visitaaponce.com

Waspadai La Nina di Semester II-2024 Bisa Picu Inflasi

Waspadai La Nina di Semester II-2024 Bisa Picu Inflasi
Ilustrasi peningkatan inflasi akibat fenomena la nina.(Dok. Freepik)

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena La Nina akan terjadi pada semester 2 tahun 2024 atau dimulai pada bulan Juni—September mendatang.

Fenomena La Nina merupakan fenomena hujan ekstrem, dan akan berdampak pada sektor pangan terlebih yang berasal dari tanaman hortikultura seperti cabai, kentang, sayur, dan lain-lain karena memicu berkembangnya hama dan penyakit pada tanaman.

"Kemungkinan terjadinya La Nina menjadi momok tersendiri bagi Indonesia. Inflasi mungkin akan meningkat yang disebabkan oleh naiknya harga bahan pangan," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus, Rabu (6/3).

Baca juga : BMKG: Dinamika Atmosfer Menuju Normal di Tengah La Nina 

Hal tersebut mungkin tidak akan terjadi apabila penanganan pemerintah cukup tepat seperti drainase yang baik dan mendorong petani untuk melakukan diversifikasi usaha pertanian sehingga inflasi tidak akan melonjak ekstreme.

Hal ini tentu menjadi perhatian. Sebab meski inflasi Indonesia saat ini dapat dikatakan cukup rendah dan masih memberi ruang yang cukup leluasa bagi inflasi bergerak, namun bukan berarti membiarkan inflasi dapat bergerak sesuka hati.

"Karena untuk menjaga peluang agar Bank Indonesia dapat menurunkan tingkat suku bunga tatkala The Fed mulai menurunkan tingkat suku bunga mereka. Daya beli dan konsumsi dalam negeri menjadi tumpuan utama pemerintah saat ini. Sehingga rasanya, apabila inflasi tidak bisa dikendalikan, ini akan menjadi variabel yang cukup berbahaya," kata Nico.

Baca juga : BMKG: Anomali Iklim ENSO Masih di Fase La Nina pada Semester Pertama

Pada saat fenomena La Nina terjadi, embusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator lebih kuat dari biasanya. Hal ini mendorong massa air laut ke arah barat, maka di Pasifik timur suhu muka laut menjadi lebih dingin.

"Oleh karena itu, selain mengganggu sektor pangan, La Nina juga akan menciptakan risiko banjir jika penanganan pemerintah kurang tepat," kata Nico.

BMKG mengungkapkan bahwa 10 tahun terakhir ini memang kondisi perubahan iklim sangat ekstrem dimana di tahun 2015, 2019, dan 2023 terdapat fenomena El Nino. Sedangkan di tahun 2020 – 2022 terdapat fenomena La Nina.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat