Dukung Ketahanan Pangan, Gerakan Maju Tani Usung Konsep Meta Farming
![Dukung Ketahanan Pangan, Gerakan Maju Tani Usung Konsep Meta Farming](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/09/ae38cb833ba344abd3a234f6d59e021e.jpeg)
LAHAN yang terus berkurang serta jumlah petani yang terus menurun menjadi tantangan bagi ketahanan pangan Indonesia. Saat ini, 70 persen petani yang ada di Indonesia berusia di atas 65 tahun.
Permasalahan itu yang membuat Erwin Gunawan mendirikan Gerakan Maju Tani. Menurut Erwin, masalah krisis pangan dunia sudah di depan mata dan tidak bisa diserahkan ke Pemerintah saja.
Menurutnya, masalah ini menjadi masalah bersama yang harus diatasi dengan partisipasi setiap warga Indonesia dan menjadi tanggung jawab semua.
“Oleh sebab itu kami Gerakan Maju Tani ingin melibatkan seluruh anak bangsa utk berkontribusi sekecil apapun itu dalam menyelesaikan masalah ini. Dengan adanya masalah lahan terbatas, jumlah petani berkurang tentu akan memengaruhi ketahanan pangan. Karena itu Gerakan Maju Tani ini mengajukan konsep Meta Farming di mana semua orang bisa menjadi petani meski tidak memiliki lahan,” kata Erwin dalam keterangan tertulis, Jumat (8/9).
Baca juga : Swiss German University dan Osaka University Gelar Kuliah Umum Teknologi dan Pangan
Erwin mengungkapkan, Meta Farming memanfaatkan teknologi untuk membantu orang-orang yang berminat untuk menjadi petani. Rencananya, konsep Meta Farming ini akan disampaikan Gerakan Maju Tani kepada Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yang juga Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko, Senin (11/9/2023) di Kantor KSP, Jakarta.
Meta Farming adalah platform daring yang membuat semua orang bisa terlibat dalam pertanian. Melalui aplikasi ini, mereka yang tertarik untuk bertani bisa bercocok tanam di lahan yang sudah disiapkan oleh Meta Farming.
Baca juga : Kementan Usulkan Anggaran Rp 2,56 Triliun Untuk Kembangkan Food Estate dan KSPP
“Contoh GREENS yang memiliki aplikasi Meta Farming punya lahan pertanian dengan smart control agriculture di mal atau juga restoran bikin ladang pertanian yang kita sebut green pod bertanam di dalam restoran. Jadi, anak muda yang ingin bertani di Meta Farming bisa belajar cara bertani mulai dari membeli bibit hingga memanen hasilnya yang nantinya akan bagi hasil dengan pemilik aplikasi,” jelas Erwin.
Tujuan utama dari Gerakan Maju Tani dengan konsep Meta Farming ini adalah menginspirasi generasi muda untuk mau menjadi petani dan juga pihak lain yang tertarik untuk bertani namun tidak tahu caranya.
Erwin menambahkan, Gerakan Maju Tani berharap Ketua Umum HKTI yang juga Ketua KSP Moeldoko memberikan dukungan kepada Gerakan Maju Tani untuk menyosialisasikan konsep Meta Farming.
“Gerakan ini bukan hanya difokuskan di Jakarta tapi juga di kota-kota lain di Indonesia. Kami berharap semakin banyak yang mau bergabung dengan Gerakan Maju Tani dan mau bertani dengan konsep meta farming. Upaya ini diharapkan bisa meningkatkan jumlah petani muda di Indonesia,” jelas Erwin.
Selain Erwin Gunawan dari GREENS, Gerakan Maju Tani diinisiasi oleh tujuh orang lainnya yaitu: James Rayawan dari Hyoshi Farm, Edlin Prabawa dari Satria Group Farm, Andro Tunggul Namureta, Lantip Kurniawan dari Jalantara Tirtamarta Hidroponik, Nur Rohman, Alpukat Farmer, Chooirul Ibnur Fajar dari Agrobersama serta Ardito Hartawan dari Hydrofarm.
Berdasarkan hasil survei Jakpat, hanya 6 dari 100 generasi Z berusia 15-26 tahun yang ingin bekerja di bidang pertanian. Ada sejumlah alasan mengapa banyak generasi Z yang tak ingin bekerja di bidang pertanian antara lain pendapatan kecil, penuh risiko dan tidak menjanjikan.
Rendahnya minat pemuda bekerja di sektor ini pun membuat Indonesia harus puas berada di urutan keenam negara dengan proporsi tenaga kerja pertanian tertinggi di Asia Tenggara.
Menurut ASEAN Statistics Division, proporsi tenaga kerja pertanian di Indonesia sebesar 29,8% pada 2020. Posisi Indonesia berada di bawah Kamboja dengan proporsi tenaga kerja pertanian sebesar 32.1%. Sedangkan, Myanmar menjadi negara yang memiliki proporsi tenaga kerja pertanian paling tinggi di Asia Tenggara, yakni 48,9%. (Z-5)
Terkini Lainnya
119 Hektare Sawah Rusak akibat Banjir di Sulawesi Tengah
Kementan Melepas Ekspor Ubi Jalar ke Jepang dan Korea Selatan
Asahan Dorong Petani Kembangkan Pengolahan Limbah Lidi Sawit
Puluhan Hektare Sawah di Aceh Terancam Gagal Panen Akibat El Nino
Kementan Dorong Petani Muda Kembangkan Pertanian Lahan Rawa Modern
Waduk di Pantura Mengering, Ratusan Hektare Tanaman Pangan Terancam Gagal Panen
Perwira Siswa Seskoad Lakukan Kuliah Kerja Lapangan di Purwakarta
Dialog Kebangsaan Diklat Polri, Mentan Amran: Semua Turun Tangan Urus Pangan
Konversi Lahan Tambang untuk Pertanian demi Ketahanan Pangan
Hadapi Ancaman Kekeringan, Cianjur tak Khawatir Ketersediaan Pangan
UKP Beri Bantuan Santri di Serang untuk Wujudkan Ketahanan Pangan
Jokowi Minta Kepala Daerah Antisipasi Kelangkaan Pangan Akibat Peningkatan Suhu
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap