visitaaponce.com

ASEAN Harus Adaptif Sikapi Kondisi Geopolitik Ekonomi Global

ASEAN Harus Adaptif Sikapi Kondisi Geopolitik Ekonomi Global
Logo ASEAN(MI/Duta)

WAKIL Sekretaris Jenderal Masyarakat Ekonomi ASEAN, Satvinder Singh mengatakan di era baru ini, yang ditandai dengan transformasi ekonomi dan teknologi yang kompetitif, penting menyadari perlunya ASEAN tidak hanya mempertahankan kesatuan dan sentralitasnya, namun juga beradaptasi dan tetap relevan dengan dinamika, terutama akibat lanskap geopolitik yang sangat terpecah seperti saat ini.

“ASEAN didirikan atas dasar prinsip saling menghormati, gotong royong, dan visi bersama untuk stabilitas dan kemakmuran kawasan. Itulah landasannya dan selama beberapa dekade, kami telah melihat manfaat besar yang diperoleh dari pendekatan yang masuk akal dan pragmatis,” kata Satvinder Singh, dalam UOB Gateway to ASEAN Conference 2023, ASEAN Forging Ahead, Rabu (11/10).

Banyak perekonomian global terutama di negara-negara maju di Barat, yang dalam beberapa tahun terakhir telah memilih untuk lebih membatasi keterbukaan pasar dengan kedok perlindungan ekonomi dalam negeri atau perubahan iklim. Sedangkan ASEAN melakukan hal sebaliknya.

Baca juga : ASEAN Prioritaskan Suplai Beras dan Gandum untuk Anggotanya

Pada Pandemi Covid-19 pada bulan November 2020, 10 perekonomian ASEAN bersatu untuk menuju finalisasi Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang dipimpin ASEAN. Ini merupakan perjanjian perdagangan bebas FTA terbesar di dunia, dengan beberapa mitra dagang terbesar kami di Jepang, Tiongkok, Korea, Australia, dan Selandia Baru.

Sementara itu, ASEAN juga telah mulai memodernisasi dan memperbarui The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Trade In Goods Agreement/ ATIGA FTA yang saat ini sedang dinegosiasikan dan akan diperluas untuk mencakup elemen lingkungan sirkular, gender, dan bahkan akses pasar baru. 

Baca juga : Islamofobia, Tantangan Serius ASEAN

Negosiasi untuk peningkatan FTA Artega ASEAN diharapkan akan selesai secara substansial pada tahun 2024.

“Keterbukaan dan kekuatan ekonomi yang kuat ini yang memungkinkan ASEAN di era pasca-Covid-19 untuk mengatasi badai ekonomi global dan juga menjadi mesin pertumbuhan yang tangguh dalam perekonomian dunia,” kata Satvinder.

Tentu saja, secara geopolitik, pergeseran global serta konektivitas perdagangan RCEP dan beberapa pertumbuhan domestik yang kuat mendorong perekonomian ASEAN, dan membawa masuknya investasi asing (FDI) yang lebih kuat, serta pergerakan rantai nilai pasokan global dari Tiongkok ke ASEAN.

“Kini dengan adanya aliran baru rantai pasok global ke ASEAN, tidak hanya dipengaruhi oleh geopolitik namun juga ada karena tekanan yang mengharuskan investor juga melakukan dekarbonisasi pada rantai nilai global. Jadi tidak lagi ASEAN penting bagi mereka memanfaatkan sumber daya alam, tapi sebenarnya mereka juga sedang melakukan reorganisasi dan mendesain ulang seluruh rantai nilai manufaktur untuk memenuhi kebutuhan dekarbonisasi,” kata Satvinder.

Semua hal ini mendorong dan memungkinkan ASEAN untuk dapat mempertahankan pertumbuhan mendekati 4,5%-4,6% tahun ini, kemudian pertumbuhan di atas 4% lagi tahun 2024. Dia perkirakan akan ada beberapa penyesuaian dengan cara perdagangan global yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

“Namun saya yakin kita masih akan mengakhiri tahun ini dengan kondisi pertumbuhan positif yang sangat baik,” kata Satvinder.

Saat ini, telah terjadi perubahan teknologi yang besar. Revolusi digital mempercepat penyesuaian Covid-19 dalam membantu membentuk kembali industri, masyarakat, perekonomian di ASEAN. Saat ini semakin banyak aktivitas Revolusi Industri 4.0. Penerapan dan penggunaan kecerdasan buatan, pemanfaatan blockchain, Internet of Things, bukan lagi sekadar kata kunci.

Hal-hal tersebut menjadi komponen integral dalam cara bekerja dan cara perusahaan beroperasi, cara kita bermain. ASEAN harus menerapkan ini agar tetap relevan. Menyadari semua tantangan yang semakin meningkat ini, ASEAN telah mengadopsi deklarasi mengenai ASEAN sebagai episentral pertumbuhan pada KTT ASEAN ke-43 di Jakarta pada bulan September 2023.

“Deklarasi tersebut memperkuat komitmen untuk memperkuat posisi kawasan sebagai pusat pertumbuhan dengan menavigasi dan merespons tantangan global dan mengeluarkan potensi pertumbuhan sepenuhnya di kawasan ASEAN,” kata Satvinder.

Inti dari deklarasi ini adalah strategi dan visi untuk memperkuat ketahanan terhadap guncangan di masa depan dan melakukan semua untuk merangkul transformasi digital dan yang lebih penting, dan membina ekosistem yang berkelanjutan.

ASEAN secara aktif berupaya membangun ketahanan pada pangan, keuangan dan energi. Terkait dengan ketahanan pangan, investasi besar telah dilakukan untuk menciptakan jaringan logistik terpadu untuk sumber daya pangan dan pertanian. Hal ini mencakup pembentukan sumber daya pangan berbasis lokal dan meningkatkan efektivitas Sistem Informasi Ketahanan Pangan ASEAN.

Di sektor keuangan, ASEAN memajukan konektivitas pembayaran regional yang belum pernah ada sebelumnya, dan penggunaan transaksi transit mata uang lokal. Di sektor energi, ada upaya bersama untuk mengimplementasikan jaringan listrik ASEAN dan jaringan pipa gas trans ASEAN.

“Kami telah mengidentifikasi 18 proyek interkoneksi regional untuk memajukan jaringan listrik ASEAN,” kata Satvinder.

Di bidang pertanian, ASEAN menerapkan pertanian berkelanjutan dan baru-baru ini menyelesaikan pertemuan tingkat Menteri Pertanian, Pangan, dan Kehutanan Asean minggu lalu di Kuala Lumpur. Para menteri pertanian mengeluarkan pernyataan bersama untuk mengurangi penggunaan bahan kimia pertanian yang berbahaya untuk memastikan perlindungan pangan dan lingkungan tetap terjaga.

Saat ini, inisiatif-inisiatif pertanian, pangan, energi, dan keuangan, secara kolektif memperkuat. Mempertimbangkan hal ini, perlu peran dari sektor swasta untuk berbagi keahlian dan sumber daya untuk mendukung ASEAN.

Selanjutnya, para pemimpin ASEAN juga menyadari keinginan untuk tetap menjadi pusat pertumbuhan melalui digitalisasi. Diperkirakan terdapat 125.000 pengguna internet baru di kawasan ini setiap harinya.

Perekonomian digital ASEAN akan menjadi pendorong bagi kawasan ini dan diperkirakan akan tumbuh dan akan menambah PDB sebesar US$1 triliun pada tahun 2030. Saat ini, dengan menyaksikan pertumbuhan eksponensial ini, pemangku kepentingan bekerja sangat keras untuk memetik manfaat dari transformasi digital dan adanya perjanjian kerangka ekonomi digital ASEAN.

Meski ekonomi digital memiliki potensi yang luar biasa, hal ini juga memberikan tantangan yang besar, yaitu adanya kesenjangan digital, ancaman keamanan siber, dan perlunya peningkatan investasi pada infrastruktur digital dan pengembangan sumber daya manusia, dan masih banyak lagi.

Ini beberapa rintangan yang menghambat potensi kita untuk memperoleh manfaat penuh dari integrasi dan konektivitas digital regional. Mengingat hal ini, saya ingin mendorong bahwa kita memerlukan solusi praktis yang solid dari sektor swasta untuk membantu kita mendorong inklusivitas digital serta memastikan manfaat transformasi digital dapat diakses dan terjangkau oleh semua komunitas di ASEAN,” kata Satvinder.

Keberhasilan ASEAN sebagai suatu kawasan bergantung pada pembinaan masyarakat yang sehat dan ekosistem yang berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan ini, semua negara anggota telah bersatu, khususnya di sektor ekonomi dengan mengembangkan pendekatan regional menuju netralitas karbon yang akan melengkapi rencana NDP, agar masing-masing negara anggota ASEAN dapat mencapai tujuan tersebut.

Saat ini, salah satu faktor penting dalam memungkinkan transformasi hijau ASEAN adalah pendanaan. Hal ini merupakan area di mana penilaian risiko belum sejalan dengan kebutuhan perekonomian di ASEAN. ASEAN membutuhkan sekitar US$200 miliar per tahun mulai sekarang hingga tahun 2030, untuk menuju transformasi ramah lingkungan.

Namun, saat ini, pasar utang berkelanjutan ASEAN, yang terdiri dari seluruh obligasi berkelanjutan sosial ramah lingkungan yang beredar, hanya berjumlah sekitar US$63 miliar.

Maka, ASEAN harus mengintensifkan upaya untuk mendorong pembiayaan berkelanjutan, yang akan memungkinkan kawasan mengakses dana global, dan juga memastikan bahwa taksonomi keuangan ASEAN inklusif menciptakan pembiayaan yang adil untuk masyarakat.

“Melalui kemitraan kolaboratif dan berkualitas, saya pikir kita sedang membuka jalan menuju masa depan yang sejahtera dan berketahanan bersama,” kata Satvinder. (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat