Penjaminan APBN di KCJB Rusak Reputasi Indonesia
![Penjaminan APBN di KCJB Rusak Reputasi Indonesia](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/09/59770f90e34d2a9a1ffc380badc5c4fd.jpg)
ANGGOTA Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amin Ak menuturkan, menjadikan APBN sebagai jaminan dalam sebuah proyek akan memunculkan risiko besar dan memengaruhi perekonomian secara umum. Itu juga dinilai bakal merusak reputasi dan peringkat utang Indonesia di level global.
“Penjaminan oleh APBN juga bisa merusak reputasi dan peringkat utang pemerintah, yang pada gilirannya akan memengaruhi tingkat suku bunga pinjaman surat berharga negara (SBN) yang sudah tinggi,” tuturnya saat dihubungi, Rabu (20/9).
Amin menambahkan, menjadikan APBN sebagai jaminan utang dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) akan menjadi beban tambahan bagi masyarakat. Sebab, uang negara harus mengalokasikan pembayaran utang proyek selama puluhan tahun dan menambah beban fiskal.
Baca juga: Wamen BUMN: Bunga Utang Proyek Kereta Cepat Sekitar 3%
Mestinya, pemerintah konsisten dengan apa yang sebelumnya disampaikan, yaitu tak menyentuh sama sekali anggaran negara dalam pembangunan dan pelaksanaan proyek kereta cepat. Proyek tersebut seharusnya dilakukan dengan skema business to business (B to B), alih-alih melibatkan uang publik di dalamnya.
“APBN harus tetap dijaga agar tidak dilibatkan dalam penjaminan utang proyek seperti ini. APBN seharusnya merupakan entitas yang terpisah dari urusan tersebut,” terang Amin.
Baca juga: Diimplementasikan 15 September, SRBI Diharapkan Mendorong Masuknya Dana yang Likuid
Gayung bersambut, beban keuangan akan menjadi semakin besar lantaran ambisi memindahkan dan membangun Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Kendati porsi pembiayaan yang bersumber dari APBN atas proyek tersebut hanya berkisar 20%, Amin menilai pemerintah gagal menentukan skala prioritas.
Sebab, setiap tahunnya utang negara terus bertambah. Dari catatan Amin, level utang Indonesia saat ini berkisar Rp7 ribu triliun dan berpotensi naik menjadi Rp10 ribu triliun di 2024. Beban utang itu dinilai sudah cukup besar untuk dipikul.
“Oleh karena itu, membangun ibu kota baru bukanlah prioritas yang tepat dan langkah yang benar saat ini. Ini hanya akan menambah beban perekonomian dan memperumit persoalan yang dihadapi oleh pemerintah,” pungkas Amin. (Mir/Z-7)
Terkini Lainnya
Kereta Cepat Whoosh Catat Rekor Angka Penumpang Harian Tertinggi
85 Ribu Tiket Whoosh Terjual Selama Libur Idul Adha
KCIC Imbau Masyarakat tak Bermain Layangan di Sekitar Rel Kereta Cepat
Meriahkan Hari Lahir Pancasila, KCIC Gelar Pertunjukan Seni Tari Tradisional di Kereta Whoosh
100 Ribu Tiket Whoosh Terjual di Momen Libur Panjang Waisak
48 Perjalanan Whoosh per hari Disiapkan Saat Periode Libur Waisak
Pemerintah Didesak Optimalkan Penerimaan Pajak
Utang Indonesia Tembus Rp8.000 Triliun, Sri Mulyani belum Khawatir
Utang Luar Negeri Indonesia Turun di Triwulan I 2024
Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$405,7 Miliar di Januari 2024
Presiden: Rasio Utang Negara masih Aman, Boleh sampai 60% dari PDB
APBN April 2023 Catat Surplus Rp234,7 Triliun Setara 1,12% dari PDB
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap