visitaaponce.com

Bertemu Ketua Parlemen Thailand, Mendag Dorong Peningkatan Harga Karet

Bertemu Ketua Parlemen Thailand, Mendag Dorong Peningkatan Harga Karet
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menerima kunjungan Ketua Parlemen Thailand Wan Muhammad Nur Matha(Dok. Kemendag)

PEMERINTAH mendorong harga karet menguat untuk membantu petani. Hal itu disampaikan oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan saat menerima kunjungan Ketua Parlemen Thailand Wan Muhammad Noor Matha.

Dalam pertemuan bilateral yang berlangsung di Kantor Kementerian Perdagangan tersebut, salah satunya pembahasannya mengenai pentingnya peningkatan kerja sama sektor perdagangan karet, mengingat Thailand dan Indonesia merupakan produsen karet terbesar nomor satu dan dua dunia.

“Thailand dan Indonesia merupakan produsen utama karet dunia yang menghadapi situasi dan kondisi yang kurang lebih sama akibat harga karet alam dunia yang terus berfluktuasi selama sepuluh tahun terakhir,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Minggu (13/8).

Baca juga : Kebijakan Ekspor, UMKM Minta Dukungan Penuh Pemerintah

Zulkifli menyoroti dinamika harga karet dunia yang terus menurun. Per 9 Agustus 2023, harga karet mencapai US$1,3 per k

Kondisi pasar karet dunia yang mengalami penurunan produksi, salah satunya akibat penyakit gugur daun sehingga belum mampu mendorong harga ke tingkat yang remuneratif.

Baca juga : Buka Indonesia Shopping Festival, Zulkifli Minta Pusay Perbelanjaan Makin Inovatif

Selain penurunan harga, tekanan dari konsumen terus berlanjut, terutama dengan pemberlakuan kebijakan European Union Deforestation-free Regulation (EUDR) dari Uni Eropa yang berpotensi turut mempengaruhi perdagangan karet alam.

Menteri yang kerap disapa Zulhas itu menyebut, pertemuan bilateral tersebut menjadi momentum untuk menguatkan hubungan bilateral Indonesia dan Thailand, khususnya dalam mengatasi tantangan dan meningkatkan harga karet. Rendahnya harga karet akan berdampak terhadap ketersediaan karet alam di masa depan karena mendorong petani karet untuk alih komoditas.

"Sejatinya, harga karet yang yang terlalu rendah akan menurunkan kesejahteraan petani. Bila hal ini terjadi secara berlarut, dikhawatirkan sektor komoditas karet akan ditinggalkan. Untuk itu, kolaborasi negara-negara produsen karet terbesar, Thailand, Indonesia, dan Malaysia yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) diperlukan. Untuk memperkuat posisi, ITRC menggandeng negara eksportir karet lain seperti Vietnam dan Filipina, bersama memperjuangkan peningkatan harga karet," jelasnya.

Bersama Thailand dan Malaysia, Indonesia bergabung dalam kerja sama ITRC yang memiliki kontribusi 58 persen dari produksi karet alam dunia. ITRC berkomitmen menjaga stabilitas harga karet alam di tingkat yang menguntungkan bagi petani serta menjaga permintaan dan penawaran
karet alam dunia.

ITRC secara konsisten telah menerapkan instrumen, baik Supply Management Scheme (SMS) dalam pengendalian pasok karet alam global dalam jangka panjang, Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) dalam menjaga keseimbangan supply-demand karet jangka pendek di pasar global, maupun instrumen Demand Promotion Scheme (DPS) dalam upaya meningkatkan konsumsi karet alam domestik.

Pada 2022, Indonesia merupakan negara penghasil karet alam terbesar kedua di dunia setelah Thailand dengan pangsa pasar 21,57 persen. Pada tahun tersebut, ekspor karet alam Indonesia ke dunia tercatat sebesar USD3,66 juta, turun 11,35 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD4,12 juta.

Dalam lima tahun terakhir (2018-2022) ekspor karet alam Indonesia terus mengalami penurunan dengan tren sebesar 1,4 persen. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat