Aktivitas Pabrik Tiongkok Susut selama Empat Bulan Berturut-turut
![Aktivitas Pabrik Tiongkok Susut selama Empat Bulan Berturut-turut](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/01/343195b8e71f4bd509c985ed3125c3c0.jpg)
AKTIVITAS pabrik Tiongkok mengalami kontraksi pada Januari selama empat bulan berturut-turut. Data resmi menunjukkan itu pada Rabu (31/1). Ini seiring upaya Beijing menemukan cara untuk meningkatkan perekonomiannya yang lesu.
Indeks manajer pembelian (PMI)--ukuran utama output pabrik--mencapai 49,2% pada Januari. Ini menurut Biro Statistik Nasional Tiongkok.
Angka tersebut sedikit meningkat dari 49% yang tercatat pada Desember. Namun, itu masih di bawah angka 50% yang memisahkan ekspansi dan kontraksi.
Baca juga : Ini 5 Dampak Situasi Global yang Mesti Diwaspadai Pebisnis
Terakhir kali Tiongkok mengalami peningkatan aktivitas pabrik bulanan ialah pada September. Ketika itu PMI berada pada angka 50,2%.
Angka pada Januari ialah 0,1 poin lebih rendah dari perkiraan kontraksi sebesar 49,3% berdasarkan jajak pendapat para analis Bloomberg.
Pemulihan Tiongkok pascacovid-19 terhenti karena lesunya konsumsi domestik dan menurunnya kepercayaan dunia usaha.
Baca juga : Rambah Kawasan Timur Jakarta, Greenwoods Group Kembangkan Citaville Cibubur
Krisis berkepanjangan di sektor properti--yang telah lama menjadi pendorong pertumbuhan penting--juga mengurangi optimisme. Begitu pula dengan melonjaknya pengangguran kaum muda dan perlambatan global yang menyeret turun permintaan terhadap barang-barang Tiongkok.
Para pembuat kebijakan dalam beberapa bulan terakhir mengumumkan serangkaian langkah yang ditargetkan serta penerbitan obligasi negara dalam jumlah besar. Ini bertujuan meningkatkan belanja infrastruktur dan memacu konsumsi.
Hasil yang diperoleh sejauh ini beragam. PMI hanya naik ke wilayah positif sekali dalam 10 bulan terakhir.
Baca juga : Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok Melambat tapi Lampaui Perkiraan
"Momentum ekonomi masih teredam," kata Zhiwei Zhang, presiden dan kepala ekonom di Pinpoint Asset Management, dalam suatu catatan. "Pemerintah tidak mau meningkatkan konsumsi melalui subsidi fiskal," tambahnya.
Pada 2023, produk domestik bruto negara tersebut meningkat 5,2% hingga mencapai 126 triliun yuan (US$17,8 triliun). Pertumbuhan tersebut merupakan perbaikan dari angka tiga persen yang tercatat pada 2022, tetapi juga merupakan kinerja terlemah sejak 1990, tidak termasuk tahun-tahun pandemi. (AFP/Z-2)
Baca juga : Tiongkok Dibayangi Ledakan Angka Pengangguran
Terkini Lainnya
Milestone Setengah Abad Murinda Iron Steel, Komitmen pada Kualitas dan Inovasi
Wapres : Pengolahan Limbah Jadi Kunci Keberlanjutan Lingkungan
Rekaman CCTV Ungkap Detik-Detik Kebakaran Maut di Pabrik Baterai Lithium
HOKI Siapkan Capex Rp15 Miliar untuk Ekspansi Bisnis
Pencarian Korban Kebakaran di Pabrik Baterai Lithium Korea Selatan Terus Dilakukan
Pupuk Kujang akan Bangun Pabrik Baru
IHSG Ditutup makin Menguat di Atas 7.000
Kebijakan Bea Masuk Antidumping Segera Diterbitkan
Baru Berusia 17 Tahun, Begini Prestasi Zhang Zhi Jie dalam Dunia Bulutangkis
Profil Zhang Zhi Jie yang Meninggal Saat Bertanding: Bintang Bulu Tangkis Masa Depan Tiongkok
Kecelakaan Roket Tianlong-3 Saat Uji Coba di Darat, Tidak Ada Korban Cedera
Cegah Barang Ilegal, Kebijakan Bea Masuk 200% Perlu Diikuti Penegakan Hukum
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap