visitaaponce.com

Lagu Religi Kembang Duka Karya Dokter Terpapar Covid-19

Lagu Religi ‘Kembang Duka’ Karya Dokter Terpapar Covid-19
Pencipta lagi 'Kembang Duka', dr. Khoirul Hadi, SpKK (tengah) dan anggota kelompok band Assahlan.(Ist)

"WAKTU kematian manusia bisa datang kapan saja.  Jika waktu itu datang, tak ada satupun yang bisa mengelaknya."

 Itulah inti utama dari lagu ‘Kembang Duka’ yang diciptakan seorang dokter yakni dr. Khoirul Hadi, SpKK.

Lagu yang diciptakan sang dokter yang terinfeksi Covid-19 dibawakan kelompok band Assahlan dengan video klip yang telah dirilis via YouTube maupun toko digital.

Pada video klip ‘Kembang Duka’ diperlihatkan Khoirul Hadi dalam posisi tengah sakit kritis terinfeksi Covid-19. Bahkan sejatinya gambar asli dalam kondisi sebenarnya. Bukan rekayasa untuk pengambilan gambar video klip ini.

“Pada Desember 2020, saya terkena Covid. Saya sakit parah. Napas sesak, tidak bisa berjalan jauh. Sakit ini bukan hanya fisik tapi juga psikis. Karena setiap waktu kita melihat orang yang wafat. Kita sendiri seperti  tinggal menunggu giliran,” kata Khoirul Hadi.

 “Alhamdullillah, ternyata  Allah SWT memberi  sembuh dan kesempatan kedua untuk saya bisa hidup,” ucap Khoirul pada keterangan pers, Senin (19/4).

Puisi  dakwah jadi lagu

Di tengah masa penyembuhan Covid-19, masih  di rumah sakit,  Khoirul memanfaatkan waktu dengan menulis puisi maupun catatan  pribadi.

“Lagu ‘Kembang Duka’  merupakan  puisi pertama yang saya tulis. Awalnya tidak terpikir menjadikannya lagu! Betul betul lahir karena untuk ngisi waktu!” kata dokter yang bekerja di Be Hati Skin Clinic, Care & Esthetics, Solo, Jawa Tengah. 

Dari situasi itulah  kemudian lahir puluhan puisi yang lain.  “Isinya tentang ibadah, dakwah  ahlak, budi pekerti.  Catatan pribadi masih saya simpan. Mungkin, suatu waktu saya terbitkan dalam bentuk buku,” ungkap dr.Khoirul.

Ada 12 puisi yang terkumpul. Dibantu tujuh seniman musik di Solo, puisi  dikomposisikan menjadi lagu. “Khusus untuk penyanyi, dipilih lewat audisi,” kata Khoirul .

Khoirul  sendiri  mengaku dirinya yang menentukan arah musik juga arah nuansa vokal si penyanyi.  Ia memberi contoh pada lirik ‘Zakat’ dan ‘Subuh’.

Misalnya, ia menginginkan balutan nuansa musik yang nge-rock. Tapi di bagian lagu yang lain,  ia menginginkan penggunaan alat musik etnik Nusantara.

“Karena itu di album ini terdengar suara alat musik Sampek dari  Kalimantan, ada  Sasando dari NTT. Pokoknya etnik dari Nusantara. Saya menginginkan album ini menjadi album religi universal, yang sama sekali tidak  bernuansa gambus dan keraba-araban!”

Khoirul dan Assahlan langsung memperkenalkan 12 lagu religius untuk musik Indonesia, 6  lagu di antaranya sudah  bisa didengar lewat YouTube dan sejumlah toko digital lainnya. Selain ‘Kembang Duka’,  ada ‘Mari Puasa’, ‘Sahur’, ‘Berbagi Rejeki’ dan lain-lain.

 Khoirul sendiri mengaku sangat serius menyebarkan  lagu ini ke masyarakat. Ia sudah melakukan launching  album di hadapan puluhan wartawan. Dalam waktu dekat,  ada rencana lagu-lagu  Assahlan disebar ke lebih 150 radio di Indonesia. 

“Suatu saat, jika memungkinkan, saya ingin memanggungkan karya Assahlan ini dalam format orkestrasi,,” ujanya menutup percakapan. (RO/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat