Asosiasi Ungkap Biang Kerok Pengembangan Panas Bumi Lambat di RI
![Asosiasi Ungkap Biang Kerok Pengembangan Panas Bumi Lambat di RI](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/09/bae89affcc0c80a949b6113657489318.jpeg)
KETUA Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) Prijandaru Effendi membeberkan penyebab utama pengembangan panas bumi lambat dikembangkan di Indonesia. Yakni, adanya kesenjangan antara harga keekonomian dari pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) untuk para investor dan harga jual listrik dari pembangkit tersebut yang dianggap masih mahal.
Hingga saat ini, kapasitas terpasang energi panas bumi di Indonesia baru mencapai 2.347,63 megawatt (MW), dengan rata-rata pertumbuhan panas bumi terpasang pertahunnya hanya 40 MW. Pertumbuhan energi panas bumi tersebut dinilai masih jauh dari sumber daya dimiliki yang hampir mencapai 24 ribu megawatt (MW).
"Lambatnya pertumbuhan panas bumi ini karena berbagai tantangan. Pertama, soal kesenjangan harga dan nilai keekonomian pembangkit panas bumi," kata Prijandaru dalam acara The 9th Indonesia International Geothermal Convention Exhibition di Jakarta Convention Center (JJC), Jakarta, Rabu (20/9).
Baca juga: Tarik Investor, Pemerintah Guyur Insentif Eksplorasi Panas Bumi
Hambatan lainnya dalam pengembangan energi panas ialah sering terjadi perubahan peraturan yang mengakibatkan ketidakpastian bagi pertumbuhan panas bumi.
Prijandaru menjelaskan, Indonesia telah memakai energi panas bumi sejak 1984 untuk mendukung sistem ketahanan energi nasional. Hingga Juli 2023, Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) tercatat telah mengelola 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) di enam area dengan kapasitas terpasang 672 MW.
Baca juga: Kembangkan Industri Panas Bumi, PGEO Jalin Kolaborasi
"Pengembangan teknologi ini terus berjalan, walau berjalan lambat. Diperlukan strategi eksplorasi dengan pemilihan teknologi pengembangannya yang tepat, mengingat biaya dan risiko manfaat yang lebih tinggi," jelasnya.
Ketua API menambahkan, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 PLN bersama pemerintah telah menargetkan kapasitas terpasang panas bumi sebesar 5.500 MW di 2030 atau sekitar 51,6% kontribusi dari penggunaan energi hijau di dalam negeri.
"Angka ini juga memberi tambahan sekitar 3.300 MW selama 10 tahun ke depan atau sekitar 450 MW per tahun. Target ini cukup ambisius. Kerja keras dan campur tangan pemerintah dibutuhkan agar hambatan dan permasalah pada tantangan ini dapat segera terselesaikan," pungkasnya. (Ins/Z-7)
Terkini Lainnya
Pertamina Komitmen Perkuat Jaringan Gas Rumah Tangga
Pertamina Dorong Akses Pendanaan Hijau melalui Sustainable Finance Framework
Bumi Sedang Tidak Baik, Transisi Energi Diminta Segera Dilakukan
Pemerintah Diminta Tentukan Prioritas PLTU yang Bisa Dipensiunkan
Pemerintah Sebut Ada 3 Proyek Prioritas dalam Kerja Sama AZEC
Masa Depan Industri Energi Surya di Indonesia Dianggap Cerah
Percepatan Pengembangan Panas Bumi Perlu Dukungan Universitas
ESDM: Suntikan Dana Transisi Energi Masih Tersendat-sendat
Perlu Dukungan Banyak Sektor Ciptakan SDM Energi Berkualitas
Aliri Listrik ke 55 Ribu Rumah, PLTP Lumut Muara Enim akan Beroperasi 2024
21 Orang Keracunan Akibat Kebocoran Gas Bahaya PLTP Sorik Marapi
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap