visitaaponce.com

Menahan Pelemahan Rupiah, Pengamat BI Tidak Bisa Sendirian

Menahan Pelemahan Rupiah, Pengamat : BI Tidak Bisa Sendirian
Nilai tukar rupiah yang terus melemah butuh kerja sama semua pihak untuk menahannya.(MI/M Irfan)

Pelemahan  nilai tukar rupiah yang terus mendekati level Rp16 ribu per Dolar AS memicu kegelisahan di kalangan pelaku usaha. Mereka meminta agar Bank Indonesia bekerja lebih keras guna menstabilkan nilai tukar rupiah.

Dalam pandangan pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran Arianto Muditomo,  langkah  Bank Indonesia untuk menahan pelemahan rupiah  tidak bisa berdiri sendiri.

"Kementrian terkait harus memberikan perhatian pada pengendalian nilai tukar rupiah," kata Arianto, dihubungi Senin (23/10).

Di antaranya Kementerian Keuangan dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang melalui pengaturan anggaran dan kebijakan perpajakan yang mempengaruhi kesehatan ekonomi.

Kemudian Kementerian Perdagangan dapat mempengaruhi neraca perdagangan dengan menetapkan kebijakan perdagangan internasional.

"Selanjutnya Kementerian :uar Negeri dapat memainkan peran dalam negosiasi perjanjian perdagangan dan kerja sama ekonomi dengan negara lain, yang dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang, dan lain-lain," kata Arianto.

"Peluncuran instrumen amunisi berupa Sekuritas Valas Bank Indonesia dan Sukuk Valas Bank Indonesia pada pertengahan November 2023, diharapkan akan menarik modal asing ke Indonesia yang akan memperkuat cadangan devisa Indonesia dan menguatkan nilai tukar rupiah," kata Arianto.

Dengan beragam strategi stabilisasi rupiah dan peluncuran surat berharga valas, termasuk implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA), BI masih akan menahan pelemahan ini.

Penyebab pelemahan nilai tukar uang bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor ekonomi (termasuk fundamental), politik, dan pasar.

Tekanan pada rupiah akhir-akhir ini diantaranya adalah terjadinya perbedaan suku bunga yang dipicu oleh kebijakan bunga tinggi di Amerika, yang kemudian direspons dengan langkah Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan.

"Tingkat suku bunga yang lebih tinggi di suatu negara cenderung menarik investor asing yang mencari hasil investasi yang lebih tinggi. Ini dapat meningkatkan permintaan untuk mata uang negara tersebut dan meningkatkan nilai tukarnya," kata Arianto.

Tekanan rupiah selanjutnya berasal dari harapan pasar terhadap peristiwa yang dipandang akan mempengaruhi stabilitas politik di Indonesia. Ini di antaranya dipicu oleh dinamika politik dalam penentuan dan pengumuman Capres/Cawapres dalam beberapa bulan terakhir.

"Untuk diketahui tercatat sejak positif pada tahun 2014 saat pengumuman pencapresan Jokowi, hingga 22 Oktober saat pencawapresan Gibran pasar merespon negatif atau positif tipis," kata Arianto.

Aliran modal asing (capital outflow) keluar dari Indonesia yang terjadi sejak minggu ke-4 September 2023 hingga saat ini, sejalan dengan pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terus terjadi.

Hal ini sesuai teori yang mengatakan bahwa capital outflow akan melemahkan nilai mata uang negara yang ditinggalkan.

Anomali terjadi justru pada indikator neraca perdagangan. Neraca perdagangan Indonesia yang surplus tidak memberikan dampak langsung pada penguatan rupiah.

Setelah dilihat lebih dalam ternyata surplus neraca perdagangan tersebut lebih dipicu oleh masih cukup rendahnya impor karena masyarakat mengurangi belanja/konsumsinya.

"Dari alasan dan dan indikator tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelemahan rupiah disebabkan multifaktor dan perang Palestina-Israel dan suku bunga tinggi AS adalah sebagian dari penyebab saja," kata Arianto.

Arianto memandang level rupiah di Rp16.000 per dolar AS adalah batas psikologis pesimis. Sebab dengan kebijakan suku bunga tinggi di AS, tentu masih akan menarik dana modal masuk ke dolar AS.

"Pada kuartal IV 2023 ini, rentang nilai tukar rupiah diperkitakan akan bergerak di antara Rp15.700-16.000 per dolar AS, dengan tetap memperhatikan daya tarik invetasi asset rupiah yang dijaga dengan kebijakan suku bunga acuan dan pasar modal," kata Arianto. (Try/E-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat