visitaaponce.com

Aktivitas Pabrik Tiongkok Susut selama Empat Bulan Berturut-turut

Aktivitas Pabrik Tiongkok Susut selama Empat Bulan Berturut-turut
Seorang karyawan memeriksa kain di suatu pabrik tekstil, Hangzhou, Provinsi Zhejiang, Tiongkok timur, pada 23 Januari 2024.(AFP.)

AKTIVITAS pabrik Tiongkok mengalami kontraksi pada Januari selama empat bulan berturut-turut. Data resmi menunjukkan itu pada Rabu (31/1). Ini seiring upaya Beijing menemukan cara untuk meningkatkan perekonomiannya yang lesu.

Indeks manajer pembelian (PMI)--ukuran utama output pabrik--mencapai 49,2% pada Januari. Ini menurut Biro Statistik Nasional Tiongkok.

Angka tersebut sedikit meningkat dari 49% yang tercatat pada Desember. Namun, itu masih di bawah angka 50% yang memisahkan ekspansi dan kontraksi.

Baca juga : Ini 5 Dampak Situasi Global yang Mesti Diwaspadai Pebisnis

Terakhir kali Tiongkok mengalami peningkatan aktivitas pabrik bulanan ialah pada September. Ketika itu PMI berada pada angka 50,2%.

Angka pada Januari ialah 0,1 poin lebih rendah dari perkiraan kontraksi sebesar 49,3% berdasarkan jajak pendapat para analis Bloomberg.

Pemulihan Tiongkok pascacovid-19 terhenti karena lesunya konsumsi domestik dan menurunnya kepercayaan dunia usaha.

Baca juga : Rambah Kawasan Timur Jakarta, Greenwoods Group Kembangkan Citaville Cibubur

Krisis berkepanjangan di sektor properti--yang telah lama menjadi pendorong pertumbuhan penting--juga mengurangi optimisme. Begitu pula dengan melonjaknya pengangguran kaum muda dan perlambatan global yang menyeret turun permintaan terhadap barang-barang Tiongkok.

Para pembuat kebijakan dalam beberapa bulan terakhir mengumumkan serangkaian langkah yang ditargetkan serta penerbitan obligasi negara dalam jumlah besar. Ini bertujuan meningkatkan belanja infrastruktur dan memacu konsumsi.

Hasil yang diperoleh sejauh ini beragam. PMI hanya naik ke wilayah positif sekali dalam 10 bulan terakhir.

Baca juga : Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok Melambat tapi Lampaui Perkiraan

"Momentum ekonomi masih teredam," kata Zhiwei Zhang, presiden dan kepala ekonom di Pinpoint Asset Management, dalam suatu catatan. "Pemerintah tidak mau meningkatkan konsumsi melalui subsidi fiskal," tambahnya.

Pada 2023, produk domestik bruto negara tersebut meningkat 5,2% hingga mencapai 126 triliun yuan (US$17,8 triliun). Pertumbuhan tersebut merupakan perbaikan dari angka tiga persen yang tercatat pada 2022, tetapi juga merupakan kinerja terlemah sejak 1990, tidak termasuk tahun-tahun pandemi. (AFP/Z-2)

Baca juga : Tiongkok Dibayangi Ledakan Angka Pengangguran

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat