visitaaponce.com

Jokowi Sentil Bank Indonesia

Jokowi Sentil Bank Indonesia
Ilustrasi seorang petugas menata tumpukan uang kertas(MI / Usman Iskandar )

PRESIDEN Joko Widodo sempat menyentil Bank Indonesia dan menyampaikan para pengusaha mengeluhkan seretnya perputaran uang di segmen bawah. Dia meminta agar dana di perbankan tidak hanya difokuskan pada surat berharga (SBN), serta Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

"Saya tadi sampaikan ke Gubernur BI, ‘Pak gub saya mendengar dari banyak pelaku usaha ini kelihatannya kok peredaran uang makin kering di pelaku usaha?’ Jangan-jangan terlalu banyak yang dipakai untuk membeli SBN, atau terlalu banyak untuk membeli SRBI, atau SVBI. Sehingga uang yang masuk ke sektor riil menjadi berkurang," sindir Jokowi.

Dari sisi fiskal, Jokowi mengecek realisasi belanja pemerintah daerah masih di angka 64 persen, padahal tahun 2023 tersisa tiga minggu lagi. Sedangkan realisasi belanja pemerintah pusat juga masih di angka 76 persen.

Baca juga : Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan di Angka 5,75%

"Hal-hal seperti ini hampir setiap hari selalu saya ikuti dan selalu saya telepon. Tapi enggak telepon Gubernur BI nanti mengintervensi. Menkeu saya telepon, ini kondisinya seperti apa sebetulnya," kata Jokowi.

Jokowi mengajak seluruh perbankan untuk lebih menyalurkan kredit. Menurutnya memang pemberian kredit harus prudent, dan hati-hati, tetapi dia meminta agar lebih didorong lagi penyaluran kreditnya.

"Terutama bagi UMKM. Jangan semuanya (bank) ramai-ramai membeli ke SBN, meski juga boleh boleh saja. Tapi agar sektor riil bisa kelihatan lebih baik dari tahun yang lalu," kata Jokowi.

Baca juga : Ekonom: Terlalu Dini Menyebut Perry Sebagai Gubernur BI Terpilih

Pertumbuhan ekonomi Indonesia memang lebih baik dibandingkan dengan Malaysia yang 3,3 persen, Amerika Serikat 2,9 persen, Korea Selatan 1,4 persen, Uni Eropa 0,1 persen.

Inflasi juga masih cenderung stabil di 2,6 persen. Dia mengingatkan inflasi harus dijaga hati-hati pangan, utamanya beras. Artinya Indonesia harus optimistis tetapi tetap harus waspada dan hati-hati.

"Dalam arti waspada terhadap perubahan yang super cepat, perubahan terhadap disrupsi teknologi yang juga super cepat. Memang kita harus prudent dalam melangkah, tetapi juga jangan terlalu hati-hati. Kalau kredit semuanya terlalu hati-hati, akibatnya kering perputaran di sektor riil. Tetapi yang paling penting juga antisipasi terhadap semua skenario ke depan," kata Jokowi.

Baca juga : BI Minta Perbankan Turunkan Suku Bunga Kredit

Untuk itu, pemerintah harus cepat dalam merespon setiap perubahan, seperti rutin mengecek tingkat inflasi di lapangan, minimal pertemuan anggota komite stabilitas sistem keuangan (KSSK) minimal seminggu sekali, berbicara untuk menjaga stabilitas sektor keuangan.

"Kalau pada keadaan normal mungkin tidak apa-apa 3 bulan sekali. Tapi dalam sitausi seperti ini tidak bisa. Minimal seminggu sekali, atau dua minggu sekali ketemu untuk ngopi bareng kan tidak masalah. Tidak usah serius tapi saling bertukar angka, kalkulasi, dan bertukar hitungan. Karena memang kondisinya kita harus merespon dengan cepat terhadap situasi situasi yang berubah," kata Jokowi. (Try/Z-7)

Baca juga : Update Devisa Hasil Ekspor, BI : Ada US$2,2 Miliar di Term Deposit 18 Bank

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat