visitaaponce.com

Pengamat BI Rate Ditahan untuk Ketujuh Kalinya Berturut-turut, agar Rupiah Stabil

Pengamat: BI Rate Ditahan untuk Ketujuh Kalinya Berturut-turut, agar Rupiah Stabil
Refleksi layar yang memampilkan logo Bank Indonesia (BI)(ANTARA/HAFIDZ MUBARAK A)

KEPUTUSAN Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia hari ini (24/8) menetapkan BI7DRR sebesar 5,75% merupakan keputusan yang tepat dan pada waktunya. Hal ini terutama dilandasi oleh upaya melanjutkan momentum pelandaian inflasi dan ekspektasi inflasi yang sudah berada dalam target sasaran 2-4% dan harus dipertahankan jangan sampai berbalik arah (atau naik lagi).

“Hal lain, keputusan ini sekaligus menjadi instrumen untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah sehingga tidak mengalami fluktuasi atau volatilitas yang tajam,” kata Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto, Kamis (24/8).

Dengan demikian, lembaga keuangan yaitu perbankan dan non bank diharapkan juga akan mempertahankan stance suku bunga simpanan dan kredit atau pembiayaan agar fungsi intermediasi terus berlanjut secara ekspansif.

Baca juga: BI Rate Kembali Ditahan Demi Kuatkan Stabilisasi Rupiah dan Mitigasi Dampak Global

“Di sisi ini pun kebijakan makroprudensial yang pro economic growth diperkuat oleh keputusan RDG BI kali ini. Maka, upaya melandaikan inflasi ke depan -terutama oleh Tim TPI Pusat dan TPI Daerah- menjadi krusial di tengah ancaman kemarau panjang karena efek El Nino yang berpotensi mendisrupsi sektor pangan yang inflatoir,” kata Ryan.

Terpisah, ekonom senior Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan grup ekonom Bank Mandiri mempertahankan proyeksinya bahwa BI akan mempertahankan BI-7DRRR sebesar 5,75% pada sisa tahun 2023 dan mengantisipasi kemungkinan penurunan suku bunga pada tahun 2024.

Baca juga: Ekonom: Hadapi El Nino, Inflasi Harus Dijaga Konsisten Rendah

Alasannya, kondisi yang ada di negara-negara besar terus menunjukkan bahwa bank sentral global terkemuka akan tetap menerapkan kebijakan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Akibatnya, permintaan global terus berkurang, sehingga menghilangkan manfaat dari peningkatan mobilitas pasca pandemi. Situasi ini semakin memperkuat ancaman perlambatan ekonomi global pada tahun 2023.

Hal ini pada gilirannya telah meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global. Akibatnya, pasar saham dan SBN di Indonesia mencatat arus keluar bersih (net outflow) setiap bulannya, sehingga nilai tukar Rupiah menghadapi depresiasi bulanan pada tanggal 23 Agustus.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, sangat penting bagi BI untuk menjaga stabilitas, meskipun tingkat inflasi Indonesia masih berada dalam kisaran target BI yaitu 2 – 4% sejak tanggal 23 Mei. Neraca transaksi berjalan (CA) pada 2Q23 juga menjadi kendala bagi BI untuk melonggarkan BI-7DRRR tahun ini, karena telah kembali mengalami defisit sebesar -0,55% terhadap PDB.

“Proyeksi kami menyatakan inflasi akan terus turun, mencapai sekitar 3% pada akhir tahun 2023. Proyeksi ini berakar pada keyakinan bahwa upaya pemerintah akan secara efektif memitigasi dampak El Niño terhadap inflasi pangan. Kami memperkirakan current account setahun penuh pada tahun 2023 akan mencerminkan defisit yang terkendali sebesar -0,65% PDB,” kata Faisal, Kamis (24/8).

Dia berpendapat instrumen deposito valuta asing untuk DHE dan SRBI akan memberikan dukungan yang cukup besar terhadap cadangan devisa sehingga menjamin stabilitas nilai tukar Rupiah.

“Pandangan kami tetap konsisten dengan mempertahankan BI-7DRRR di angka 5,75% hingga sisa tahun 2023,” kata Faisal.

Ke depan, potensi BI untuk memangkas BI-7DRRR akan terlihat pada kuartal II 2024. The Fed secara historis cenderung mempertahankan FFR rata-rata 6 – 7 bulan setelah puncaknya pada periode inflasi tinggi.

“Oleh karena itu, kami memperkirakan penurunan Federal Fund Rate (FFR) akan terjadi pada Kuartal II 2024,” kata Faisal. (Try/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat