Perubahan Iklim Dituding Penyebab Kekeringan Ekstrem di Irak, Iran, Suriah
![Perubahan Iklim Dituding Penyebab Kekeringan Ekstrem di Irak, Iran, Suriah](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/11/ee74c90c674d63c3eb628a3b770ea794.jpg)
KEKERINGAN ekstrem yang melanda Irak, Suriah, dan Iran tidak akan terjadi tanpa ada perubahan iklim yang terutama disebabkan penggunaan bahan bakar fosil. Para ilmuwan pada Rabu (8/11) juga memperingatkan bahwa dampak kekeringan akan menjadi lebih parah seiring dengan pemanasan global.
Suhu tinggi akibat perubahan iklim yang disebabkan manusia membuat kekeringan lebih mungkin terjadi sekitar 25 kali di Suriah dan Irak serta 16 kali di Iran. Ini menurut kelompok World Weather Attribution (WWA).
"Perubahan iklim yang disebabkan manusia telah meningkatkan intensitas kekeringan sehingga tidak diklasifikasikan sebagai kekeringan di dunia yang suhunya lebih dingin 1,2 derajat celsius," kata para ilmuwan. Laporan tersebut menemukan bahwa kerentanan akibat konflik dan ketidakstabilan politik selama bertahun-tahun juga mengurangi kemampuan masyarakat untuk merespons kekeringan, sehingga memicu bencana kemanusiaan.
Baca juga: Rencana Produsen Bahan Bakar Fosil Ancam Batas Pemanasan Global
Penelitian itu berfokus pada periode Juli 2020 hingga Juni 2023 di dua wilayah yang terkena dampak paling parah yaitu Iran serta lembah sungai Tigris dan Eufrat, sungai yang melintasi Suriah dan Irak. Kedua wilayah tersebut saat ini mengalami kekeringan ekstrem seperti yang diklasifikasikan oleh skala Monitor Kekeringan AS, kata para ilmuwan dalam pernyataan.
"Setelah curah hujan yang cukup tinggi pada 2020 dan panen yang baik, curah hujan yang sangat rendah selama tiga tahun diikuti dengan suhu yang sangat tinggi menyebabkan kekeringan dengan dampak yang sangat parah pada akses pertanian terhadap air minum," kata rekan penulis Friederike Otto dari Grantham Institute di Perguruan Tinggi Kekaisaran London.
Tidak terlalu optimistis
Dalam penjelasan secara online, rekan penulis Mohammad Rahimi dari Universitas Semnan Iran menyerukan pengelolaan sumber daya yang lebih baik. "Secara historis, kami tidak mengalami banyak hujan sehingga hal ini normal bagi wilayah kami. Namun peningkatan suhu ialah topik baru," ujarnya.
Baca juga: Spesies Invasif Dapat Peroleh Manfaat dari Cuaca Ekstrem
Meningkatnya suhu di tahun-tahun mendatang mengancam hilangnya sebagian besar curah hujan di wilayah tersebut. "Kami mengantisipasi bahwa kita akan mendapatkan lebih banyak evaporasi dan transpirasi dari tanaman. Jadi saya tidak terlalu optimistis untuk masa depan," tambahnya.
Di Irak, salah satu produsen minyak terkemuka di dunia, dan Suriah yang dilanda perang, jurnalis AFP secara rutin mengamati dampak perubahan iklim dan dampak kekeringan terhadap kelompok masyarakat yang paling rentan. Kedua negara telah mengalami penurunan drastis dalam produksi pertanian dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di kalangan petani gandum.
Baca juga: Sistem Pangan Buruk Tambah Biaya Tersembunyi Sebesar US$10 Triliun
Berkurangnya aliran sungai dan polusi air menyebabkan sedikitnya hasil tangkapan bagi para nelayan.
Kekurangan air
Pada September 2022, kekeringan menyebabkan hampir dua juta orang yang tinggal di daerah perdesaan di Suriah mengungsi, menurut WWA. Di Iran, kekurangan air menyebabkan ketegangan dengan negara-negara tetangga dan melonjaknya harga pangan.
Konflik mengenai air juga meningkat di Irak. Laporan PBB baru-baru ini menemukan satu dari lima warga di negara berpenduduk 43 juta jiwa tersebut sudah menderita kekurangan air.
Tingkat kekurangan air yang tinggi diperburuk oleh banyak faktor, termasuk metode irigasi yang tidak efisien, instalasi pengolahan air yang sudah ketinggalan zaman, dan pertumbuhan penduduk yang pesat.
Sistem air utama juga semakin disabotase selama konflik.
Para ilmuwan memperingatkan bahwa kekeringan parah yang berlangsung lama seperti ini bukan lagi kejadian langka. Sebaliknya, hal ini diperkirakan terjadi sekali setiap dekade di Suriah dan Irak serta dua kali setiap dekade di Iran.
"Dengan meningkatnya pemanasan, Suriah, Irak, dan Iran akan menjadi tempat yang lebih sulit untuk ditinggali," kata Rahimi. (Z-2)
Terkini Lainnya
Tidak terlalu optimistis
Kekurangan air
Kepala BMKG: Pengamatan Sistematis Dukung Analisis dan Prediksi Iklim
Launching Buku Tandai Perayaan Ulang Tahun ke-94 Prof Emil Salim
Gereja HKBP Tolak Kelola Izin Tambang
Pemanasan Global Capai 1,43 Derajat Celcius pada 2023
Peringati Hari Lingkungan Hidup, Bakul Budaya FIB UI Gelar Sedekah Hutan
Perdagangan Hijau Indonesia, untuk Siapa?
89% Program Lembaga Filantropi sudah Selaras dengan SDGs
Edukasi Siswa SD Mengenal Keanekaragaman Hayati
Hadapi Krisis Perubahan Iklim, BMKG Bekali Petani Milenial dengan Sekolah Lapang Iklim di Imogiri Yogyakarta
Upaya Adaptif Mengatasi Perubahan Iklim
BMKG: Fenomena Tingginya Suhu Perkotaan Harus segera Ditangani
Peluncuran Aliansi Kolibri Jadi Upaya Nyata Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap