Chevron akan Beli Kompetitornya Hess Seharga US53 Miliar
RAKSASA energi Amerika Serikat (AS), Chevron, akan membeli saingannya, Hess, seharga US$53 miliar dalam kesepakatan seluruh saham. Perusahaan mengumumkan dalam pernyataan bersama pada Senin (23/10).
Akuisisi besar ini merupakan konsolidasi terbaru di sektor energi AS. Ini terjadi kurang dari dua minggu setelah pengumuman bahwa ExxonMobil akan mengakuisisi produsen minyak serpih asal Texas, Pioneer, dengan nilai sekitar US$60 miliar.
Kesepakatan Chevron menilai ekuitas Hess sebesar US$53 miliar. Sedangkan total nilai perusahaan dari transaksi tersebut, termasuk utang, mencapai US$60 miliar, menurut pernyataan itu.
Baca juga: Tanzania Teken Kontrak Pelabuhan dengan DP World UEA
Akuisisi ini akan semakin mendiversifikasi kepentingan Chevron. Aset Hess termasuk skema eksplorasi lepas pantai di Guyana yang kaya minyak dan proyek minyak serpih besar di North Dakota serta aset di Teluk Meksiko dan Teluk Thailand.
Kesepakatan itu, "Memosisikan Chevron untuk memperkuat kinerja jangka panjang kami dan lebih meningkatkan portofolio unggulan kami dengan menambah aset kelas dunia," kata ketua dan CEO Chevron Mike Wirth.
Baca juga: ECB akan Pertahankan Suku Bunga karena Inflasi Turun
CEO Hess John Hess juga menyambut baik kesepakatan tersebut. "Kombinasi strategis ini menyatukan dua perusahaan kuat untuk menciptakan perusahaan energi terpadu yang terkemuka," kata Hess yang diperkirakan akan bergabung dalam dewan direksi Chevron.
"Saya bangga dengan karyawan kami dan yang telah kami capai sebagai satu perusahaan, memiliki salah satu portofolio pertumbuhan industri terbaik termasuk Guyana, penemuan minyak terbesar di dunia dalam 10 tahun terakhir, dan serpih Bakken, tempat kami menjadi produsen minyak terkemuka dan produsen gas," imbuhnya.
Dengan kesepakatan tersebut, Chevron akan mengakuisisi 30% kepemilikan lebih dari 11 miliar barel setara minyak yang diharapkan berasal dari blok di Guyana bersama dengan kepemilikan di ladang minyak serpih Bakken North Dakota.
Kesepakatan itu terjadi ketika minyak mentah diperdagangkan di atas US$87 per barel, level tertinggi dalam sejarah, sehingga meningkatkan keuntungan perusahaan-perusahaan minyak besar. Chevron tahun lalu membukukan rekor keuntungan sebesar US$35,5 miliar. Hess membukukan laba bersih sebesar US$2,2 miliar untuk 2022. (AFP/Z-2)
Terkini Lainnya
Vonis Trump Terkait Kasus Uang Tutup Mulut Ditunda September
Empat Siswa asal Banyumas Tembus Perguruan Tinggi Top Luar Negeri
IHSG Ditutup Melemah di tengah Bursa Asia Menguat
Rupiah Merosot saat Pasar Tunggu Rilis Data Tenaga Kerja AS
Cara Hindari Stereotipe 'Orang Amerika Bodoh' Saat Keluar Negeri
Amerika Serikat Kecam Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara
Jokowi akan Cek Blok Rokan Pekan Ini
Venezuela Catat Penurunan Inflasi Bulanan Pertama dalam 17 Tahun
Komitmen Pemanfaatan Karbon, Pertamina - Chevron Bangun Kerja Sama
Chevron dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Tanda Tangani Perjanjian Way Ratai
Sederet Perusahaan Minyak Bayar Influencer di Media Sosial
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap