visitaaponce.com

Sektor Logam Tumbuh Tinggi, Hilirisasi Industri Baja Digenjot

Sektor Logam Tumbuh Tinggi, Hilirisasi Industri Baja Digenjot
Dirjen ILMATE Kemenperin Taufiek Bawazier bersama Vice Presiden Tata Metal Lestari Stephanus Koeswandi pabrik pewarnaan baja lapis.(Dokpri.)

KEMENTERIAN Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong hilirisasi industri sebagai salah satu kebijakan strategis guna meningkatkan kinerja sektor industri manufaktur di Tanah Air. Di sektor industri baja, hilirisasi juga terus didorong guna membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 

"Jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi triwulan kedua 2023, sektor logam tumbuh 11,49% atau tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,7%. Ini potret bahwa industri baja kita bisa tumbuh lebih tinggi lagi. Kita pernah tumbuh sampai 20%. Kini dengan hadirnya investasi di sektor hilir, ini akan menumbuhkan kapasitas dan kontinuitas produk yang dapat menjadi bagian dari substitusi impor," terang Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier saat meresmikan pabrik pewarnaan baja lapis PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) di Sadang, Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (25/10).

Kehadiran investasi karena hilirisasi membutuhkan inovasi dari para pelaku usaha. Inovasi inilah yang kemudian menumbuhkan kapasitas dan kontinuitas produk yang bisa diterima masyarakat sehingga bisa menjadi bagian dari substitusi impor. Karena itu, Taufiek sangat mengapresiasi Tata Metal Lestari yang terus melakukan inovasi dari hulu hingga hilir sehingga produk-produknya memiliki nilai tambah tak hanya untuk perusahaan, tetapi juga bagi pelaku usaha lain dan masyarakat sekitarnya. 

Baca juga: Keuntungan ExxonMobil Turun karena Harga Minyak Mentah Jatuh

"Secara inovasi, pelapisan warna atau colour coating line pada baja lapis produksi Tata Metal Lestari pasarnya saya lihat cukup besar karena banyak kelebihan. Contohnya, lebih tahan cuaca ekstrem dan lebih tahan lama. Kami juga akan mendorong agar industri di sektor baja lain juga bisa mengikutinya," terang Taufiek lagi. 

Pemerintah menyiapkan berbagai instrumen untuk membantu penyerapan produk hilirisasi industri. Apalagi untuk produk dengan TKDN 65% seperti yang dihasilkan Tata Metal Lestari itu. Taufiek menjelaskan, pembangunan di Indonesia harus diisi dengan produk-produk dalam negeri. Untuk itu sudah menjadi bagian dari kebijakan Kemenperin untuk terus mendorong kebijakan-kebijakan yang berpihak pada industri dalam negeri seperti kebijakan sertifikat industri hijau dan SNI. 

Baca juga: Electrolux akan Pangkas 3.000 Pekerja akibat Penjualan Merosot

Sesuai arahan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, industri besi dan baja diminta menjadi contoh dalam menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan dan berperan aktif dalam meminimalkan dampak lingkungan dalam tumbuh kembangnya. Taufiek menyebut, sektor industri ditargetkan dapat mencapai netralitas karbon atau Net Zero Emissions (NZE) pada 2050. Target tersebut dipercepat dari target NZE nasional pada 2060. Industri baja menjadi salah satu sektor yang cukup diperhatikan dalam rencana dekarbonisasi. 

"Tantangan pada industri baja ke depan tidak akan mudah. Artinya, ke depan kita akan mengejar target Net Zero Emissions. Pemerintah sudah mencanangkan 2060 yang kemudian dipercepat menjadi 2050. Dengan begitu harapannya industri baja bisa bertransformasi. Transformasi ini butuh teknologi, perlu kekuatan, dan skill dari sumber daya manusia untuk bisa mengikutinya. Ini tentu akan terus kita dorong agar terealisasi target-target itu," terang Taufiek lagi. 

Untuk itu, Taufiek sangat mengapresiasi prinsip-prinsip industri hijau yang selama ini diterapkan Tata Metal Lestari. Taufik juga sangat mengapresiasi investasi Tata Metal Lestari yang mengedepankan lingkungan berkelanjutan pada pabrik baru mereka ini. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan mesin-mesin berteknologi cangih ramah lingkungan, pemanfaatan energi bertenaga surya untuk pengoperasian, dan pengelolaan limbah yang bijak, hingga meminimalisasi dampak lingkungan.

Tata Metal bangun pabrik colour coating

Pada kesempatan yang sama, Vice Presiden Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) Stephanus Koeswandi menjelaskan peresmian pabrik colour coating line kali ini merupakan bagian dari proyek yang ia beri nama phoenix project. Phoenix Project diambil sebagai filosofi karena burung phoenix merupakan lambang kebangkitan. Dengan demikian, ia berharap project ini juga dapat membantu bangkitnya perekonomian Indonesia pascapandemi covid-19 beberapa waktu lalu. 

Stephanus menambahkan Phoenix Project terbagi menjadi tiga fase. Pada fase pertama, pihaknya menginvestasikan dana hingga Rp1,5 triliun untuk membangun pabrik pewarnaan baja lapis yang sudah ramah lingkungan. Beroperasinya pabrik tersebut diharapkan mampu menimbulkan multiplier effect pada para pelaku UMKM, IKM, rumah tangga di sekitar lokasi, hingga industri lain, khususnya industri roll forming di Indonesia sehingga mereka bisa mendapatkan akses ke bahan baku yang baik dan berkualitas.

"Kami meresmikan pabrik colour coating line dengan mesin paling mutakhir produksi Ukraina yang dapat memproduksi 95 ribu ton baja lapis warna per tahun. Colour coating line merupakan proses pewarnaan atau proses lanjutan, khususnya untuk mendukung program pemerintah pada hilirisasi pada industri baja," terangnya.

Sebelumnya di 2019 pabrik pertama Tata Metal Lestari melakukan pelapisan dari aluminium, seng, dan zinc. Kemudian proses lanjutannya diberikan pewarnaan yang memang memberikan nilai tambah yang lebih besar lagi. Secara peluang, hilirisasi untuk BjLAS warna ini pabriknya memang belum banyak. Untuk itu harapannya produk akhirnya nanti bisa menjadi substitusi impor. 

Terkait penerapan industri hijau, Stephanus menerangkan, ada tiga pilar yang diusung dan diterapkan dalam perusahaan yang ia pimpin. Ketiga pilar itu ialah zero emissions, waste manajemen, dan yang terakhir penggunaan energi yang lebih bijak. Ketiga pilar ini juga diterapkan dalam Phoenix Project. "Tiga pilar dalam industri hijau ini juga kami implementasikan dalam pembangunan pabrik colour coting line yang baru kami resmikan ini. Kami berinvestasi pada mesin berteknologi canggih ramah lingkungan yang menggunakan RTO. Dengan begitu, mesin dapat memindahkan panas yang tadinya sudah digunakan agar bisa dikembalikan lagi sehingga energi yang digunakan jauh lebih sedikit," paparnya. 

Yang kedua, ada solar panel atau panel surya yang dipasang di atas atap dengan kapasitas total 1 megawatt yang mayoritas sekarang sudah digunakan untuk proses pelapisan ini. Targetnya, produk-produk itu bisa digunakan di seluruh dunia, khususnya Eropa yang saat ini sedang menerapkan CBAM atau carbon border mechanism.

Stephanus mengakui, pada industri baja, penerapan industri hijau masih menjadi tantangan. Ini karena industri baja ialah salah satu industri yang mencemari lingkungan. Untuk itu, ia berharap pemerintah lebih berhati-hati menerima investasi, khususnya dari luar negeri yang tidak mengikuti standar ramah lingkungan. Dengan begitu, Indonesia bisa terhindar dari masuknya mesin-mesin bekas yang sudah sudah tidak layak digunakan tetapi tetap dipaksakan beroperasi sehingga pada akhirnya menimbulkan polusi dan emisi. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat