visitaaponce.com

Ekonom IPB PalmCo Bisa Percepat Hilirisasi Perkebunan

Ekonom IPB: PalmCo Bisa Percepat Hilirisasi Perkebunan
Kebun sawit.(MI/Dwi Apriani)

PTPN Group melalui rencana pembentukan PalmCo dinilai bisa lebih cepat merespons dan beradaptasi pada kebijakan pemerintah untuk mempercepat program hilirisasi pengelolaan sumber daya alam sektor perkebunan pada masa mendatang.

Ekonom dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University Ujang Sehabudin mengatakan bisnis sawit PTPN Group selama ini belum terintegrasi dari hulu-hilir.

Baca juga: Perkuat Program PSR, Kementan Lakukan Monitoring dan Evaluasi Nasional

Hal ini, kata dia, jadi salah satu kendala PTPN Group dalam merespons dan beradaptasi dengan kebijakan pemerintah dan kondisi pasar yang bergerak begitu cepat dan dinamis, terutama soal hilirisasi.

Padahal, kunci keberhasilan hilirisasi adalah efisiensi. Untuk itu, ia mengapresiasi upaya transformasi BUMN perkebunan dengan rencana perampingan organisasi menjadi subholding terintegrasi.

“PalmCo diarahkan jadi terintegrasi agar rantai nilai yang diperoleh dapat lebih besar. Struktur organisasi yang gemuk dirampingkan, mindset harus diubah dari orientasi pelayanan jadi orientasi bisnis terintegrasi,” kata Ujang dalam keterangannya, di Jakarta, Senin (27/11).

Dia memaparkan pembentukan PalmCo dapat melakukan efisiensi dari semua aspek terutama manajemen dan operasional. Upaya peningkatan efisiensi antara lain bisnis PalmCo juga harus terintegrasi dari hulu-hilir.

Lebih jauh, Ujang menilai pada dasarnya pembentukan PalmCo untuk meningkatkan skala usaha perkebunan sawit, sehingga secara teori akan mendapatkan economies of scale.

Baca juga: PTPN III Berkomitmen terus Kembangkan Riset dan Inovasi di Bidang Perkebunan

Dalam jangka panjang, ujarnya, PalmCo akan menurunkan biaya produksi (decreasing cost), sehingga dapat meningkatkan penerimaan (increasing return). Kondisi ini mendorong peningkatan potensi profit perusahaan yang pada gilirannya akan meningkatkan devisa negara.

“PalmCo juga dapat mengoptimalkan potensi PTPN Group yang selama ini belum tergarap,” ucapnya.

Di antaranya mengelola hilirisasi produk turunan sawit. Sebab, selama ini belum dikembangkan karena PTPN Group masih terfokus pada minyak goreng yang mencapai hampir 60%.

Selain pada produk tradisional, seperti minyak goreng, hilirisasi juga diarahkan ke industri turunan lain yang memiliki nilai tambah lebih, seperti bioetanol dan produk kesehatan/kosmetik, termasuk biomas.

Dari sisi pemasaran produk, selama ini negara tujuan pasar ekspor masih fokus pasar tradisional, sedangkan pasar lainnya belum digarap serius. Hal ini menjadi potensi bisnis besar bagi PalmCo ke depan. 

Baca juga: Setelah SugarCo, PTPN III Bentuk Subholding PlamCo dan SupportingCo

Untuk mendukung kinerja PalmCo, Ujang menilai pemerintah harus memberikan insentif bagi perusahaan yang mengembangkan produk turunan sawit, selain minyak goreng. Contohnya, berupa pengurangan atau pembebasan pajak ekspor atau bunga rendah untuk investasi.

Di sisi lain, ia mengingatkan PalmCo memiliki tantangan untuk mencapai target itu, antara lain perlunya perubahan pola pikir (mindset) manajemen dan karyawan PalmCo dari fixed mindset ke growth mindset.

Selain itu, perlu perubahan orientasi produksi menjadi orientasi bisnis, dari orientasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif.

Tantangan lainnya adalah kemampuan bernegosiasi atau berdiplomasi, terutama di tingkat internasional khususnya negara-negara Uni Eropa terkait dengan isu lingkungan (deforestrasi).

Aspek lainnya yakni memperkuat kemitraan, terutama dengan petani sawit rakyat, untuk menjamin rantai pasok dan rantai nilai sawit.

"Kemitraan yang mendukung dan memperkuat perlu agar sustainability industri sawit terjaga," pungkas Ujang. (RO/S-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sidik Pramono

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat