visitaaponce.com

Ini Kata Luhut soal Impor KRL dari Tiongkok

Ini Kata Luhut soal Impor KRL dari Tiongkok
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan(Antara/Fikri Yusuf)

MENTERI Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan angkat bicara perihal keputusan pemerintah Indonesia impor tiga rangkaian (trainset) kereta rel listrik (KRL) dari Tiongkok. Padahal, di tahun lalu rencananya mau impor dari Jepang.

Keputusan impor tersebut, katanya, diambil untuk mengakomodir kebutuhan penumpang KRL Jabodebek yang diprediksi meningkat hingga 1,2 juta orang di tahun ini. PT Kereta Api Indonesia (KAI) melalui anak usahanya, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) memutuskan mendatangkan tiga KRL baru dari Tiongkok seharga Rp783 miliar.

"(Keputusan impor) itu kan pernah kita rapatkan bersama. Kita (pilih) impor sebagai bridging (jembatan) menunggu kereta dari PT Inka," ujar Luhut di Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Rabu (7/2).

Baca juga : DPR Minta KAI Tidak Buru-Buru Impor KRL dari Tiongkok, Prioritaskan Produk Dalam Negeri

Selain mendatangkan impor kereta, untuk melayani penumpang KRL Jabodetabek, KCI juga melakukan pengadaan 16 rangkaian sarana KRL baru dari PT Inka dengan total investasi sebesar Rp 3,83 triliun. 

Serta, melakukan pengadaan 19 rangkaian KRL retrofit dari PT Inka degan total investasi lebih dari Rp2,23 triliun. Target pengadaan KRL baru oleh Inka ditargetkan secara bertahap tuntas di akhir 2025.

Inka telah meresmikan pabrik baru di Banyuwangi, Jawa Timur, di tahun lalu. Kehadiran pabrik baru itu untuk menambah kapasitas produksinya yang saat ini hanya dilakukan di Madiun, Jawa Timur.

Baca juga : Pengamat Duga Impor KRL Tiongkok Akibat Jebakan Utang Kereta Cepat

"Kita impor sebentar saja sambil menunggu kereta buatan dari dalam negeri melalui Inka. Inka telah membangun pabrik di Banyuwangi dan Madiun," ucap Luhut.

KCI membeli tiga rangkaian KRL dari CRRC Qingdao Sifang Co Ltd yang merupakan perusahaan yang memproduksi kereta cepat WHOOSH. Saat dilemparkan pertanyaan mengenai dugaan keputusan impor KRL dari Tiongkok akibat jebakan utang proyek kereta cepat, Luhut enggan berkomentar lebih dalam. Ia mengeklaim baru mendengar isu tersebut.

"Oh, baru tahu saya soal itu," tutupnya.

Baca juga : KCI Impor 3 KRL dari Tiongkok Senilai Rp783 Miliar

Sebagai informasi, total investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan proyek kereta cepat pertama di Asia Tenggara itu menelan US$7,2 miliar atau setara Rp112 triliun (kurs Rp15.649). 

Sebanyak US$1,2 miliar di antaranya merupakan pembengkakan biaya (cost overrun) kereta cepat relasi Jakarta-Bandung. Indonesia harus menanggung utang sekitar US$550 juta atau sekitar Rp8,6 triliun. Utang ini berasal dari China Development Bank (CDB). (Z-5)

Baca juga : PT KCI Beli Kereta Baru dari Tiongkok, Harganya Lebih Murah dari KRL Bekas Jepang

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat