visitaaponce.com

Sejumlah Perusahaan Migas Dunia Abaikan Kesepakatan Iklim

Sejumlah Perusahaan Migas Dunia Abaikan Kesepakatan Iklim
Ilustrasi: Salah satu pom bensin di Havana Kuba.(ADALBERTO ROQUE / AFP)

Fakta bahwa penggunaan bahan bakar fosil adalah penyebab utama perubahan iklim telah dibuktikan secara ilmiah selama beberapa dekade. Pada gilirannya, kita tahu bahwa perubahan iklim membuat cuaca ekstrem yang merusak menjadi lebih mungkin sering terjadi dan lebih berbahaya.  

Akan tetapi, berdasarkan sebuah laporan terbaru yang dirilis oleh lembaga pemikir Carbon Tracker pada Rabu (20/3), alih-alih menekan penggunaannya, semua perusahaan minyak dan gas (migas) besar malah merencanakan perluasan penggunaan bahan bakar fosil yang jelas-jelas menghasillan emisi dan dapat meningkatkan penaikan suhu Bumi. Padahal, dalam perjanjian iklim di Paris pada 2015 telah disepakati untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius.

Penilaian terhadap 25 perusahaan bahan bakar fosil terbesar yang terdaftar oleh lembaga ini dirancang untuk memungkinkan investor menilai apakah perusahaan tersebut sejalan dengan tujuan iklim yang disepakati secara internasional. Ternyata hasilnya tidak ada satu pun yang ditemukan, menurut laporan itu.

Baca juga : COP 28 Tak Hasilkan Sikap Tegas untuk Atasi Krisis Iklim Global

“Perusahaan-perusahaan migas di seluruh dunia secara terbuka menyatakan bahwa mereka mendukung tujuan Perjanjian Paris, dan mengklaim menjadi bagian dari solusi dalam mempercepat transisi energi. Namun sayangnya, kami melihat saat ini tidak ada satupun yang sejalan dengan tujuan Perjanjian Paris, meskipun terdapat perbedaan yang jelas antarperusahaan.” kata Maeve O'Connor, Analis Minyak dan Gas, Carbon Tracker dan penulis laporan.

Laporan ini menilai perusahaan-perusahaan dalam skala A hingga H, dengan menggunakan kriteria termasuk investasi, rencana produksi, dan target emisi.

Nilai A berpotensi selaras dengan tujuan Perjanjian Paris tahun 2015 untuk membatasi kenaikan suhu “jauh di bawah” 2 derajat Celcius dan jika mungkin pembatasan yang lebih aman yaitu sebesar 1,5 derajat Celcius.

Baca juga : Kritik pada Kesepakatan Rancangan Iklim COP28 yang Kurang Komitmen Penghentian Bahan Bakar Fosil

Nilai H, menurut Carbon Tracker, adalah yang terjauh dari tujuan Paris, dengan aktivitas dan strategi yang lebih konsisten dengan bencana pemanasan sebesar 2,4C atau lebih buruk lagi.

Laporan tersebut menemukan bahwa perusahaan dengan skor tertinggi adalah BP (British Petrolium) Inggris, dengan peringkat D. Di urutan terbawah daftar itu adalah perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, Petrobras dari Brasil, dan ExxonMobil dari AS, semuanya diberi peringkat G. Sedangkan perusahaan AS Conoco Phillips diberi peringkat H.

Menurut laporan itu hampir semua perusahaan migas yang dinilai merencanakan pengembangan baru dan peningkatan produksi bahan bakar fosil dalam waktu dekat.

Baca juga : Perubahan Iklim Dituding Penyebab Kekeringan Ekstrem di Irak, Iran, Suriah

Upaya transisi

Hanya BP yang merencanakan penurunan dalam jangka panjang, sementara Repsol, Equinor, dan Shell memperkirakan tingkatnya akan tetap sama.

Namun, BP tahun lalu mengatakan emisi karbonnya tidak akan turun secepat yang diperkirakan, karena mereka mencatat rekor keuntungan tahunan berkat melonjaknya harga minyak dan gas.

Baca juga : Konsultan COP28, McKinsey Dorong Kepentingan Klien Perusahaan Migas

Perusahaan tersebut mengatakan emisi karbon dari produksi minyak dan gas akan turun antara 20-30% pada tahun 2030.

Raksasa minyak dan gas asal Inggris, Shell, pekan lalu juga merevisi target pengurangan emisi karbonnya, meski mereka bersikeras mengupayakan transisi yang seimbang dan teratur dari bahan bakar fosil ke energi rendah karbon.

Dengan kenaikan suhu sebesar 1,2C sejauh ini, masyarakat di seluruh dunia sudah menghadapi dampak iklim yang mematikan dan berdampak buruk secara ekonomi, dimana suhu global pada tahun lalu mencapai rekor terpanas, sehingga memperparah kebakaran hutan, badai, dan kekeringan yang dapat merusak tanaman.

Baca juga : Rencana Produsen Bahan Bakar Fosil Ancam Batas Pemanasan Global

Pada konferensi iklim PBB COP28 pada Desember, hampir 200 negara menyetujui seruan transisi dari bahan bakar fosil dan peningkatan kapasitas energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat pada dekade ini.

Namun, berdasarkan laporan ini,  industri migas telah memperjelas rencana mereka untuk bertahan selama mungkin menggunakan bahan bakar yang tidak ramah terhadap lingkungan tersebut.

Kepala Eksekutif Saudi Aramco, Amin Nasser mengatakan pekan ini bahwa dunia harus meninggalkan fantasi penghapusan bahan bakar fosil secara bertahap dan sebaliknya berinvestasi pada migas, yang  menurutnya, mencerminkan asumsi permintaan yang realistis. (AFP/M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat