visitaaponce.com

Pakar Pendidikan Plagiarisme Berbahaya Seperti Covid-19

Pakar Pendidikan: Plagiarisme Berbahaya Seperti Covid-19
Ilustrasi upaya pencegahan tindakan plagiarisme di dunia pendidikan dengan teknologi.(Ist/Ilustrasi)

PERILAKU plagiarisme di dunia pendidikan sangat berbahaya dan menular seperti virus Covid-19. Meski demikian, hal ini bisa dicegah dan dihindari dengan menggunakan “vaksin anti virus” berupa teknologi.

Pada keterangan pers, Jumat (23/4), Dr. Ide Bagus Siaputra, S.Psi, dosen Fakultas Psikologi dan Direktur Center for Lifelong Learning Universitas Surabaya (Ubaya) mengatakan teknologi dapat membantu mendeteksi kemiripan naskah secara tekstual sehingga bisa menghasilkan karya yang orisinal.

“Ada banyak ragam penyimpangan karya ilmiah, dan plagiarisme adalah salah satunya. Penyimpangan lainnya seperti fabrikasi atau menyajikan sesuatu yang tidak ada, falsifikasi atau mengubah untuk menipu, menambah atau mengurangi nama pengarang secara tidak etis, konflik kepentingan, dan publikasi berulang atas satu artikel yang sama atau pengajuan jamak,” tutur Ide Bagus  saat memaparkan materi webinar yang diselenggarakan perusahaan teknologi pendeteksi plagiarisme Turnitin baru-baru ini di Jakarta.

Secara kebijakan, tambah Ide Bagus, Indonesia sudah mengambil langkah awal sejak 20 tahun yang lalu dengan menerbitkan Surat Edaran Dirjen Dikti tentang upaya pencegahan tindak plagiarisme.

"Ada banyak peraturan yang menyertainya, antara lain UU no 12 tahun 2002 tentang Hak Cipta, UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 17 tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiarisme di perguruan tinggi, dan lainnya," paparnya.

“Dari pengalaman kami mempromosikan integritas akademik di kampus Universitas Surabaya sejak 2012, kami menyadari kesalahpahaman antara penjiplakan, pelanggaran hak cipta dan plagiarisme seringkali menjadi penghalang ketika ingin mengupayakan perbaikan. Kenapa? Karena orang sering salah paham bahwa yang harus kita hindari adalah penjiplakan saja,” tutur peneliti yang telah memperkenalkan AKSARA (Akui, parafraSA, dan integRAsi) sebagai solusi yang dapat dicapai untuk mengurangi pelanggaran akademik ini.

Secara terpisah, Jack Brazel, Head of Business Partnerships Southeast Asia untuk Turnitin mengatakan bahwa pandemi telah mengubah pandangan tentang bagaimana penyelenggaraan pengajaran pendidikan tinggi bisa dilakukan  di mana pun.

Menurut Brazel, universitas di seluruh Asia Tenggara dengan cepat mengadopsi alat pembelajaran jarak jauh untuk mengakomodir kebutuhan siswa.

“Fungsi pendidikan, selain untuk menyampaikan ilmu dan keahlian, juga penting untuk bersosialisasi. Interaksi tatap muka di ruang kelas memperkuat pengembangan keterampilan dan nilai umum yang dibawa siswa ke dalam bidang akademik dan penelitian serta kehidupan profesional setelah lulus," jelasnya.

"Ketika pembelajaran kampus  dipindahkan ke dunia virtual, pendidik harus menemukan cara untuk memastikan bahwa standar tentang bagaimana tugas dan penilaian dilaksanakan dapat dipertahankan di lingkungan kelas online. Ini termasuk membangun budaya dalam pembelajaran online yang menjunjung tinggi integritas akademik,” kata Brazel.

Brazel menambahkan, berbagai institusi pendidikan tinggi membuat rencana tentang bagaimana pembelajaran campuran (blended learning) dapat menjadi bagian permanen dari kurikulum mereka.

Menurut Brazel, agar transisi ini berhasil, administrator dan pendidik perlu fokus pada dua bidang utama: mengembangkan modul pembelajaran campuran yang menekankan integritas sebagai inti dari setiap tugas dan penilaian, serta mengintegrasikan solusi teknologi yang tepat untuk mendukung tujuan ini.

“Teknologi mulai memainkan peran penting dalam hal bagaimana lembaga pendidikan tinggi di Asia Tenggara beradaptasi dengan lanskap baru," tuturnya.

"Beberapa universitas di Indonesia menambahkan buku ke Google Classroom dan menambahkan lebih banyak eBook ke koleksi perpustakaan. Sebuah universitas di Filipina juga menjajaki penggunaan augmented reality (AR), virtual reality (VR) dan robotika dalam kursus kesehatan dan kedokteran untuk meningkatkan pengalaman belajar,” jelasnya.

Mendukung pendidik dengan pelatihan tentang keterampilan digital adalah penting untuk meningkatkan pengalaman kelas dan menjunjung standar integritas penugasan dan penilaian.

“Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa setiap siswa memiliki akses ke pendidikan berkualitas tinggi dengan memanfaatkan fleksibilitas teknologi untuk memberdayakan pembelajaran mereka, dan mendukung pendidik dalam menyampaikan instruksi dan umpan balik, serta penilaian yang akurat, efisien dan adil,” tutur Brazel. (Nik/OL-09)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat