visitaaponce.com

Country Garden Sangkal Pendiri dan Ketuanya Kabur dari Tiongkok

Country Garden Sangkal Pendiri dan Ketuanya Kabur dari Tiongkok
Bangunan milik pengembang Tiongkok Country Garden Holdings di Zhenjiang, Provinsi Jiangsu, timur Tiongkok.(AFP.)

RAKSASA properti asal Tiongkok, Country Garden, pada Kamis (19/10) membantah bahwa pendiri dan pimpinan perusahaan tersebut meninggalkan negara tersebut. Maklum, perusahaan properti yang dibebani utang tersebut terancam mengalami gagal bayar (default) yang dapat memberikan tekanan pada industri properti.

Salah satu pengembang terbesar Tiongkok, Country Garden, memiliki utang yang diperkirakan mencapai 1,43 triliun yuan (US$196 miliar) pada akhir 2022. Laporan yang belum diverifikasi minggu ini mengklaim bahwa pendiri perusahaan, Yang Guoqiang dan putrinya Yang Huiyan yang merupakan ketua perusahaan, telah meninggalkan Tiongkok.

Namun perusahaan tersebut membatalkan spekulasi tersebut pada Kamis. "Pendiri dan ketua dewan direksi grup tersebut saat ini bekerja secara normal di dalam negeri."

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok Melambat tapi Lampaui Perkiraan

"Rumor ini diposting dengan motif tersembunyi di berbagai platform online, sehingga menimbulkan dampak negatif," kata perusahaan itu dalam pernyataan online. "Kami berhak mengambil tindakan hukum atas rumor jahat," tambahnya.

Yang Huiyan mengambil alih jabatan ketua Country Garden pada Maret setelah ayahnya mengundurkan diri dari posisinya di dewan direksi. Ia sebelumnya menyandang predikat wanita terkaya di Tiongkok setelah mewarisi saham ayahnya pada 2007.

Baca juga: Biaya Bahan Bakar Naikkan Inflasi Afrika Selatan

Namun perusahaannya kini berada di garis depan krisis properti di Tiongkok yang menyebabkan sejumlah pengembang properti terlilit utang gagal bayar atau terancam gagal bayar. Bloomberg News melaporkan bulan lalu bahwa bos miliarder dari perusahaan pembangun Tiongkok Evergrande--yang gagal bayar pada 2021--ditahan oleh polisi.

Country Garden pada Rabu dijadwalkan membayar bunga sebesar US$15,4 juta tetapi belum memberikan indikasi resmi mereka telah melakukannya pada Kamis pagi. Namun, perusahaan tersebut mengatakan kepada Bloomberg bahwa mereka memperkirakan tidak akan mampu memenuhi seluruh kewajiban pembayaran luar negeri tepat waktu.

Mereka menyalahkan kesulitannya pada koreksi mendalam di pasar dalam negeri Tiongkok dan penjualannya yang melemah. Country Garden memiliki uang tunai sebesar 148 miliar yuan pada akhir Juni.

Dikatakan bahwa pihaknya bermaksud menggunakan dana tersebut untuk menyelesaikan proyek perumahan yang belum selesai dan unitnya telah dijual di muka, model bisnis yang umum di sektor properti Tiongkok. Industri ini memiliki pertumbuhan pesat selama puluhan tahun yang mendukung ribuan perusahaan dan menjadi sumber utama lapangan kerja. 

Saat ini, konstruksi dan realestat menyumbang sekitar seperempat produk domestik bruto. Namun pihak berwenang kini berada dalam kegelisahan karena krisis utang yang semakin parah memicu ketidakpercayaan pembeli, membuat harga rumah anjlok, dan mengancam akan berdampak pada sektor lain. 

Angka resmi yang dirilis pada Kamis menunjukkan bahwa harga rumah baru turun pada September di 54 dari 70 kota acuan dibandingkan bulan sebelumnya. Dari tahun ke tahun, harga-harga lebih rendah di 45 dari 70 kota yang disurvei, meskipun ada banyak tindakan resmi tahun ini untuk menopang pasar yang sedang lesu.

Perekonomian Tiongkok tumbuh melebihi perkiraan sebesar 4,9% pada kuartal ketiga, data resmi menunjukkan pada Rabu. Ekspansi ini menambah serangkaian data positif baru-baru ini, yang menunjukkan periode stabilitas setelah berbulan-bulan melemah menyusul penghapusan pembatasan kesehatan ketat terkait covid-19. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat