Temui Penyuluh, Kementan Genjot Daya Saing Produk Pertanian Dalam Negeri
POLITEKNIK Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor mewujudkan salah satu amanah dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, dengan menyelenggarakan Temu Penyuluh Pertanian PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) yang dihadiri oleh seluruh alumni program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) di Aula Kampus Cibalagung pada Selasa (17/10).
Temu Penyuluh merupakan wadah silaturrahim dari penyuluh pertanian untuk membagi pengalaman dan bertukar pikiran, bekerja sama dalam rangka mencapai peningkatan produksi dan mewujudkan kedaulatan pangan.
Acara yang diselenggarakan secara hybrid ini juga dihadiri oleh Direktur Polbangtan/PEPI seluruh Indonesia, dan juga Kepala Pusat Pendidikan Pertanian selaku moderator.
Baca juga: Penyuluh CSA Deli Serdang Lakukan Monitoring Gerakan Tani Pro Organik
Perhelatan besar penyuluh pertanian ini turut mengundang Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi sebagai pemateri sekaligus berdiskusi dalam kuliah umum.
Sebagai pembuka, Dedi mengucapkan selamat kepada para penyuluh yang telah menyelesaikan pendidikan RPL di Polbangtan seluruh Indonesia.
Dedi menyampaikan, bahwa program RPL ini sebetulnya sebagai amanat dari Permenpan RB no 20 tahun 2020. Dan itu yang harus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas para penyuluh didalam melaksanakan tugasnya.
Dalam arahannya, Dedi berulang kali menekankan kepada para penyuluh untuk dapat menggenjot daya saing produksi pertanian melalui tugas dan fungsi pokok penyuluh.
Baca juga: Stabilkan Harga, Kementan Dukung Gerakan Pangan Murah di Palembang
"Ingatlah tugas pokok dan fungsi kita. Kita bisa tanam kedelai tapi kenapa lebih dari 90% tahu tempe yang kita konsumsi adalah impor. Kita bisa tanam bawang putih, tapi kenapa yang kita konsumsi masih impor. Kita juga bisa pelihara sapi, tapi kenapa 90% daging sapi yang dikonsumsi masih impor dari Australia?," tanya Dedi kepada para penyuluh.
Dedi melanjutkan, bahwa kedelai yang yang diimpor memiliki harga 5.000 per kg. Sementara petani dalam negeri baru mendapatkan keuntungan jika kedelainya dijual seharga 7.500 per kg.
Begitu juga dengan daging yang diimpor dengan harga 75.000 per kg. Sementara peternak kita baru mendapatkan keuntungan jika menjual harganya diatas 100.000 per kg.
Produktivitas Pertanian Indonesia Masih Kalah
"Kalau dalam dunia tinju, menghadapi selisih harga jualnya saja kita sudah KO," tutur Dedi. Ia menjelaskan bahwa Indonesia masih kalah dalam hal produktivitas produksi hasil panen.
"Produktivitas kedelai nasional kita rata2 1-1,5 ton per hektare. Sementara di luar negeri bisa sampai 3,8 ton per hektare. Selisihnya saja jauh. Daya saing produk pertanian kita terpuruk. Kita melihat buah dan sayur bertebaran di supermarket. Sekarang sudah didominasi oleh impor. Di situlah permasalahan kita. Daya saingnya keok," ujar Dedi.
Menurut Dedi, pembangunan pertanian tidak lain dan tidak bukan adalah untuk meningkatkan daya saing produk pertanian.
Baca juga: Kementan Dorong Anak Muda Jangan Takut Terjun ke Bisnis Pertanian
Apabila produk pertaniannya berdaya saing, ditegaskan Dedi, berarti petaninya juga harus berdaya saing. Dan jika petaninya dituntut untuk bisa berdaya saing, berarti penyuluhnya juga harus berdaya saing.
"Tidak mungkin jika penyuluhnya biasa saja, namun bisa menghasilkan petani yang berdaya saing, itu mimpi," imbuh Dedi.
Pembangunan pertanian wajib diawali dari penyuluhnya yang berdaya saing. Program pendidikan RPL adalah salah satu cara untuk menggenjot kemampuan para penyuluh agar dapat menjadi penyuluh yang profesional dan menguasai substansi dari permasalahan di lapangan. Penyuluh yang dapat memberi solusi kepada petani dalan segala hal dan kondisi.
Dedi juga mengimbau kepada para penyuluh untuk dapat mengawal petani supaya bijak dalam penggunakan pupuk berimbang, menggunakan bibit dan benih yang berkualitas, serta memperhatikan nutrisi tanaman atau pakan ternak untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Terakhir Dedi menekankan poin penting yang harus selalu diingat oleh para penyuluh dalam membuat produksi pertanian memiliki daya saing, yaitu genjot daya saing produk pertanian kita.
"Caranya? Genjot produktivitasnya, perbaiki kualitasnya, tekan ongkos produksinya dengan mengimplementasikan teknologi IoT." tandas Dedi. (RO/S-4)
Terkini Lainnya
Musik Tradisi Tarawangsa Asal Sunda Tur Eropa
Serapan Pupuk Subsidi Baru 32%, Komisi IV DPR: Penyaluran tidak Efektif
Jawa Barat Targetkan Peningkatkan Produksi Gabah Naik 11 Juta Ton
Kementan Gencar Sosialisasikan Kebijakan Pengembangan Tebu Rakyat
Ancaman Kekeringan terhadap Sektor Pangan harus Segera Dimitigasi
Produktivitas 1.000 Ha Lahan Pertanian di Cianjur tidak Terpengaruh Kemarau
Kalteng Masih Kekurangan Tenaga Penyuluh Pertanian
Kementan Terus Dorong Peningkatan Kualitas dan Nilai Produk Pertanian
PPIU Jawa Timur Fasilitasi Penyuluh untuk Dukung Petani Muda Banyuwangi
Mahasiswa Polbangtan Perluas Wawasan dengan Kunjungi Balai Embrio Ternak
Penyuluh CSA Dorong Kelembagaan Ekonomi Petani Pinrang Naikkan Omzet
Ukur Emisi Gas Rumah Kaca, Penyuluh CSA Gunakan Sungkup Tertutup
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap