visitaaponce.com

Kampung Nelayan Modern Tingkatkan Perekonomian Nelayan

Kampung Nelayan Modern Tingkatkan Perekonomian Nelayan
Kampung Nelayan Modern di Desa Samber-Binyeri, Biak Numfor, Papua(Antara)

KAMPUNG nelayan modern (Kalamo) yang digarap Kementerian Kelautan dan Perikanan di Desa Samber-Binyeri, Biak Numfor, Papua akan meningkatkan perekonomian para nelayan di wilayah tersebut. 

Nilai ekonomi para nelayan yang saat ini berkisar Rp1,4 miliar per tahun diproyeksikan bakal meningkat menjadi Rp14,89 miliar per tahunnya.

Hal itu diungkapkan Kepala Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan KKP A. Rita Tisiana dalam Bincang Bahari bertajuk Kampung Nelayan Modern di Gedung Mina Bahari III KKP, Jakarta, Rabu (6/12).

Baca juga : Nelayan Tradisional di Biak Numfor Minta Kapal Jaring dari Luar Daerah Ditertibkan

"Itu merupakan analisis yang kami lakukan. Itu angka idealnya, bukan optimistis. Namun semua itu tergantung dari masyarakat, apakah mereka bisa mengoptimalisasi bantuan itu, kami akan terus melakukan pendampingan," ujarnya.

Rita menambahkan, peningkatan ekonomi nelayan tersebut terjadi karena intervensi yang dilakukan KKP di kampung nelayan itu. Dari hasil analisis yang dilakukan, pendapatan per nelayan per kapal diperkirakan akan naik menjadi Rp17 juta per bulan dari sebelumnya Rp5 juta per bulan.

Adapun intervensi yang dilakukan KKP pada kampung nelayan tersebut dilakukan melalui alokasi anggaran sebesar Rp22,11 miliar untuk pembangunan fasilitas pokok produksi perikanan berupa dermaga dan tambatan perahu; jalan akses dan jalan kawasan; instalasi air bersih; IPAL dan MCK; penerangan; gardu pandang; shelter pendaratan; turap beton dan pedestrian.

Baca juga : Pemerintahan Berikutnya Diharapkan Beri Fokus ke Nelayan Tradisional

Kemudian intervensi juga dilakukan dalam bentuk pembangunan fasilitas pengusahaan perikanan berupa kantor koperasi pengelola, pabrik es portabel kapasitas tiga ton, gudang beku portabel kapasitas 10 ton, sarana perbaikan kapal (dock shipyard), sentra kuliner, kios persediaan, bengkel nelayan, kendaraan berpendingin roda empat.

Sedangkan untuk bantuan sarana penangkapan ikan, KKP memberikan kapal penangkapan ikan dan mesin sebanyak 20 unit, mesin yamaha 15 PK sebanyak 5 unit, API gillnet monofilamen sebanyak 51 unit, API handline sebanyak 228 unit, serta coolbox sebanyak 120 unit.

Di kesempatan yang sama, Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap KKP Trian Yunanda mengatakan, pihaknya turut memberikan peningkatan kapasitas dan produktivitas usaha perikanan. 

Baca juga : Cak Imin Janji Beri Solar Gratis hingga Pengerukan Tepian Bibir Pantai

Itu dilakukan dengan memfasilitasi, mendampingi kelembagaan dan usaha, program magang koperasi, pelatihan perawatan mesin kapal perikanan, hingga bimbingan teknis sertifikasi kecakapan nelayan.

Sedianya, lanjut Trian, Kalamo merupakan adaptasi dari program kampung nelayan maju (Kalaju) yang lebih dulu digagas oleh KKP. Itu dilakukan agar kampung nelayan mudah beradaptasi dengan kebutuhan yang berkembang cepat saat ini.

Kalamo merupakan program yang mentransformasikan ruang hidup dan ruang sosial nelayan menjadi lebih baik, dan lebih berkembang, dengan seluruh dimensinya melalui pembangunan infrastruktur, dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui social engineering.

Baca juga : Temui Jokowi, Solidaritas Nelayan Indonesia Tolak Penangkapan Ikan Terukur

"Pemerintah hadir melalui kampung nelayan modern dengan berbagai intervensi, harapannya dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan nelayan, serta kesejahteraan rumah tangga perikanan," kata Trian.

Sementara itu, Direktur Logistik Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Berny Achmad Subki mengungkapkan, guna mendukung modelling kampung nelayan modern yang berkelanjutan diperlukan sistem pengolahan dari hulu ke hilir.

Itu dimulai dari sebelum produksi, produksi, pascaproduksi, pengolahan dan pemasaran harus dilakukan guna mewujudkan kesejahteraan sesuai dengan sumber daya kegiatan ekonomi itu berada.

Baca juga : Presiden: STC Biak Ajang untuk Majukan Tanah Papua

"Kawasan sentra pengolahan ikan menjadi salah satu proses hilir untuk mendukung modeling kampung nelayan modern," ujarnya.

Adapun yang dibangun dalam sentra pengolahan ikan tersebut, lanjut Berny, yaitu modeling rumah yang higienis dan dapat dilakukan sepanjang musim; kontrol mutu baik secara organoleptik, kimia, dan mikrobiologi terhadap produk secara rutin; diversifikasi dan inovasi pengemasan ikan yang memenuhi standar mutu dan pasar baik bulky, maupun eceran.

Kemudian tersedianya gudang beku portabel suhu chilling sebagai tempat penyimpan stok ikan teri saat produksi berlimpah; dan terbangunnya sentra kuliner untuk mendukung akses pasar serta pengembangan kuliner berbasis ikan.

Baca juga : Presiden FIFA Senang Jokowi Main Bola dengan Para Pelajar

"Tersedianya kendaraan berefrigerasi untuk distribusi ikan secara higienis dan Terbentuknya koperasi yang dikelola secara profesional juga menjadi faktor penting untuk menjaga hilirisasi kampung nelayan modern," pungkasnya.

Diketahui, Desa Samber-Binyeri menjadi lokasi percontohan Kalamo lantaran memiliki lokasi yang strategis. Desa tersebut berada di pesisir Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 717 yang berbatasan dengan laut pasifik, menjadikan desa itu sebagai penghasil tuna yang potensial.

Penetapan Desa Samber-Binyeri sebagai Kalamo juga didasari pada porsi penduduk yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari melaut, alias berprofesi sebagai nelayan. Setidaknya, KKP memasang indikator wilayah yang dapat dijadikan Kalamo 80% penduduknya merupakan nelayan. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat