visitaaponce.com

Mengapa Harga Beras Global Tinggi

Mengapa Harga Beras Global Tinggi?
Ilustrasi beras premium(MI/Dwi Apriani)

Direktur Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memperkirakan stok beras dunia pada akhir tahun pemasaran 2023/2024 turun sebesar 435.000 ton.

Kendati begitu, stok tersebut masih akan mencapai titik tertinggi sepanjang masa, yakni 198,1 juta ton atau naik 1,4 persen dibandingkan 2022/2023.

"Hampir tiga perempat stok beras dunia 2023/2024 dikuasai Tiongkok dan India. Adapun stok negara-negara selain Tiongkok dan India diperkirakan akan turun ke level terendah dalam empat tahun terakhir menjadi 51,4 juta ton," kata Esther dihubungi, Minggu (11/2).

Baca juga : Harga Beras Naik di 28 Provinsi, Indonesia Alami Inflasi 0,04%

FAO juga memproyeksikan, perdagangan beras internasional pada 2023 dan 2024 turun masing-masing 600.000 ton dan 3 juta ton, terhitung sejak Juli 2023.

Hal itu sebagian besar merupakan dampak dari peningkatan pembatasan ekspor beras yang dilakukan India.

Harga beras di pasar global mencatat titik tertinggi dalam 15 tahun terakhir di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai dampak El Niño semakin memperketat pasokan beras, yang menjadi makanan pokok miliaran penduduk di Asia dan Afrika.

Baca juga : Masih Terdampak El Nino, Harga Beras di Kupang Naik jadi Rp17 Ribu Per Kilogram

Menurut Asosiasi Eksportir Beras Thailand, harga beras putih Thailand kategori white rice 5% broken, yang merupakan patokan Asia, naik 2,5% menjadi US$650 per ton pada Rabu (20/12/2023) dibandingkan pekan sebelumnya. Posisi itu merupakan level tertinggi sejak Oktober 2008.

"Harga beras baru-baru ini mengalami kenaikan hingga mencapai angka tersebut pada awal Agustus 2023 setelah adanya pembatasan ekspor dari negara pengirim utama yakni India, ditambah lagi cuaca kering yang mengancam hasil panen Thailand," kata Esther.

Harga beras di pasar global trend nya meningkat karena terbatasnya stok beras di pasar global. Ditambah larangan ekspor beras dari India, meski sekarang sudah agak longgar Tapi dampak supply beras berkurang masih terasa saat ini.

Baca juga : Kenaikan Harga Beras Rawan Dipolitisasi

"Sehingga indonesia sebagai pengimpor beras terdampak juga dengan naiknya harga beras di pasar domestik. Apalagi stok beras di ritel mulai berkurang, bahkan di supermarket besar pun masih dibatasi pembelian maksimal 2 bungkus 5 kg," kata Esther.

Jika pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) di Indonesia mungkin menjadi langkah yang bisa meredam sejenak untuk memancing distributor beras mengeluarkan stoknya.

"Meski ini belum efektif. Oleh karena itu operasi pasar Bulog juga harus dilakukan. Selain itu yg diharapkan adalah kebijakan jangka panjang untuk meningkatkan produksi beras hingga bisa mencapai swasembada beras," kata Esther.

Baca juga : Harga Beras Medium dan Premium di Cianjur Terus Naik

Terkait kelangkaan beras di warung dan ritel akhir-akhir ini, Esther lebih lanjut mengatakan pemerintah bukannya lupa untuk mengurus pangan di periode pesta politik Pemilu ini, melainkan menurutnya ini bisnis untuk rent seeker.

"Dari setiap kilogram yang masuk ada margin yang diambil untuk mafia. Sehingga tidak ada good will untuk produksi beras sendiri, lebih suka impor (solusi praktis dan cepat serta menguntungkan untuk mafia itu)," kata Esther.

Pengamat ekonomi pertanian Bustanul Arifin mengatakan harga beras di global memang masih tinggi. Merujuk pada commodity prospects oleh World Bank Februari 2024, harga beras putih thailand 25% pada Januari 2024 di level US$620 per metric ton lebih tinggi dibandingkan harga Desember 2023 yang sebesar US$610 per metrik ton.

Baca juga : Dirut Bulog Janjikan Minggu Depan Stok Beras Kembali Normal

Kemudian harga beras putih Thailand 5% pada Januari 2024 berada di US$660 per metric ton, lebih tinggi dari harga Desember 2023 yang sebesar US$644 per metric ton.

Harga beras Thailand jenis A1 sebesar US$ 648,9 per metric ton, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Desember 2023 yang sebesar US$629,6 per metric ton.

Menurut Bustanul, harga eceran tertinggi (HET) beras tidak perlu dinaikkan. Sebab, HET memang tidak mengikat. Kalau dinaikkan, nanti bisa menjadi ekspektasi positif atau berdampak pada psikologi pasar, akhirnya harga akan naik lebih tinggi lagi

Baca juga : Harga Beras Melambung, Gagal Panen dan Pemilu jadi Pemicunya

"Saya menduga, harga beras akan mulai stabil (syukur, bisa turun) pada April 2024 ini, pada saat mulai musim panen," kata Bustanul. (Try/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat