visitaaponce.com

Ekspor Jerman Alami Penurunan di September

Ekspor Jerman Alami Penurunan di September
Van Mercedes diparkir di terminal penanganan kendaraan multimoda di pelabuhan kota Pasajes, Basque, Spanyol.(AFP/Ander Gillenea.)

EKSPOR Jerman turun 2,4% pada September dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Data resmi menunjukkan itu pada Jumat (3/11). Ini menambah gambaran suram perekonomian terbesar Eropa tersebut.

Ekspor mencapai 126,5 miliar euro (US$134,6 miliar), menurut angka penyesuaian musiman dari badan statistik federal Destatis. Analis FactSet memperkirakan penurunan yang lebih kecil, yaitu hanya dua persen.

Impor juga turun 1,7% dibandingkan Agustus berjumlah 110 miliar euro. Surplus perdagangan negara tersebut--selisih antara ekspor dan impor--turun menjadi 16,5 miliar euro dari 17,7 miliar euro pada Agustus. Ekspor ke negara-negara UE lain turun 2,1%. 

Baca juga: Perekrutan Tenaga Kerja AS Melambat Lampaui Perkiraan

Namun, badan tersebut merevisi angkanya untuk Agustus dengan pertumbuhan ekspor sebesar 0,1% dari bulan ke bulan. "Gesekan rantai pasokan, ekonomi global yang lebih terfragmentasi, dan peralihan Tiongkok dari tujuan ekspor yang dinamis menjadi pesaing merupakan faktor-faktor yang membebani sektor ekspor Jerman," kata ekonom bank ING, Carsten Brzeski.

Perdagangan juga tertekan oleh tingginya harga energi, tingginya suku bunga, dan melambatnya permintaan dari mitra ekonomi global utama seperti Tiongkok. "Perdagangan tidak lagi menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Jerman yang kuat seperti dulu, tetapi justru menjadi hambatan," kata Brzeski. Ia memperkirakan stagnasi dalam beberapa bulan mendatang.

Baca juga: Tingkat Pengangguran Kanada Naik lagi pada Oktober

Pemerintah Jerman mengatakan pada Oktober bahwa pihaknya memperkirakan perekonomian akan menyusut sebesar 0,4% tahun ini. Angka tersebut merupakan penurunan tajam dari perkiraan sebelumnya. Dana Moneter Internasional (IMF) meyakini Jerman akan menjadi satu-satunya negara maju yang mengalami kontraksi pada 2023, sehingga akan menghambat pertumbuhan zona euro. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat