visitaaponce.com

Penyuluh CSA Dorong Kelembagaan Ekonomi Petani Pinrang Naikkan Omzet

Penyuluh CSA Dorong Kelembagaan Ekonomi Petani Pinrang Naikkan Omzet
Penyuluh CSA mendampingi petani Pinrang.(Ist)

PERTANIAN modern menuntut hadirnya petani mengembangkan usaha tani berkelompok melalui kelompok tani (Poktan) maupun gabungan kelompok tani (gapoktan).

Upaya tersebut menuntut kehadiran penyuluh untuk meningkatkan kemampuan petani mengelola budidaya hingga hilirisasi produk pertanian (on farm dan off farm) pada kelembagaan ekonomi petani (KEP).

Pengembangan KEP sebagai cikal bakal korporasi petani menjadi target Kementerian Pertanian (KEP) bersama program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) untuk meningkatkan kinerja petani dalam penyelenggaraan usaha ekonomi di sektor pertanian dengan inovasi teknologi Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA).

Baca juga : Mentan Andi Amran Sulaiman Dorong Petani Hilirisasi Hasil Pertanian

Sinergi ideal penyuluh dan petani berwawasan CSA tampak pada kinerja Abdul Mukhlis, penyuluh di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan turut andil menggenjot omzet KEP Sukses Bersama di Kecamatan Watang Sawitto pada 2022 sebesar Rp150 juta meningkat menjadi Rp850 juta pada 2023 dengan ´jurus-jurus´ jitu Program SIMURP.

Abdul Mukhlis selaku pendamping berupaya melakukan transformasi manajemen kelembagaan petani maupun unit-unit usaha yang terbentuk agar KEP lebih terarah dalam usaha tani berorientasi agribisnis untuk meningkatkan produktivitas budidaya, nilai tambah hasil produksi, pendapatan usaha dan kesejahteraan petani.

Upaya Program SIMURP sejalan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mendorong, mendukung dan mengawal petani mengembangkan hilirisasi produk seperti dinistruksikan Presiden Jokowi agar petani membentuk KEP sebagai cikal bakal dari korporasi petani.

Baca juga : Sejumlah KEP Masuk Nomine untuk Raih Penghargaan SIMURP 2023

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengingatkan petani untuk mengembangkan produk olahan dari hasil pertanian, sehingga tidak lagi menjual produk mentah (raw product).

"Petani jangan lagi berfikir tanam, petik lalu jual. Bukan lagi jamannya, petani bekerja sendiri-sendiri. Harus berjamaah seperti pada KEP dan KWT (Kelompok Wanita Tani) didampingi penyuluh CSA," katanya.

Dedi Nursyamsi menambahkan, untuk membangun dan mengembangkan KEP sebagai cikal bakal korporasi harus didampingi penyuluh dengan melibatkan stakeholder terkait.

Baca juga : Kementan Apresiasi Petani CSA Jawa Timur Kembangkan Hilirisasi Produk

"Awali dari kelompok tani untuk membentuk korporasi petani. Sahamnya dari petani. Dukung dengan inovasi dan mekanisasi, agar petani mampu menguasai pertanian dari hulu ke hilir sebagai bisnis, bukan sekadar bertani," katanya.

Teknologi CSA

Teknologi CSA Program SIMURP menjadi pijakan penyuluh Pinrang, Abdul Mukhlis mengembangkan KEP Sukses Bersama.

Baca juga : Petani Pinrang Manfaatkan Burung Hantu untuk Barantas Hama Tikus

Mulai dari seleksi benih dan varietas unggul baru rendah emisi gas rumah kaca (GRK) hingga membentuk jejaring pemasaran dengan mitra swasta.

Upaya tersebut ditempuh Abdul Mukhlis melalui pertemuan seleksi benih dan membentuk Kelompok Penangkaran Benih Varietas Inpari 32 (rendah emisi) agar petani mudah memperoleh benih.

Dia pun mengupayakan adanya kompos jerami bagi petani melalui pertemuan pembuatan kompos jerami, untuk menutupi kekurangan pupuk bersubsidi bagi petani.

Baca juga : Mentan SYL Targetkan Kabupaten Bantaeng Tiga Kali Panen

Kegiatan budidaya di lapangan, dengan pengaturan air berselang melalui pengairan basah kering atau Alternate Wetting ang Drying [AWD] merupakan pengairan dengan penggenangan air terputus yang bertujuan.

Project Manager SIMURP, Sri Mulyani mengatakan teknik AWD untuk mengontrol atau menghemat penggunaan air dalam budidaya tanaman padi, karena padi merupakan tanaman yang memerlukan air, tetapi bukan tanaman air.

Tanaman padi tidak memerlukan air saat tanam, saat anakan maksimum dan 10 hari menjelang panen. Untuk menghasilkan 1 kg gabah hanya dibutuhkan rata-rata 1.432 liter air ketimbang 1.150 liter air untuk hasilkan 1 kg jagung.

Baca juga : Kementan Kerahkan Penyuluh CSA Lombok Tengah Ukur Emisi Gas Rumah Kaca

"Jadi, budi daya tanaman padi tidak harus digenangi terus menerus. Air bagi pertanian dapat dikelola ketersediaannya dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan," kata Sri Mulyani. (S-4)

 

Baca juga : Sambut Mentan di Soreang, KEP dan KWT Berwawasan CSA Pamerkan Produk

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat