangan dalam negeri itu sejalan dengan kinerja perekonomian yang positif.

"Terutama pada dunia usaha yang terlihat dari meningkatnya surplus perdagangan, peningkatan Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur, serta meningkatkan kapasitas utilisasi industri," ujarnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK, Kamis (3/8).

Baca juga : Bappebti Akui Peluncuran Bursa CPO tidak Sesuai Target

Satu hal yang perlu diwaspadai, kata Mahendra, perlu adanya dorongan untuk meningkatkan kinerja dari sektor rumah tangga dan sisi permintaan secara umum. 

Sebab, data makro terakhir menunjukkan adanya penurunan tingkat inflasi inti, termoderasinya indeks penjualan ritel, hingga penurunan dari sisi optimisme konsumen.

Baca juga : OJK Terbitkan Aturan Perdagangan Bursa Karbon

Di saat yang sama, perkembangan perekonomian global masih menunjukkan divergensi pemulihan dengan pertumbuhan ekonomi AS jauh lebih baik dari ekspektasi. Ekonomi Negeri Paman Sam tercatat tumbuh 2,4% di triwulan II 2023, lebih baik dari proyeksi The Federal Reserve di angka 1,0% untuk sepanjang tahun.

Selain itu, momentum pemulihan perekonomian Tiongkok dan Eropa saat ini cenderung melemah dengan tekanan deflasi mulai terlihat di Tiongkok sementara tekanan inflasi di Eropa masih persisten tinggi.

"Namun demikian, secara umum kinerja perekonomian global masih lebih baik dari perkiraan awal. IMF meningkatkan proyeksi pertumbuhan perekonomian global di 2023 menjadi 2,7% (proyeksi April 2023: 2,6 persen)," terang Mahendra.

Pasar memperkirakan siklus peningkatan suku bunga kebijakan di AS telah mendekati akhir saat The Fed menaikkan Fed Fund Rate (suku bunga The Fed) sebesar 25bps pada FOMC (The Federal Open Market Committee) Meeting pada Juli 2023.

"Hal tersebut mendorong penguatan pasar keuangan global baik di pasar saham, pasar surat utang, maupun pasar nilai tukar, yang juga disertai mulai terjadinya inflow ke mayoritas pasar keuangan emerging markets," pungkas Mahendra. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat